HULAAA!!!
Please jangan smackdown aku karena gapernah up chapter 🥺👉🏻👈🏻Happy reading!!
—//—
Oceana dan Hendery kini sedang berada didalam ruangan dengan dinding kayu berplitur. Hendery telah menyelesaikan segala administrasinya. Ketika ia kembali, ia melihat keakraban yang begitu hangat antara Oceana dan Ibunya. Diam-diam ia tersenyum lalu melangkah mendekati keduanya.
"Bu, mari kita pulang," ucap Hendery lembut sambil mengulas senyum.
Ibunya dan Oceana pun berdiri. Mereka melangkah melewati lorong panjang yang lenggang. Senyum Ibunya itu tidak luntur sejak kedatangan Hendery dan Oceana tiga puluh menit yang lalu.
Mobil yang dikendarai Hendery bergerak maju keluar dari lahan parkir. Berbelok ke kanan lalu melaju membelah hutan di sisi kanan dan kiri jalan.
"Aku lihat ibu sudah begitu akrab dengan Oceana, benar begitu? Syukurlah kalau ibu menyukainya karena akupun juga sama menyukainya." Ucap Hendery sambil melirik Ibu dan Oceana yang duduk dibelakang dari kaca spion tengah.
Oceana mengulum senyum. Sungguh Oceana dibuat gila dengan tingkah kecil dan perkatan manis Hendery akhir-akhir ini. Sedangkan Ibu dari laki-laki itu mengusap surai hitam Oceana dengan senyuman yang tak kalah manisnya.
"Tidak salah kamu memacarinya nak. Cantik nian, baik dan elok sangat parasnya. Ketemu dimana?" Cicit Ibunya Hendery.
Lantas Cean yang mendengarnya menggeleng. "Bukan tante, saya temennya Hendery." Cicitnya meluruskan.
"Ya sekarang memang masih teman Bu. Kalau besok atau lusa kan gak tau masih temen atau bukan. Bisa aja musuh, atau bisa aja beneran jadi pacar." Hendery menyeletuk. "Iya nggak An?" Ia menyunggingkan senyum, melirik Cean.
"Hah? Eh iya kali." Jawab Cean tegagap.
Hendery memutar kemudi memasuki sebuah pusat perbelanjaan. Ia menurunkan kaca lalu menekan tombol tiket. Setelah mendapatkan kertas parkir, ia mencari lahan yang kosong yang bisa ia tempati.
Hendery turun lebih dahulu lalu membantu Ibunya keluar dari mobil perlahan. Setelah itu barulah Oceana keluar dari kendaraan itu.
"Oh bisa sendiri, padahal mau bantu juga kayak Ibu." Kata Hendery, lalu dibalas mata memincing oleh Cean.
Mereka pergi kesalah satu pusat perbelanjaan guna memenuhi kebutuhan hidup. Seperti biasanya, berbelanja ke supermarket dan berbelanja pakaian lalu merayakan akan kehadiran kembali Ibu Hendery di sisi laki-laki itu. Setelah itu mereka pulang dengan begitu banyak tas belanja.
Hendery ke ruang tengah untuk mengurus prabotan yang baru ia beli. Sedangkan Cean membantu Ibunda Hendery untuk merapikan bahan makanan ke lemari.
"Hendery dimata kamu bagaimana Ceana?" Tanya Ibu pada Cean.
"Baik bu, sopan, asik, dan juga pintar. Hendery orang yang sangat pekerja keras, dan cerdik. Anak yang hebat, bisa berkerja dan belajar sesuai dengan porsinya. Terkadang Cean iri dengan dia yang begitu hebat, tapi keirian itu Cean jadikan motivasi agar lebih giat dalam belajar." Jawab Cean.
"Syukurlah kalau begitu. Ibu jadi senang mendengarnya kalau ternyata ia bisa menjadi motivasi untuk orang lain. Ceana semangat ya nak, kamu pasti bisa." Kata Ibu.
"Terimakasih ya Bu sudah melahirkan, membesarkan, dan mendidik anak seperti Hendery."
"Sudah kewajiban orangtua seperti itu Cean. Dulu ibu sangat takut meninggalkan Hendery, tapi anak itu selalu berkata bahwa tak usah memikirkan dirinya dan berfokuslah pada kesehatan ibu sendiri. Saat itu dia juga pernah berkata bahwa akan ikut program pertukaran pelajar. Ibu sempat menolak keinginan anak itu, karena ibu tak punya biaya. Namun ternyata dia diam-diam berkerja, dan diam diam menghasilkan banyak prestasi. Ibu sempat merasa bersalah karena membirkan ia seperti ini. Tapi apa yang dia katakan? 'Hendery senang bisa menghasilkan uang sendiri. Ibu tidak usah khawatir karena aku pasti akan baik-baik saja.' Dan entah kenapa Ibu merasa bahwa Hendery memanglah hebat dan Ibu memulai untuk mendukung apapun keputusannya."
Oceana yang mendengar penuturan Ibu Hendery terpana. Laki-laki itu amatlah berbeda dari sekian orang yang ia kenal. Baginya Hendery sangatlah istimewa dia berbeda, dan perbedaannya itu begitu indah dimatanya.
"Anak yang hebat terlahir dari Ibu yang hebat." Batin Cean.
-O-
Arloji yang melingkar pada tangan kanan Cean menunjukkan pukul setengah delapan malam. Ia tengah berada didalam mobil bersama Hendery yang mengantarkan dirinya pulang. Tadi Cean menolak untuk diantar pulang, mengingat jarak dari tempat tinggal Hendery dan rumahnya cukup jauh. Lagi pula Ibu dari laki-laki itu baru saja kembali, lebih baik Hendery menghabiskan waktu bersama orang terkasihnya bukan?
Hendery tetaplah Hendery, laki-laki yang sebisa mungkin memperlakukan perempuan dengan sebaik-baiknya dengan penuh pertanggung jawaban. Laki-laki itu kekeuh mengantar Oceana pulang, sebab membawa anak orang cukup lama dan harus dikenbalikan dengan baik. Yap, ia akan menemui Ayah dan Ibu Cean.
Hendery menyalakan radio, jingle dari saluran siaran itupun bergema didalam mobil. Cean yang hafal mati dengan jingle itu lantas bergumam mengikuti nada. Satu-satunya saluran yang ia dengarkan, terlebih lagi jika hari rabu.
"Suka dengerin siaran di Radio ini ya?" Tanya Hendery.
Cean mengangguk. "Yap suka banget! Kontennya bagus banget. Tempat lo jadi DJ juga kan."
"Iyap benar. Oh ya, waktu itu pernah bilang katanya lo mau datang saat ada jadwal gue siaran kan? Sekalian mau ketemu sama penyiar favourite lo." Kata Hendery teringat percakapannya dengan Cean saat itu.
"Oh iya! Rabu depan ya! Bisa nggak?" Cean berseru.
"Emm... bisa kok." Ucap Hendery mengkonfimasi. Lalu ia bertanya, "siapa sih orangnya? Nama udaranya deh," Katanya ingin tahu.
"Ada deh." Kata Cean.
"Yaudah kasih clue jam berapa siarannya."
"Rahasia." Jawab Cean malu.
—//—
Definisi update setahun sekali HAHAHAHAHAHAHAHAHA MAAAF BANGETTT GUYSSS :(( maafin aku yaaa hihihi janjiii habis ini fast updatee! Jadwal update hari KAMIS ya!!harusny aku update Juli aja ya, biar
sekalian HAPPY ANNIV😌 hehe
Terimakasih banyak teruntuk para pembaca :) aku heran kenapa kalian mau bacaa sampahan otak ku ini hihihiLavvvyuuu saaaawmat 💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara; Hendery
FanfictionOceana tidak pernah menyangka seseorang yang mengantarkannya pulang ternyata teman dekat saudara kandungnya. Oceana juga tidak menyangka tempat dimana ia selalu mengeluarkan keluh kesalnya ternyata orang yang ia cintai. Oceana juga tidak menyangka...