Begitu alaramnya berbunyi, Cean mematikannya. Ia menggeliat kembali bersembunyi dibalik selimutnya. Ponselnya bergetar, dengan malas ia meraih benda yang ada di atas nakas dan menaruhnya di telinga.
"Halo." Ucap Cean dengan suara khas bangun tidur.
"Bangun An, Mandi. Udah jam sembilan tuh."
Cean langsung menjauhkan ponselnya dari telinga dan memerhatikan layar itu. Jam sembilan lewat sepuluh menit, telepon masuk dari Hendery. Sontak Cean membulatkan matanya dan menyibak selimut yang tadi ia gunakan.
"BENTAR!" Ucapnya lalu menutup sambungan telepon itu.
Cean mandi dengan cepat, dan juga memilih bajunya lebih cepat dari biasanya. Ia memoles wajahnya secepat kilat, memasukan semua barang-barang yang ia perlukan kedalam tas selempangnya. Cean menuruni tangga sambil menenteng sepatu kets hitamnya.
Begitu ia membuka pintu rumah, sedan hitam terparkir disana. Cean cukup terkejut kalau Hendery membawa mobil hari ini, dan ini juga kali pertama cowok itu mengajaknya keluar menggunakan mobil.
"Hai," sapa Hendery ketika Cean masuk kedalam mobil.
Cean yang tadinya sibuk merapikan isi tas mendongak, menatap si penyapa yang terlihat tampan dua kali lipat. Hendery mengenakan T-Shirt berwarna putih yang dipadukan dengan jaket bomber berwarna hijau army.
Hendery terkekeh melihat ekspresi Cean melihatnya. Ia pun berakata, "gue tau gue ganteng hari ini. Gue nyadar kok." Ucapnya percaya diri.
Cean mendengus. "Cih, pede banget."
Hendery nyengir lalu memundurkan mobilnya keluar dari pekarangan rumah. "Kok bisa telat bangun sih?" Tanyanya tiba-tiba.
"Nah itu!" Pekik Cean nyaring, membuat Hendery terkejut. "Sorry. Gue juga gak tau, gue ngatur alaram jam setengah delapan padahal. Apa sebenernya alaramnya udah bunyi terus gue tunda terus ya?" lanjutnya.
"Mungkin aja sih. Tapi An, lo cepet banget dah gasampe tiga puluh menit udah kelar, gue kira bakal nunggu satu jam lagi." Ucap Hendery takjub.
Cean melipat tangannya di depan dada. "Cean gitu loh! Gue mah gak ribet, yang penting mandi selesai."
Hendery mendecih. "Paling juga kalau gak kepepet ribet. Hapal gue mah."
Cean membalasnya dengan cengiran.
"Nyengir mulu kek kuda." Celetuk Hendery.
"Kampret."
"Lo tadi malem balik jam berapa? Kok gue gak tau?" Tanya Cean sambil mengaca, merapikan rambutnya.
"Balik jam setengah dua belas kayaknya. Lo udah tidur, makanya gak tau." Jawab Hendery.
Cean mengangguk. "Ini mau kemana?" Tanyanya.
"Taman safari." Jawab Hendery asal.
"Wihhh asik! Ketemu kembaran lo dong." Celetuk Cean bahagia.
"Kembaran gue?" Ucap hendery menunjuk dirinya bingung.
"Iya kembaran lo, macan tutul. Asik ada yang mau ketemu kembaran!" Ucap Cean girang.
Hendery menggeleng-gelengkan kepalanya dan mempercepat laju kendaraan yang ia bawa.
-o-
Sedan hitam itu melejit memasuki pelataran parkir kebun binatang negara. Setelah menarik rem tangan dan mematikan mesin, keduanya keluar dari dalam kabin.
Hendery turun dengan topi berwarna putih di tangannya dan langsung memasangnya di kepala Cean. Perlakuan itu mengejutkan Cean yang tengah memandangi alam sekitar.
"Panas An." Ucap Hendery sambik tersenyum, lalu merengkuh pundak Cean memasuki pintu utama.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan di tempat ini. Seperti contohnya memberi makan kelinci. Tadi Cean sempat membeli wortel untuk memberi makan kelinci yang ada di sini, dan kini keduanya tengah asik bercengkrama dengan hewan berkaki pendek itu.
"Ih itu dikasih makan, jangan yang ini terus!" Cean memprotes perlakuan Hendery yang tidak adil. Sebab sedari tadi Hendery terus memberikan wortelnya pada kelinci berwarna coklat, padahal ada kelinci putih yang mendekat yang mau juga diberi makan.
"Iya-iya, nih Ci makan. Jangan ngadu sama Cean ya, nanti gue di marahin lagi." Ucap Hendery bermonolog.
Cean mendorong bahu Hendery. "Kok gue sih? Nyebelin ah." Lalu Hendery terkekeh melihat Cean yang kesal.
"Udahan ayok, yang lain lagi. Kita ngasih makan kelinci udah sejam loh, keburu makin panas." Hendery mengajak Cean untuk berdiri dan meninggalkan area ini.
"yok! Dadah kelinci!" Seru Cean lalu mengikuti jejak Hendery menuju keran air untuk cuci tangan.
Setelah selesai membersihkan tangan, keduanya kembali menyusuri kandang demi kandang yang ada di dalam kebun binatang. Masih banyak tempat yang belum mereka kunjungi, dan akhirnya mereka berhenti sejenak sebab matahari berada tepat di atas kepala dan perut mereka keroncongan minta di isi.
Hendery memesan ikan bakar, sedangkan Cean memilih untuk memesan bebek bakar. Makanan bakar-bakar seperti ini sudah lama tidak Cean rasakan, terakhir kali saat tahun baru dan itu sudah tiga bulan yang lalu.
Asik mereka melahap hidangan masing-masing. Tiba-tiba seorang perempuan datang menghampiri keduanya. Hanya sebuah sapaan kawan lama namun mampu membuat Cean paham akan beberapa hal.
"Hendery kan ya?" Tegur perempuan itu.
Hendery menaikan sebelah alisnya.
"Ini gue Clara. Ya ampun lama banget gak ketemu, terakhir kayaknya pas lebaran dua tahun lalu. Apa kabar Ry?" Cerocos perempuan itu.
"Oh Clara. Kayak yang lo liat aja sih gimana." Balas Hendery sedikit dingin.
"Haha masih gak berubah ya, tetep dingin. Oh ya ini siapa? Wah parah lo Ry cepet banget move on nya. Gue aja belum." Celoteh Clara lagi.
Hendery tersedak, Cean yang menyadari itu memberikan minuman Hendery dan menepuk pelan punggung cowok itu.
"Ahh gue paham. Maaf ya ganggu, selamat bersenang-senang Ry!"
Lalu perempuan itu pergi meninggalkan Cean yang masih bingung dengan keadaan.
—//
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara; Hendery
أدب الهواةOceana tidak pernah menyangka seseorang yang mengantarkannya pulang ternyata teman dekat saudara kandungnya. Oceana juga tidak menyangka tempat dimana ia selalu mengeluarkan keluh kesalnya ternyata orang yang ia cintai. Oceana juga tidak menyangka...