Chapter 19 : The Presents

4.1K 255 30
                                    

ZAKI

I can't believe he did that!!!!!!

Aku hanya mampu ternganga melihat Regha melakukan semua hal konyol itu didepan kami semua. Anak itu benar-benar tak bisa dipercaya. Mungkin dia memang sudah jauh melampaui sifat teledor dan cerobohnya. Dalam situasi tegang, bisa-bisanya dia kentut. Hampir separuh dari tamu yang hadir harus susah payah menahan tawa. Apalagi saat dia jingkrak-jingkrak mencoba menghalau bau busuk yang tadi dikeluarkannya. Belum lagi semua sebutan yang dia lontarkan untukku, yang anehnya sama sekali tidak mempengaruhiku. Bukannya marah, aku justru geli dengan pendapatnya. My Gosh, andai saja aku membawa kameraku saat ini. Aku bisa menggunakan rekamannya pada saat aku membutuhkannya.

Dan sepertinya aku bukan satu-satunya orang yang memiliki ide itu, karena Regi sudah melakukannya.

Regha tampak terperanjat saat dia sadar dimana dia berada. Giliran dia yang kini ternganga hebat dan memandang kearah kami dengan wajah yang kemudian memucat.

"Surprise?" celetuk Regi dengan nada bertanya.

Regha hanya mampu memandang ke arah Vivi yang berada disebelahnya, seolah-olah meminta kepastian. Cewek itu hanya mampu nyengir. Melihatnya, Regha jatuh terduduk lemas di lantai.

Kami semua masih terlalu kaget dan terpana untuk bertindak. Jadi kami hanya diam disana. Keheningan yang menggantung diudara selama beberapa saat, dipecah oleh pekikan keras Regha yang rupanya telah sadar. Cowok itu berlari keluar dengan wajah memerah hebat.

"GHAA!!!!" seru Regi.

Aku segera mendahuluinya berlari menyusul Regha. Hanya selang beberapa detik kemudian, dibelakangku tawa semua undangan yang sedari tadi tertahan, langsung pecah.

"Dasar idiot!" gerutuku pelan dan membuka pintu gedung. Kulihat dia berada tak jauh dari mobil Vivi, mondar-mandir sembari bergumam tak jelas.

"Ya Tuhan! Ya Tuhan! Ya Tuhan! Ya Tuhan! Ya Tuhan!!" gumamnya berulang kali.

"Bule setengah jadi?" tegurku pelan, berusaha terdengar sedingin mungkin

"Ya Tuhaaaaaaann," Regha mengerang pelan dan jatuh berjongkok sembari menutup wajah dengan kedua tangannya,

"Please don't say anything," pintanya dengan nada memelas.

"Super megalomaniak sinting?" serangku lagi tanpa ampun.

"Have mercy on me okay? Tidakkah kau melihat apa yang kulakukan tadi?" keluhnya tanpa membuka wajahnya yang masih ditutup oleh tangannya. Dia yang berjongkok membelakangi tubuhku malah terlihat lucu bagiku. Melihatnya yang meringkuk seperti itu, seolah-olah ingin menenggelamkan dirinya ke tanah, justru terlihat menggemaskan. Membuatku ingin terus membuatnya seperti itu. Aku hampir-hampir tak bisa menahan diri untuk tertawa. Aku harus berusaha setengah mati, tapi mau tak mau ujung bibirku terangkat juga.

"I wonder, sebutan apa lagi yang kau punya untukku," godaku lagi, masih berusaha terdengar dingin dan marah, "Come on! Tell me! Apapun itu, pasti tidak lebih buruk daripada bule setengah jadi yg supermegalomaniak sinting."

Regha kembali mengerang keras, "Please shut up!" gumamnya pelan.

"Gha!!" Regi dan Vivi telah berada dibelakangku. Regha yang mendengarnya langsung bangkit.

Dia menuding Regi dan Vivi yang berhenti disampingku dengan wajah memerah hebat, "KAU!!! KAUU. . . . . . " dia tak mampu meneruskan kalimatnya. Telunjuknya yang teracung tampak bergetar dan kemudian dia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Regha benar-benar kehabisan kata-kata. Dengan kesal dia meninju udara sembari mengerang kesal.

"Sudah selesai? Kita harus kedalam," ujar Vivi santai tanpa beban.

"Ayo, Cin! Capcus! Sutra ditunggang tuh ma yang lain," sambung Regi dengan gayanya yang biasa.

Memoirs : The Triangle [ BoyXBoy] [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang