Chapter 23 : Cold Shoulders

4.2K 240 6
                                    

REGHA

Saat mataku terbuka, aku masih merasa lemas, meski jauh lebih baik kalau dibandingkan kemarin, saat tubuhku serasa habis digebukin orang sekampung. Meski lemas, aku merasa mendingan. Dari sudut mataku, aku melihat ada bayangan gelap yang baru kemudian aku sadari adalah kepala Zaki. Dia duduk tertidur dengan kepala yang terbaring disebelah kepalaku. Dan tangannya juga masih ada dalam pelukanku. Perlahan sekali, agar tak mengusiknya, aku melepas lengan Zaki, kemudian bangkit duduk, memandanginya.

Matanya yang terpejam tampak tenang. Bulu matanya yang tebal dan lentik berjejer rapi seperti susunan kawat halus. Membuatku ingin mengusapnya. Hidung bangirnya yang jauh lebih mancung dari ukuran orang pribumi, tinggi dengan tulangnya yang lurus cukup membuatku iri. Lalu bibirnya. Bibir yang ku ingat bisa jadi jauh lebih memerah dan basah dari sekarang. Apalagi kalau dia sudah menyantap masakan pedas, seperti yang dimasakkan oleh Mamah. Ekspresi wajahnya yang terlelap sekarang begitu tenang, lembut dan nyaris angelic. Rangkuman singkatnya, dia memang sosok menawan dan pantas menjadi bahan gunjingan mahasiswi sekampus. Oplah bulletin kampus yang membahas profilnya, memecahkan rekor terlaris dibandingkan edisi yang membahas pemenang mahasiswa terkeren lainnya. Dengan fisik dan strata sosialnya, itu bukan hal yang aneh. Andai saja mereka tahu, kalau Zaki bernilai lebih dari sekedar fisik dan kelas sosial yang tinggi saja. Dia lebih dari itu. Kepeduliannya dengan orang lain cukup untuk dijadikan teladan.

....................

WAOOWW!!!

Kalau beberapa waktu kemarin ada yang mengatakan hal itu didepanku, aku pasti sudah mencibir sinis dan mengeluarkan berbagai macam alasan atau dalih. Berusaha membuktikan, kalau Zaki, tak lebih dari seorang cowok sengak, sinting dan pengidap megalomaniak akut. Fisiknya tak lebih dari sekedar bungkus luar yang dangkal dan tak berarti.

Tapi sekarang................ bagaimana aku bisa mengatakan semua itu setelah apa yang dia lakukan padaku dan keluargaku.
Yeah........ aku tahu apa yang telah dia lakukan. Aku mendengar semua pembicaraannya dengan Regi dan Vivi. Saat Vivi keluar dari kamar, aku sudah terbangun. Karena penasaran dengan suara agak ribut-ribut diluar, aku bangkit meski tubuhku luar biasa lemas dan kepalaku sedikit berdenyut. Aku yang telah membuka pintu kamar dan hendak keluar jadi urung saat mendengar pembicaraan mereka.

Zaki baru kembali dari Majalengka. Dengan kata lain, dia tahu apa yang terjadi pada keluargaku disana. Aku langsung mencari hape ku dan mengirim sms singkat ke Agus. Menanyakan keadaan rumah, memastikan bahwa semua baik-baik saja disana. Bahwa Zaki datang dan membantu Abah. Agus membenarkan semuanya. Aku kemudian hanya memintanya untuk tak mengatakan apapun tentang sms pada yang lain. Aku diliputi perasaan lega luar biasa seketika. Perasaan yang terasa nyaris mustahil kurasakan beberapa hari kemarin

Mereka tak apa-apa. Semua baik-baik saja. Abah tak akan kehilangan sawahnya. Semua karena Zaki. Baik-baik saja! batinku berulang kali. Akhirnya aku kembali berbaring dan memejamkan mata. Hanya selang beberapa detik kemudian, Zaki dan yang lain masuk. Aku berpura-pura tidur. Tapi saat aku dengar kalau Vivi dan Regi hendak pulang, akupun membuka mata. Setidaknya aku harus mengucapkan terimakasih pada mereka berdua. Mereka benar-benar memiliki kualitas seorang teman sejati. Aku beruntung memiliki keduanya.

Ada canggung yang menyelimuti saat Vivi dan Regi telah pergi. Dan saat Zaki duduk disebelahku, kudengar dia mengeluarkan suara erangan pelan, membuatku menoleh padanya. Saat itulah aku bisa melihat dengan jelas keletihan di wajahnya. Kalau aku ingat, pagi tadi dia masih ada disini. Kalau memang dia kembali dari Majalengka, itu berarti dia melakukan pejalanan bolak-balik langsung. Wajar saja kalau dia kelelahan.

Saat itu tenggorokanku terasa tercekik. Gumpalan yang ada disana membuatku tak mampu menahan diri. Bagaimana tidak. Dia yang kukira hanya bisa bersikap sinis dan menyiksaku, ternyata mau bersusah payah membantu kesulitan yang dialami keluargaku. Dan meski lelah, dia tetap berada disini, bersamaku. Bahkan setelah semua hal jelek yang kukatakan tentangnya. Kalau aku mau mengingat, dia telah melakukan banyak hal untukku. Memberiku pekerjaan, merayakan ulang tahunku, dan sekarang............................

Memoirs : The Triangle [ BoyXBoy] [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang