7

1K 164 0
                                    

"Win di panggil Wina tuh!" Seru Yangyang menepuk pundak Winwin yang sedang melangkah menuju parkiran sekolah.

Winwin berbalik, menghela nafasnya. "Kenapa lagi itu anak?" Tanyanya seperti hafal dengan situasi ini.

"Tau tuh, dia tunggu noh di depan Lab Kimia." Ucap Yanyang lalu meninggalkan Winwin kembali menuju lapangan.

Winwin menghela nafasnya. Untuk ke sekian kalinya ia harus menahan diri untuk tidak pulang lebih awal dan mendatangi gadis bernama Wina itu. Winwin sebenarnya tidak habis pikir dengan Wina yang masih saja mengejarnya. Padahal Winwin sudah berkata pada gadis itu untuk stop mengejar Winwin dan cobalah cari yang lain. Tapi nyatanya, cewek berambut hitam sebahu itu tidak menggubris ucapannya.

Dengan langkah berat Winwin mendatangi Wina di depan laboratorium kimia. Seperti perkataan Yangyang cewek itu benar-benar ada di depan ruang itu. Tangannya memegang sebuah kotak berwarna biru tua.

Winwin mendekat dan Wina semakin menenggelamkan wajahnya. Menunduk menatap lantai pualam dengan perasaan tak karuan.

"Kalau mau nunduk doang mending gue pergi sekarang." Celetuk Winwin dengan tegas.

Wina-pun mengangkat kepalanya, lalu mengulurkan tangannya yang memegan kotak biru tua itu. Hanya satu kalimat yang mampu Wina ucapkan dari sekian baris yang ada di dalam kepalanya.

"Win, aku harap kamu bahagia sama yang lain." Ucap Wina dan memaksa Winwin untuk menerima kotak itu lalu setelahnya berbalik pergi meninggalkan Winwin.

Winwin yang masih bingung hanya mengendikan bahu, ia memasukan kotak itu kedalam ransel sekolahnya. Mau bagaimana pun, Wina pasti punya alasan tersendiri karena memberinya kotak ini. Winwin akan membukanya nanti dirumah.

-o-

Kini Winwin sedang berbanding terlentang di atas kasur bersprei biru tua miliknya. Entahlah  sudah berapa kali dia menghela nafasnya, dan berapa kali membolak-balikan kotak biru tua yang senada dengan kasurnya itu.

Setiap tangan itu memegang ujung pita ia kembali mengurungkan niat. Setiap ia sudah memantapkan hati untuk membuka kotak itu lagi dan lagi ia mengurungkan niat. Winwin sibuk berdebat dengan perasaannya sendiri. Ia tidak tahu mengapa dirinya tiba-tiba seperti. Apakah karena kotak ini pemberian dari Wina makanya ia terus-terusan begini? Tapi kalau jawabannya 'iya' kenapa? Bukankah dintara mereka tidak ada sesuatu yang spesial?

Jari-jemari itu mengetuk-ngetuk ujung kotak, matanya memandang benda itu bingung. Setelah berdebat dengan pikirannya sendiri, Winwin memutuskan untuk menghubungi si pemberi kotak biru tua ini.

Winwin menelpon Wina.

"Halo?" Ucap suara di ujung.

"Ini kotak apa? Isinya apa?" Tanya Winwin langsung ke intinya.

"Hah? Maaf kak, ini s-saya menemukan orang ini di jalan. D-dia pingsan.." ucap orang itu dari ujung sana.

"Hah? Maksudnya?"  Winwin yang tidak paham bertanya lagi.

"Tolong kesini secepatnya."

Lalu sambungan telepon itu terputus. Winwin mendadak panik, ia langsung menghubungi Amanda—teman dekat Wina. Barangkali teman cewek itu tahu dimana Wina sekarang. Namun Amanda berkata, bahwa ia tidak bersama Wina saat ini. Wina sepertinya ada di salah satu jalan menuju taman kota menurut pemindai lokasi yang ada di handphone Amanda.

Tak berlangsung lama setelah sambungan telepon terputus, Amanda memberikan screenshoot lokasi Wina saat ini. Dan saat itu juga Winwin menyambar jaket kulitnya dan memacu kecepatan menuju titik terakhir keberadaan Wina.

-//

Suara; HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang