"Lo duluan aja deh Ta, gue mau ke toilet." Ucap Cean menyuruh teman sebangkunya untuk pergi ke kelas lebih dahulu.
"Gue tungguin deh, gapapa kok. Gue juga mau setoran." Ucap Agata.
"Yaudah kalo gitu, tungguin gue. Awas lo tinggal." Ucap Cean, Agata berdeham. "Hm, iya-iya."
Setelah itu Cean dan Agata memasuki bilik kecil masing-masing yang di sekolah mereka. Tidak berlangsung lama setelah mereka masuk, suara derap kaki dan bincang-bincang ramai memenuhi kamar mandi itu.
Cean yang awalnya tidak peduli menjadi ingin tahu saat orang-orang yang tidak ia tahu siapa saja mulai membicarakan seseorang yangbia kenal. Hendery. Yangyang. Xiaojun.
Tiga wajah baru sekolah kami. Mereka bukan murid pindahan, hanya saja saat kelas sebelas, mereka mengikuti program study exchange ke China. Semua orang mengenal tiga cowok itu.
"Gue kok baru tau ya ada yang namanya Hendery, mana ganteng banget lagi. Tau gitu gue deketin Hendery aja dari pada Kun." Ucap salah satu orang yang ada di luar.
Jujur, tubuh Cean menegang. Ia langsung menajamkan pendengarannya.
"Lah lo kan anak baru, mana lo tau kalo angkatan kita ada bocah ganteng. Dia ikut pertukaran pelajar taun lalu." Sahut teman satunya.
"Oh gitu, pantesan."
Setelah itu mereka senyap, tidak bicara lagi. Sebelum akhirnya salah satu dari mereka menyeletuk.
"Putusin Kun. Jadian sama Hendery. Hendery gampang kok di deketin, cuman lo harus singkirin dulu tuh adiknya pacar lo. Si Cean."
"Gue?" Bisik Cean dengan pelan menunjuk dirinya.
"Hendery lagi deket sama Cean. Ya lo tau aja kan, temen-temen nya Kun itu juga anak famous di sekolah. Pasti sering dah tu main kerumah terus ketemu eh akhirnya ntar jadian. Klasik." Cetus mereka.
"Tapi gimana caranya?" Kali ini suara cewek itu terdengar lagi.
"Ancam kek, apain kek. Bikin dia takut biar gak deket-deket sama target lo lagi." Saran salah satunya.
"Ntar gue kena masalah. Males ah udah tahun terakhir juga." Ucap Cewek itu.
"Halah santai aja. Disini mah yang bener malah di salahin. Lakuin aja udah, gak bakal kena masalah. Percaya deh," cetus mereka.
Cean terkejut mendengar penuturan orang-orang di luar. Sebegitu mengerikannya kah mereka untuk mendapatkan cowok yang mereka inginkan? Mengancam, menindas.
Getaran ponsel di saku rok Cean membuatnya sedikit terpenjarat. Ia mengeluarkan ponselnya dan melihat satu notifikasi masuk dari Agata. Oh astaga Cean sampai lupa kalau ada Agata disini bersamanya.
Agata
|Lo gapapa?
|Mau keluar sekarang?Gapapa gimana?|
Ntaran deh tunggu mereka keluar||itu, mereka ngerencanain sesuatu
|takutnya lo bakal kena terus lo yang disalahin.Gak bakal kok Ta, santai aja|
Ntar kalo mereka dah pergi kita keluar|
Pak Doyoung Coy||jsjsjsj
|sampe lupa kalau ini pelajarannya diaSetelah itu suara ramai-ramai itu menjauh keluar dari toilet. Cean dan Agata yang sedari tadi menahan diri agar tidak keluar akhirnya bisa bernafas lega. Setelah mencuci tangan, keduanya langsung bergegas menuju kelas.
Pak Doyoung, guru Sastra Indonesia mereka sudah menunggu.
-0-
Bel tanda kegiatan belajar-mengajar berdering nyaring. Para siswa dan siswi yang baru saja mengikuti pelajaran ramai-ramai memasukan buku mereka kedalam tas.
Di depan sana, Pak Doyoung baru selesai menuliskan kata terakhir catatan hari ini. Setelah itu menutup buku tebalnya dan melepas kacamata yang ia gunakan.
Pak Doyoung adalah guru pengganti sementara. Beliau menggantikan Pak Sehun yang sedang ditugaskan keluar kota selama tiga bulan. Dengar-dengar Pak Doyoung juga serorang dokter hewan yang membuka klinik tak jauh dari komplek perumahan yang didiami Cean.
"Sekian pelajaran hari ini, kalau ada yang ingin ditanyakan silahkan bertanya di pertemuan minggu depan. Dan jangan lupa kerjakan tugas yang bapak berikan." Tutup Pak Doyoung lalu melangkah keluar dari kelas.
Hari ini Cean harus menjalankan tugas piketnya bersama empat murid lainnya. Ia segera mengambil sapu di pojok kelas dan mulai membersihkan lantai-lantai berpasir ini.
"Cean gue duluan ya, ntar kalo ketemu Kakak lo gue bilangin supaya nungguin lo." Pamit Agata pada Cean.
"Iya Ta! Makasi yaa," balas Cean.
"Yoi."
"Eh Ce." Tegur temannya. Hanbin.
"Hah, apa?" Sahut Cean.
"Lo.. sama Kak Hendery ada hubungan apa?" Tanya Hanbin.
Cean mengkerutkan keningnya. Untuk apa Hanbin bertanya seperti itu?
"Engga ada apa-apa sih. Kenap emangnya?" Ucap Cean menjawab pertanyaan Hanbin.
"Enggak papa, hehe." Ucap Hanbin lalu terkekeh.
Aneh.
-//
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara; Hendery
FanfictionOceana tidak pernah menyangka seseorang yang mengantarkannya pulang ternyata teman dekat saudara kandungnya. Oceana juga tidak menyangka tempat dimana ia selalu mengeluarkan keluh kesalnya ternyata orang yang ia cintai. Oceana juga tidak menyangka...