21

705 126 3
                                    

"Udah nangisnya?" tanya Kun sesaat setelah Cean memasuki mobil.

"Jangan gitu napa bang. Sedih nih." ucap Cean mengusap jejak air mata di pipinya.

"Iya-iya. Dia cerita apa aja sama kamu?"

"Semuanya. Tentang keluarganya, tentang kenapa dia mau jadi penyiar radio, alasan kenapa dia gak ada kabar. Semua pokoknya." sebut Cean.

"Bagus deh kalo gitu,berarti semuanya udah clear dong?" kata Kun menstarter mobil.

"Bisa di bilang gitu deh," ucapnya.

"Bye the way nih ya, kamu sama dia udah pacaran belum sih?" tanya Kun serius.

Kun memang tidak ikut mencampuri masalah hati adiknya. Dia juga jarang bertanya tentang hal-hal seperti itu pada teman ataupun adiknya sekalipun. Jadi wajar saja kalau Kun menanyakan kejelasan hubungan antara Cean dan Hendery.

"Belum. Gue juga belum yakin banget sama perasaan gue, ragu." jawab adiknya cepat.

"Ragu kenapa coba? Ngomong deh siapa tau gue bisa bantu." ucap Kun.

Cean duduk menyerong menghadap Kakaknya yang sedang menyetir. Wajah itu sangat fokus pada jalan di depannya. Lengan T-shirt hitam yang Kun gunakan tersibak sedikit ke atas dan menampilkan bisepnya yang sudah cukup terbentuk.

"Lo cakep juga ya Kak kalo di perhatiin." racau Cean tiba-tiba.

Kun yang mendengar perkataan adiknya itu lantas menoleh. "Emang gue cakep. Baru nyadar ya lo?" balas Kun pede.

"Dih, kebiasaan. Tapi beneran sih lu cakep, tapi sayang gapunya pacar." Kata Cean mencemoh status kakaknya.

"Siapa bilang? Gue punya kok. Lo aja yang gatau." ucap Kun sedikit nyaring.

"Santai kali. Kalo punya kenapa ga dikenalin ke gue? Tanya kek ke adeknya, kenalin gitu. Ini diem diem bae." kata Cean Sewot.

"Susu gue lah, suka-suka gue lah. Emangnya wajib gitu ngenalin cewek gue ke lo? Engga kan? Gak ada peraturannya juga." balas Kun sensi.

"Ada kok, nih gue baru bikin peraturannya." celetuk Cean. "Barang siapa yang memiliki pacar, harap mengenalkannya baik kepada adik atau kakak. Terimakasih," ucap Cean membaca notes di handphone miliknya.

"Ngada ngada aja lu. Sembarangan."

"Kenalin aja sih, susah amat. Gak gue embat juga." cibir Cean.

"Ya iyalah, lu kan cewek bego!"

"DIH KASAR AMAT LU."

"SUSU GUE LAH."

"SUSU APA LAGI SIH KAK?!"

"SUKA SUKA GUE, BLEE." balas Kun menjukurkan lidah.

"Gajetot."

"Lu."

"Iya gue."

"Ngaku juga lo."

"Iya lah, gue ngaku kalo gue cantik."

"Sialan." cerca Kun kesal.

"Tapi beneran deh, lo gak mau gitu kenalin cewek lo ke gue? Adeknya sendiri loh kak." tanya Cean memastikan.

"Enggak. Kapan-kapan aja." jawab Kun.

"Iya deh, terserah situ."

"Mau makan gak? Di depan ada McD." tanya Kun pada Cean.

"Ya Allah kak. Baru aja makan malem loh, masa mau makan lagi?" jawab Cean geleng-geleng kepala.

"Perut lo kan kayak karet, bisa melar. Siapa tau mau makan lagi gitu, biar ntar tengah malem gak sibuk bangunin gue buat nemenin ambil Gofood ke bawah." ucap Kun menjelaskan.

"Yeee itu kan karena beneran laper. Lagian baru sekali pas hari itu doang." balas Cean tidak terima, sebab kun berkata seolah-olah Cean sering melakukan hal itu.

"Sekali apa sekali?" Goda Kun.

"Beneran sekali kak! Nyebelin amat sih, biasanya juga gak berisik kayak gini." katanya masam. Cean sungguh dongkol karena Kun.

"Beneran gak mau? Ini tinggal belok loh." Tanya Kun memastikan.

"Dibilangin engga kok. Ngeyel banget sih? Ayo pulang!" kata Cean emosi.

Kun yang mendengar suara adiknya yang kesal lantas terkikik geli. Ia sangat suka membuat adiknya itu kesal hingga marah-marah sendiri. Biarpun ujung-ujungnya Kun harus meyogok dengan hal yang Cean inginkan agar di maafkan. Dimatanya, Cean itu tetap seperti anjing kecil yang sangat di sayangi oleh majikannya.

-//-

Bye the way nih, kalian laju banget bacanya... aku kaget langsung ada yang baca🥺

Thank You yang udah baca cerita ini 😭

Suara; HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang