39

522 88 3
                                    

Setelah bel pulang berbunyi, dengan secepat kilat Cean menghubungi Ten via aplikasi berbalas pesan berlogo hijau. Ia meminta Ten untuk menahan Hendery agar tidak pulang, lalu kemudian menyuruh Hendery menunggu Ten yang ingin pergi ke toilet sebagai alasan mengapa Ten menahannya.

Sesuai apa yang Cean minta, Ten langsung keluar dari ruangannya ketika ia melihat Hendery melewati ruang ujiannya.

"Eh, eh Hendery!" Panggil Ten dari dalam, kemudian Hendery berhenti dan berbalik arah menghampiri Ten.

"Apaan?" Kata Hendery menyahuti.

Ten menyerahkan tas punggungnya pada Hendery lalu memegang perutnya seperti kesakitan. Sambil berkagak sakit perut Ten berucap, "Lo jagain tas gue, jangan kemana-mana. Gue mules plis, tungguin!" Serunya pada Hendery dengan cepat.

"Apaan, kaga ah gue mau balik. Biasanya juga sendiri." Tolak Hendery menyerahkan kembali tas itu kepada pemiliknya.

"Aduh, plis lah gue kebelet banget ini. Tungguin disini jangan kemana-mana!" Ucap Ten lagi lalu berlari menjauhi Hendery ke arah Toilet sekolah.

"Eh, woy!" seru Hendery terlambat karena Ten sudah menghilang dibalik dinding. Dengan terpaksa Hendery duduk di bangku depan sambil memainkan ponselnya.

Sementara itu di toilet, Ten menghubungi Cean untuk memberitahu bahwa target sudah berada di posisi bagaikan di film-film action. Lalu dengan cepat Cean menghampiri Hendery, lebih tepatnya berlalu sambil mengucapkan sebaris kalimat.

Sejujurnya Cean ragu untuk melakukan hal ini. Tapi ia tidak mau dalam keadaan seperti ini terus-menerus. Alhasil dengan melawan rasa ragunya, ia melangkahkan kakinya dengan mantap.

Posisi Hendery duduk menghadap lapangan membelakangi koridor, sambil memainkan handphonenya. Sedangkan Cean berjalan di koridor yang Hendery punggungi. Cean berjalan pelan, meminimalisir suara hentakan kakinya. Ia sempat mengintip layar handphone Hendery, kemudian tersenyum kecil.

Cean melihat Hendery membuka ruang obrolan antara ia dengan Hendery. Laki-laki itu juga menuliskan sesuatu, namun bukannya  menekan tombol kirim Hendery malah menekan tombol hapus.

"Dikirim kali, biar gue tau lo ngetik apa." Cean menyeletuk. Lantas dengan wajah terkejut Hendery menoleh kebelakang. Tanpa memperdulikan wajah terkejut Hendery Cean duduk di sebelah laki-laki itu sambil menggoyangkan tumitnya.

"Kalau ada apa-apa itu diomongin." Ucap Cean sambil mengangkat kedua tangannya seperti mengutip.

"Itu lo yang bilang." Kata Hendery membalas.

Cean menghela nafasnya pelan. "Iya, gue yang bilang. Gue juga yang nggak ngelakuin. Sorry Ry, gue udah berprasangka buruk tentang Lo." Ucap Cean pelan.

"Nggak apa-apa. Gue ngerti, lo butuh waktu buat tau yang mana bener mana yang salah." Sahut Hendery.

"Bukannya jelasin ke Lo ada apa, gue malah pergi nyuruh lo pergi dari kehidupan gue. Terus ngehindarin lo, ngatain lo lagi. Gue minta maaf Ry." lanjut Cean lagi.

Hendery tertawa renyah. "Syukur gue gak bener-bener ngikutin kata lo supaya pergi dari kehidupan lo An. Gue masih mau nunggu lo sampai lo mau bicara sama gue." Katanya.

"Makasih udah nggak pergi beneran. Maafin gue ya, gue yang mudah kemakan omongan orang. Gue gak nyangka kalau itu cuma boongan. Bodoh banget gue sampai ketipu." Ucap Cean lagi.

Hendery menoleh kan kepalanya menghadap sisi kangan Cean. Kemudian ia berkata, "iya gue maafin. Maafin gue juga karena gak bisa jagain lo dari hal kayak gitu, plus bikin lo nangis."

"Thanks Ry. Gue pamit pulang ya, hati-hati." Ucap Cean pamit.

"Sorry ya gak bisa nganter, Ten mules gue disuruh jagain tas dia. Lo pulang sama siapa?" Kata Hendery meminta maaf sambil menunjukkan tas biru tua milik Ten.

Cean mengangguk. "Ngak apa-apa. Gue pesen ojol kok, ini drivernya udah deket." Jawab Cean.

"Hati-hati," ucap Hendery lagi lalu melambaikan tanggannya.

Setelah Cean pergi, Hendery berdiri dan berjoget karena bahagia. Ia juga terus mengucap asik-asik udah baikan, Wohooow! Berulang kali. Dan tak lama kemudian Ten muncul sambil mengucap selamat.

"Congrats bro! Ngak sia-sia gue ngedekem lima belas menit di toilet." Ucap Ten menyelamati.

"Thanks!! Eh tapi, mules itu boongan?"

"Iya boongan." Kata Ten.

"Sia kampret, kalau tau gue bisa pulang bareng!" Ucap Hendery kesal. "Eh tapi nggak apa-apa deng, yang penting udah balikan." Cicitnya lagi.

-o-

Setibanya di rumah, Cean langsung memeluk Kun yang sedang menonton televisi di ruang tengah. Kun yang tiba-tiba dipeluk bingung. Namun ia membiarkan saja dan menunggu sampai adiknya itu bercerita padanya.

"Tau gak gue kenapa?" Tanya Cean penuh semangat lima menit kemudian.

Kun menggeleng.

"Gue udah baikan sama Hendery Kak!" Kata Cean berseru memberitahu.

Mendengar hal itu, lantas Kun mengela nafasnya lega. Bahkan ia malah balik memeluk adiknya erat.

Setelah pelukan mereka terlepas Kun mengucap syukur atas berita bagus itu. Cean juga berterimakasih pada Kun sebab Kun telah membantunya untuk menyelesaikan masalah ini. Karena menurut Cean, kalau Kun tidak bicara langsung pada Alona saat itu dan menasehatinya, pasti sekarang ia masih membenci Hendery.

Setelah itu Cean pamit ke kamarnya. Ia berganti pakaian kemudian membuka buku catatannya dengan senyum yang melekat di bibirnya.

"Gak nyangka gue, minta maaf bisa bikin gue senyam-senyum kayak orang gila gini." Cicit Cean lalu tersenyum kecil. Tak lama kemudian, ponselnya berdenting kecil. Ia pun meraih benda logam itu dari atas nakas dan melepas kabel penambah daya yang tertancap.

Hendery

|udah nyampe rumah?
|sorry gue nggak nganterin lu tadi, tapi gue seneng banget bisa ngobrol sama lo lagi
|seseneng itu wkwk
|maafin gue juga kalau gue ada salah sama lo
|Lo tidur ya?
|kalau gitu semoga saat lo bangun, lo udah senyum lagi kayak dulu. Gue gak suka liat muka lo datar kayak lantai, nyeremin.
12:23

Dan Cean semakin gencar untuk tersenyum selebar-lebarnya.
—//—

Aku seneng mereka baikan :(

Suara; HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang