4

1.6K 243 6
                                    

Cean memutar-mutar pensilnya dijari. Ia sedang melamun, memikirkan apapun yang ada di kepalanya.  Ingin menemukan ujung sebuah pemikirannya tapi yang ada malah semakin rumit. Ruwet seperti benang kusut.

Kenyataan bahwa intensitas kedatangan Hendery ke kelasnya membuatnya merasa bingung. Tidak tahu kenapa ia bingung, hanya saja perlakuan itu terkadang membuat jantung Cean berdetak tak semestinya.

"Mau ke rumah sakit?" Celetuk Kun dari pintu.

Cean menggeleng, mengembalikan kesadarannya. "Eh? Engga kak." Ucapnya menurunkan tangan dari dada.

Kun berjalan mendekat. Ditangannya ada sekaleng Cola. Pakaian rumah yang sering Kun gunakan terlihat lebih santai daripada biasanya.

"Tumben." Cetus Cean.

"Tumben apa?" Tanya Kun.

"Tumben minum Cola, biasanya juga air mineral." Celetuk Cean.

"Yee itu mah kamu." Cerca Kun.

"Kak. Menurut Kakak nih ya, tanda kalau cowok suka sama cewek itu gimana?" Tanya Cean tiba-tiba membuat Kun tersedak.

"Dih alay banget dah, nanya doang padahal." Cean mencibir.

"Habisnya lo nanyanya begituan. Ya mana gue tau. Tanya noh sama Lucas." Sahut Kun.

"Ogah nanya sama dia mah, ntar dia ngiranya gue suka sama dia." Ucap Cean menolak saran Kun.

Kun meletakan kaleng colanya di atas nakas lalu menoleh, menatap lamat-lamat adiknya.

"Yang pertama, dia sering nyamperin lo."

Hendery tidak melakukan itu.

"Yang kedua, dia rela puter balik demi nganterin ceweknya pulang."

Lagi, Hendery tidak melakukannya.

"Yang Ketiga, memberi perhatian lebih. Contohnya lo tau sendiri lah, nanya kabar, nanya udah ini itu belum."

Hendery hanya membuka ponselnya saat dalam keadaan penting.

"Yang ke-empat, sering datang kerumah padahal gak ada sesuatu yang penting."

Hendery datang saat di ajak main PS saja.

"Yang ke-lima, dia naruh perhatian sama orang yang dia suka. Dan berani bertindak lebih dari sekedar kata teman."

Hendery tidak.

Tapi semua itu bohong. Semua kata tidak itu bohong. Yang benar adalah; Hendery melakukan itu. Benar-benar melakukannya.

Semua yang Kun sebutkan selalu Cean dapatkan dari Hendery. Teman kakaknya itu entahlah kenapa, sering memberi advice pada Cean. Bahkan banyak hal-hal kecil yang Cean terima dari Hendery.

"Kenapa tiba-tiba nanya gitu?" Kun bertanya.

"Enggak kenapa-kenapa sih, cuma kepo." Jawab Cean.

"Gak mungkin gak ada apa-apa." Balas Kun. "Biar gue tebak, lo.. jatuh cinta ya?" Tebak Kun.

Cean menggeleng kuat. "Ih engga! Sembarangan deh. Dibilangin cuma kepo."

"Halah tipu." ucap Kun.

"Loh beneran! Suer." Balas Cean lalu menimpuk pundak Kakaknya dengan guling.

"Bilang aja kali, kalo lo deg-degan kalo deket-deket sama Hendery. Gue tau kali kalo itu anak suka sama lo, belum keliatan aja." Celoteh Kun.

"Sembarangan deh. Udah ah sana keluar, udah masuk engga ketok pintu sekarang ngomong ga jelas bikin pusing." Omel Cean sambil menghusir Kun keluar dari kamarnya.

Setelah berhasil membuat kakaknya keluar dari kamar dan mengunci pintu, Kun bersuara. Suaranya itu membuat Cean ingin menimpuknya dengan guling lagi.

"Kalau suka bilang ya! Biar nanti cepet jadian." Suara Kun dari balik pintu.

"Berisikkk!" Balas Cean.

-0-

'Oke, baru saja kita dengarkan lagu fresh roses yang di bawakan oleh Juke Ross. Widih lagunya enak banget ya, fresh roses in my garden need the rain.."

Gadis itu menyimak suara yang keluar dari radio handphonenya. Senyumnya merekah ketika mendengar suara si penyiar. Setelah cukup lama, sesi curahan hati tiba. Ia langsung menghubungi radio yang sedang ia dengarkan sekarang.

"Halo dengan siapa disana?"

"Halo, malam. Dengan Polar Bear disini."

"Oalah Polar toh. Apakabar? Kalau bergabung sama kita berarti ada sesuatu nih iya gak?"

"Kabar baik Zoe. Iya nih lagi galau, ada cowok yang lagi deketin gue tapi guenya takut kalau ternyata dia cuma nyaman sebagai teman. Gimana ya?"

"Ow ow ow, ternyata polar sekarang punya cowok. Ya gimana ya, menurut gue nih ya selagi lo nyaman kalau deket sama dia kenapa engga? Mungkin dia lagi mencoba untuk membuka hati lo, lagi mencoba untuk buat lo nyaman dulu. Nanti kalau dia rasa lo udah nyaman baru deh dia berani buat berbuat lebih."

"Tapi gue takut kalau ternyata dia cuma deketin terus setelah gue ngerasa nyaman dia tunggalin."

"Polar bear, lo harus positive thinking. Jalanin aja dulu, sambil berdoa semoga aja cowok yang lagi deketin lo itu gak begitu. Good luck ya Polar!"

"Siap deh Zoe, makasih ya udah mau kasih saran. Ntar kalau ada perkembangan gue sampaikan lagi."

"Siap, terimakasih kembali Polar!"

Setelah itu sambungan telepon terputus. Gadis itu menaruh ponselnya di kasur dan menghempaskan tubuhnya.

"Semoga lo serius Ry."

-//

Suara; HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang