41

486 79 0
                                    

Kun berteriak memanggil Cean yang masih menalikan sepatunya di teras sambil menggigit roti. Cean bangun terlambat. Sebab subuh tadi, ia bangun untuk belajar dan malah tertidur setelahnya dengan alarm yang mati.

"Ayo!" Seru Cean pada Kun lalu keduanya pun meninggalkan rumah dengan cepat.

Lima belas menit kemudian, mereka tiba di sekolah. Syukur saja mereka tidak terlambat dan dapat memasuki ruangan dengan tenang. Tapi tetap saja bibir Kun maju. Ngambek ceritanya.

Tak lama setelah kedatangan Cean, bel masuk berbunyi. Pengawas memasuki ruangan. Dan lembar soal-pun dibagikan. Soal Bahasa Inggris. Semua tampak tenang mengerjakannya, tidak seperti soal Ekonomi pekan hari.

Detik berganti menit, menit berganti jam. Tak terasa waktu untuk mengerjakan telah habis. Mereka, peserta ujian semester, diminta untuk mengumpulkan lembar jawaban serta soal yang tadi dibagikan. Setelah itu dipeesilahkan keluar dari ruangan.

"Susah ngga?" Tanya Cindy pada Cean.

Cean mengendikan bahu. "Lumayan sih. Ada beberapa yang gue gak tau artinya. Jadi rada susah jawabnya." Jawab Cean.

"Iya, gue juga gitu. Udah yuk kantin." Agata menyahuti, kemudian ia menarik lengan kedua temannya menuju kantin.

-o-

Siang ini, Cean pulang bersama Hendery. Atas permintaan Hendery sih. Katanya sekalian ada yang ingin laki-laki itu bicarakan. Namun, sedaritadi Hendery tak juga berbicara hingga mereka tiba di depan rumah Cean.

Cean melepas pelindung kepalanya, kemudian mengembalikannya pada Hendery.

"Kamu tadi mau ngomong apa? Dari tadi di tungguin, tapi nga ngomong juga." tanya Cean menagih Hendery.

Setelah menerima helm yang diberikan Cean, Hendery berkata, "kamu tau kan Bunda aku?" tanyanya.

Cean mengangguk. "Iya tau. Bunda kamu kenapa?"

"Bunda boleh pulang An! Gue seneng banget!" Seru Hendery memeberi tahu Cean dengan wajah gembiranya.

"Wah, yang bener? Kapan pulangnya? Gue boleh ikut ngak?" Cean menangapi tak kalah gembira.

"Bunda bilang setelah kita selesai ulangan. Kita terakhir ulangan kan Jumat, jadi bunda bilang ngak sempet Jumat, jadi sabtu aja. Terus, bunda juga bilang, dia mau kamu ikut pas jemput nanti. Jadi, lo boleh ikut!" Ucap Hendery memberitahu Cean.

"Yes!" Sorak Cean senang kemudian memeluk Hendery. Dan laki-laki itu juga memeluk Cean. Menyalurkan kesenangan dalam diri mereka. Lalu setelah tersadar bahwa keduanya berpelukan, Cean mengucap maaf.

"Sorry." Kata Cean lalu melepaskan pelukannya.

"Nanti gue kasih tau jam berapa. Bunda belum bilang sih maunya jam berapa." Ucap Hendery lalu menepuk pundak Cean melepaskan pelukannya.

"Okedeh Ry, gue tunggu kabarnya. Selamat ya!" Ucap Cean senang sambil mengacungkan jempolnya.

"Sip. Gue balik ya, salam buat Ayah sama Bunda lo." pamit Hendery.

"Iya, gue sampein. Hati-hati Ry!"

Setelah itu Hendery dengan motor Scoopy berwarna hitamnya melesat pergi dari pandangan Cean. Gadis bersurai hitam sebahu itu memasuki rumahnya dengan perasaan senang.

Kun belum tiba dirumah. Mungkin masih dijalan pulang setelah mengisi bahan bakar, karena pagi tadi Kun berkata bahwa bensin mobilnya sudah mau habis.

Cean meletakan tasnya di atas sofa. Kemudian ia pergi ke kamar mandi yang letaknya di bawah tangga. Mencuci kaki dan tangannya kemudian mengutak-atik dapur. Tak ada makanan lain selain nasi goreng buatan Bundanya pagi tagi. Pasti itu milik Oceana, sebab pagi tadi ia tak sempat sarapan masakan Bundanya, hanya selembar roti dengan selai strawberry yang syukurnya tidak membuat perutnya sakit karena asam dari selai.

Ketika menunggu wajan anti lengketnya panas, ia berjalan cepat menuju pintu depan. Membukakan pintu. Setelah itu, dengan segera ia kembali kedapur dan memanaskan nasi gorengnya.

"Asik masak-masak!" Seru Kun memasuki rumah.

"Siapa yang masak-masak?" Cean menyahuti.

"Lah elu lagi masak itu." Kata Kun menunjuk dengan dagunya.

"Manasin nasgor doang." Cicit Cean.

"Bilang aja ngak mau bagi ke gue. Iyakan? Ngaku lo!" Cibirnya dengan nyaring.

Cean melengos. "Emang iya. Kan gue pagi tadi kagak makan nasi." Katanya menambahkan.

"Bagi dong." Kata Kun memohon.

"Nga mau." Tolak Cean.

"Gue laper nih. Masa lo ngak kasian sama gue,"

"Emang enggak kasian. Sana masak sendiri."

"Jahat banget sih. Gue laporin bunda lu!" Kun mengancam Cean.

"Laporin aja. Kaga takut gue." Tantang Cean tak peduli.

"Nyebelin amat. Amat aja nggak nyebelin."

"Dih." Cean mencibir. Lalu, "eum enak. Nasi goreng bunda emang makjoss!" Katanya memanas-manasi Kun yang terlihat sangat ingin merasakan makanan itu.

Lalu karena Kun kesal, ia pun melangkah pergi sambil menghentak-hentakan kakinya kelantai seperti anak kecil. Kun juga misuh-misuh, ia berkata kalau nanti ia beli makanan tak mau berbagi pada Cean, gini lah gitu lah, Cean yang mendengar hal itu tertawa diam-diam. Kakaknya seperti anak kecil yang pundung karena tak mendapatkan mainannya.

—//—

Suara; HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang