Chapter 28 : Because Of You

4.2K 245 9
                                    

RIZKY


Perlahan aku bangkit dari tempat tidur dan dengan berjinjit, aku menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Setelah selesai aku kembali ke kamar, dan kemudian berdiri diam di kaki tempat tidur, melihat ke arah Ferdy yang masih tertidur lelap. Wajahnya sudah hampir sepenuhnya kembali normal. Hanya sedikit sisa kebiruan di matanya yang mungkin akan hilang besok. Selain itu, semua lukanya telah sembuh. Setidaknya luka fisik. Karena aku tahu, secara psikologi, dia jauh dari kata sembuh. Yang jelas, dia sudah lebih baik dibandingkan saat pertama kali aku menjemputnya di airport pagi-pagi.

Waktu itu, setelah dia lumayan tenang, aku segera membawanya kembali ke kontrakannya. Ferdy tak lagi mengucapkan sepatah katapun selama perjalanan setelah dia menangis dipelukanku. Dia hanya menurut saja bagaimana aku memperlakukannya. Dalam perjalanan tadi, aku sempat mampir ke apotik yang buka 24 jam, membeli obat untuk lukanya. Ferdy tetap diam di mobil, tak bergerak sedikitpun. Dia baru bergerak sedikit saat aku menyentuh lengannya.

"Kita sudah sampai," kataku. Aku lalu segera turun dari mobil.

Ferdy mengikutiku, tapi tak menungguku. Dia terus melangkah menuju pintu dan membukanya dengan kunci yang dia keluarkan dari saku celananya. Aku hanya mengekori dibelakang sembari membawa koper kecil miliknya.
"Kamu lapar atau ingin sesuatu? Aku bisa mencarikannya kalau kau mau," tawarku.

Ferdy menjawabku dengan gelengan singkat. Dia lalu terus melangkah menuju kamarnya. Aku kembali mengikutinya. Mungkin yang dia butuhkan saat ini memang istirahat yang cukup, pikirku.

"Kamu duduk dulu," kataku sembari meletakkan kopernya di kaki tempat tidur, lalu ikut duduk disebelah Ferdy. Aku mengeluarkan obat-obatan yang tadi kubeli. Untuk sesaat aku hanya memandangi wajahnya yang lebam dan luka-luka. Sekarang, saat dia telah membuka kaca mata hitamnya, dan berada begitu dekat denganku, aku bisa melihat dengan jelas semuanya. Perlahan, tanpa bicara lagi, aku mengobati lukanya. Kuoleskan salep tipis-tipis dan berhati-hati pada luka yang ada di wajahnya. Meski seharusnya terasa perih, Ferdy tak sedikitpun menunjukkan ekspresi kalau dia merasakannya. Dia tetap diam, seolah-olah aku tak berada disebelahnya. Aku sendiri mulai khawatir kalau dia mengalami shock besar.
"Sudah Fer. Tak ada lagi kan?" tanyaku dan tersenyum.

Ferdy yang masih diam dengan tatapan lurus tak menjawabku. Tapi kemudian, perlahan dia mulai membuka kancing kemejanya.

"Oh, kau mau tidur? Baiklah aku akan menaruh semua obat ini di kotak P3K. Nanti kau bisa mengoleskannya sendi...." Kalimatku terputus saat aku melihat punggung Ferdy yang tampak bilur-bilur memar dan memerah. Beberapa bagian kulitnya juga sedikit terkelupas. Ada gumpalan menyakitkan yang kemudian mendadak muncul di tenggorokanku. Aku mengerjapkan mata beberapa kali untuk meyakinkan diri kalau aku tak salah lihat. Ya Tuhan! Dan sedari tadi dia tak mengatakan apapun, batinku.

Aku kembali duduk sementara Ferdy kemudian berbaring miring. Aku beringsut mendekat ke belakangnya, dan tanganku terulur, mengusap perlahan pinggiran lukanya.

"Ayahmu?" tanyaku lirih.

Tak ada balasan, namun sesaat kemudian Ferdy mengangguk samar untuk menjawabku.

"Apa yang kau katakan padanya?" tanyaku dan mulai mengoleskan kembali obat pada lukanya dengan berhati-hati.

"Bahwa aku ingin memutuskan pertunanganku dengan Shella," jawab Ferdy akhirnya.

"Dan dia tak bisa menerimanya?"  tanyaku lagi. Ferdy mengeluarkan suara desisan kaget saat aku mengusap bagian punggungnya yang kulitnya terkelupas.

"Seperti itulah," jawabnya kemudian.

"Apa yang dia gunakan untuk............." aku tak meneruskan kalimatku. Untuk beberapa saat hening jatuh diantara kami berdua. Aku tak sanggup untuk meneruskan lebih lanjut pertanyaanku tadi. Entah kenapa, terasa tak pantas kalau aku melanjutkannya.

Memoirs : The Triangle [ BoyXBoy] [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang