Part ini merupakan Spin Off dari Part 12 & 13 dimana kejadian June dan Hendery berkelahi.
Part ini berisi Hendery Point Of View.———
Gue baru aja balik dari rumah Cean. Ya kalian tau lah Cean siapa? Cean yang mana? Hehe. Setelah memarkirkan motor di garasi, kaki gue memijak satu persatu anak tangga menuju teras.
Gue melepas sepatu, lalu menyusunnya di rak. Anak kunci yang gue putar berbunyi dua kali, lalu pintupun dapat didorong hingga terbuka.
Rumah ini sepi seperti biasanya. Tidak ada yang spesial dari dalam sini. Bahkan foto keluarga sekalipun. Tidak seperti rumah pada umumnya, yang suasana hangat keluarga menguar didalamnya.
Mbak Mala, asisten rumah tangga yang dipekerjakan Papa sibuk mengepel lantai ruang tengah ketika aku melewatinya.
"Masak gak Mbak?" kata Gue bertanya.
Mbak Mala menggeleng. "Kata bapak gak usah masak, jadi Masnya disuruh order makanan aja."
Gue mengangguk-anggukan kepala. "Ohh gitu. Yaudah deh, makasih mbak."
Gue meninggalkan Mbak Mala yang masih berkerja menuju kamar. Ada banyak hal yang harus gue selesaikan sebelum gue cabut buat main ke tempat dimana tiga tahun ini menemani kesendirian gue.
Sampainya di kamar, gue langsung bersihin badan. Badan gue beneran bau asem sperti yang gue bilang ke Cean saat dia menawari untuk mampir ke rumah berkenalan dengan Bundanya.
Guyuran air yang keluar dari shower seakan mengangkat beban gue sesaat. Segar dan juga menenangkan. Cukup sepuluh menit untuk membersihkan badan, gue akhirnya keluar dengan kaos biru dongker dan celana pendek hitam yang paling gue sukai.
Gue menggantung handuk setelah selesai mengusak rambut gue yang basah. Lalu menyalakan pendingin ruangan dan mengeluarkan buku cetak tebal dari rak buku.
Waktu gue tinggal beberapa bulan lagi. Hanya sedikit waktu yang tersisa untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional. Gue harus sungguh-sungguh, sebab gue ingin meraih cita-cita gue.
Gue percaya sama pepatah, kalau kesuksesan itu berawal dari diri sendiri. Semakin giat kita mengejarnya, semakin dekat dia dengan kita. Dan sebaliknya, semakin malas kita untuk berusaha, semakin jauh kita dari dia.
Handphone yang gue charge bergetar terus menerus. Dengan terpaksa gue meraihnya dan membukanya sebentar.
+628-2245-xxx
"Gue tantang lo dapetin Cean dalam waktu satu bulan. Kalau lo gak berhasil dapetin, dia jadi milik gue. Kalau lo berhasil dia jadi milik lo."Gue menghela nafas. Lagi-lagi mengajak taruhan. Ini merupakan ketiga kalinya gue menerima pesan singkat seperti ini. Ketika gue mau menaruh kembali ponsel, telepon masuk dari nomor yang sama menahan pergerakan.
Jujur, gue bimbang antara mau angkat atau engga. Tapi gue pengen tau siapa pengirim pesan itu. Dan akhirnya gue memutuskan untuk mengangkatnya.
"Gue kira bakal gak di angkat." Suara seseorang dari seberang. "Gimana? Setuju gak?"
"Gak penting banget sih. Mau lo apa?" Sahut gue tidak sabaran. Gue tahu suara siapa yang ada di balik telepon ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara; Hendery
FanfictionOceana tidak pernah menyangka seseorang yang mengantarkannya pulang ternyata teman dekat saudara kandungnya. Oceana juga tidak menyangka tempat dimana ia selalu mengeluarkan keluh kesalnya ternyata orang yang ia cintai. Oceana juga tidak menyangka...