3

2.2K 303 31
                                    

Matahari bersinar terik, cahaya nya yang mengenai lapangan sekolah membawa udara panas di sekitarnya. Cean bergerak cepat menuruni tangga gedung perpustakaan. Ia baru saja menukar buku paket semester satunya ke buku semester dua.

"Cean!" Teriak seseorang dari arah berlawanan.

Cean berbalik cepat, dan menemukan Hendery yang sedang melambaikan tangannya di atas kepala. 'Hai!' Gerakan bibirnya dari kejauhan.

Hendery berlari kecil mendatangi Cean. Kaki panjang yang dimiliki cowok itu membuatnya tiba dengan cepat.

Sesampainya di hadapan Cean, Hendery menghembuskan nafasnya panjang lalu nyengir. Memperlihatkan deretan giginya yang rapih.

"Kenapa?" Tanya Cean langsung.

Hendery merapikan kemeja sekolahnya, lalu menyimpan kedua tangannya di belakang tubuh dengan ekspresi yang masih sama. Tersenyum manis.

"Lo kenapa sih? Serem tau nyengir mulu." Cean bertanya lagi sambil bergidik.

"Eumm, lo udah makan siang?" Tanya Hendery. Cean langsung memeriksa jam di pergelangan tangannya.

Pukul dua belas lewat lima.

Cean menggeleng. "Belum. Ini baru mau makan. Kenapa?"

Hendery mengangkat tangan kirinya dan mengambil alih tas jinjing berisi buku yang dibawa Cean. Setelah itu, dengan gerakan cepat, tangan kanannya yang bebas merangkul pundak Cean.

"Ayo makan bareng!" Ajak Hendery menarik Cean.

"Hah?"

"Hah hih huh." Sahut Hendery.

"Apaan sih. Tangannya awas, gerah." Ucap Cean melepas rangkulan Hendery.

"Engga mau."

"Ry!" Seru Cean.

"Apa?" Hendery membalas.

"Awasin tangannya. Beneran deh, gue gerah." Cetus Cean.

Hendery pun melepaskan rangkulannya, namun tangan cowok itu tidak henti-hentinya mengganggu Cean.

-o-

Cean memandang bingung cowok di depannya yang kini tengah melahap pentol bakso sambil tersenyum.

Sejak sepuluh menit yang lalu, Hendery tidak berhenti tersenyum, bahkan mengunyah dan menyedot Jusnya sambil tersenyum. Sungguh, Cean bingung dan juga sedikit seram melihatnya.

Cean menghentakan garpunya ke piring. Menatap kesal Hendery di depannya. Suara dentingan nyaring itu membuat Hendery tekejut.

"Lo kenapa sih? Gue gak ngerti apa-apa, lo senyam-senyum dari tadi. Serem tau gak?" Ucap Cean kesal.

Hendery yang tadinya cengar-cengir kini diam. Bingung sekaligus takut melihat sikap Cean yang sedang kesal.

"Enggak kenapa-kenapa, cuma lagi seneng aja. Sorry kalau buat lo jadi gimana-gimana." Ucap Hendery.

Cean menggembungkan pipinya. "Terserah."

"Jangan marah dong, iya-iya gue salah. Gue gak jelas." Ucap Hendery.

"Cean jangan bad mood ya? Ya? Ya?" Ucap Hendery memasang wajah melas didepan Cean.

"Ish jangan diliatin kayak gitu." Ucap Cean memalingkan wajah.

Suara; HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang