35

572 91 5
                                    

Cean menyemprotkan parfum dengan wangi kesukaannya ke seluruh tubuh. Setelah itu ia mengaplikasikan lipbalm, dan mengikat rambutnya menjadi satu bagian. Ia menarik ranselnya dari kursi, tak lupa juga membawa sepasang kaus kakinya di tangan.

Kabarnya, hari ini tidak ada kegiatan belajar mengajar. Sebab mereka akan membersihkan ruang kelas serta lingkungan sekolah seperti yang biasa mereka lakukan sebelum ujian.

Cean berpapasan dengan Kun—kakaknya yang nantinya akan pergi kesekolah bersamanya. Kun tersenyum manis, menampilkan lesung pipinya yang begitu indah. Keduanya berjalan bersisian menuruni anak tangga menuju dapur, menemui anggota kelurga lainnya yaitu Ayah dan Bunda yang tengah sarapan.

"Buset ini anak Bunda parfumnya semerbak banget." Bunda Vivi yang tengah menuang teh menyeletuk geleng-geleng kepala.

"Cean kayak kunti Bun, wangi." Kun menyahuti.

Cean mendesis. "Daripada bau ketek kayak lu." Katanya mendaratkan bokongnya di kursi. Kun mendengus tak meladeni perkataan Cean.

Ayah menyeruput kopi hitamnya yang masing mengepulkan asap putih. Kemudian ikut masuk kedalam pembicaraan. Rambut beliau terlihat tertata rapi dan setelan jas nya menambah kesan gagah padanya.

"Kalian selesai ulangan kapan?" Tanya Ayah memandangi kedua buah hatinya.

"Seminggu lagi Yah. Jumat depan terakhir," Cean menjawab. "Memangnya kenapa? Ayah mau ajak aku liburan?" Kata Cean percaya diri.

Ayah berdeham pelan. "Yah kalau nilai kalian bagus kita liburan aja ke rumah Nenek di Aussie. Kalau jelek di kamar aja liburan nya." Kata Ayah memberi syarat.

"Pasti bagus dong, kapan coba nilai Cean jelek." Kata Cean.

Kun menyahuti, "dih, padahal ulangan harian suka jelek nilainya." Lantas Cean mencubit lengan kakaknya itu.

Setelah itu hanya ada keheningan di acara sarapan pagi ini. Semuanya sibuk dengan makanan masing-masing dan kesibukan pribadi. Sampai pada akhirnya Kun dan Cean selesai sarapan barulah ada kebisingan di ruang itu.

Kun sibuk menjahili Cean dengan menarik ikatan rambut adiknya. Lalu kemudian mengambil sebelah kaus kaki adiknya ketika Cean tengah mengenakan sepatunya. Hingga akhirnya mereka berpamitan pada Ayah dan Bunda lalu meninggalkan halaman rumah dengan cepat.

Kun menginjak pedal gas dibawahnya sehingga kerangka besi yang ia tumpangi bergerak maju. Cean duduk di sebelahnya, memainkan ponsel miliknya untuk mengambil gambar.

"Senyum!" Seru Cean ketika mobil berhenti di persimpangan jalan dengan lampu lalu lintas menyala merah. Lalu suara jepretan kamera pun terdengar setelahnya.

"Bagus nih, ntar kirimin ya." Kata Cean menggulir layar.

"Kenapa gak sekalian aja lo kirim sekarang?" Kata Kun mengusulkan.

"Gak ah ntar aja." Cean menyahuti.

Lalu ia kembali menjalankan mobilnya melintasi persimpangan menuju jalan di seberangnya. Tak lama kemudian mereka memasuki area sekolah, dan langsung menuju lapangan parkir kendaraan siswa di sisi kiri gerbang.

"Paling ntar balik jam sebelas. Kalau mau main ajak main kerumah aja temen kamu, jangan kelayapan." Ujar Kun berpesan pada adiknya. Cean yang dipesani mengangguk patuh, ia juga tidak bertanya tentang point terakhir yang di ucapkan kakaknya.

Suara; HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang