15

916 137 6
                                    

Dua hari lamanya Cean dan Hendery tidak bertemu satu sama lain. Selain Cean yang benar-benar butuh istirahat, Kun juga meminta Hendery untuk tidak menjenguk dalam kurun waktu dua hari. Hendery juga harus menjalankan hukuman nya jadi ia tidak masalah dengan hal itu.

Memang Cean belum sepenuhnya pulih, terkadang ia muntah dan merasakan pusing yang tidak mengenakan. Tapi ia sudah bisa melakukan hal-hal ringan dan bergerak kesana kemari dalam intensitas rendah.

Jarum jam menunjukan pukul setengah delapan malam. Hendery datang berkunjung ke rumah sambil membawa sekotak martabak manis coklat. Cean yang sedang mendengar siaran radio melalui telepon genggamnya pun terkejut dengan kedatangan yang tiba-tiba itu.

"Udah baikan An?" Tanya Hendery mengambil posisi duduk di sebelah Cean.

"Hai, udah enakan kok." Jawab Cean menatap wajah Hendery yang masih terlihat memarnya. Cean menyentuh luka itu, Hendery meringis.

"Sakit ya? Udah di obatin?" Tanya Cean.

"Udah, tapi dikompres doang sih dari kemaren. Kamu gimana? Masih ngerasa sakit?" Balas Hendery.

"Kadang masih ngerasa pusing tiba-tiba. Tapi ya feels better than yesterday." Ucap Cean.

"Syukur kalau gitu. Oh ya, aku bawain martabak manis siapa tau kamu pengen kan. Dimakan ya, ngantrinya panjang soalnya." Hendery berucap lalu menyerahkan kotak berisi martabak manis itu pda Cean.

Cean menerima kotak itu, seraya berkata. "Masa sih ngantri panjang? Alesan ah kamu. BTW Makasih Ry."

"Sama-sama. Abang mana?" Tanya Hendery celingukan.

"Dikamar ngerjain tugas. Itu lebam kamu aku obatin ya? Serem aku liatnya." Jawab Cean. Ia juga menjukan diri untuk mengobati lebam pada wajah Hendery.

Hendery megangguk. Lalu Cean beranjak dari sofa menuju lemari dimana kotak P3K disimpan. Cean juga tidak lupa mengambil handuk dan es batu untuk mengompres. Tidak lama setelahnya Cean kembali setelah mencuci tangannya. Gadis itu membuka kotak putih itu dan mengambil beberapa benda yang ia perlukan.

Cean mengambil kapas dan menuangkan sedikit alkohol. Ia mulai membersihkan permukaan kulit Hendery dengan benda itu.

"Kamu merem deh. Jadi aku enak bersihinnya, mata kamu juga ga perih kena uapnya." Pinta Cean pada Hendery, dan cowok itu mengikutinya.

Cean mengusap pelan tulang pipi Hendery yang membiru dengan alkohol. Kemudian membalut es batu dengan handuk dan menempelkannya pada memar di wajah Hendery.

Asik menekan dan melepas kompresan, Hendery yang tadinya merem mendadak membuka matanya dan menatap Cean yang sangat dekat dengannya. Cean yang mengetahui itu lantas balik menatap Hendery dan melepas kompresannya.

Cean menghela nafasnya. "Kamu kenapa berantem?" Tanya nya khawatir.

Hendery menarik sudut bibirnya membentuk lengkungan indah. "Aku gak akan berantem kalau dia gak berbuat kayak gitu. Aku sayang sama kamu Oceana, aku gak akan biarin ada orang jahat yang berani deketin kamu."

"Gak bisa ya kalau gak berantem tinju-tinjuan? Kasian kamunya, jadi babak belur terus dapet hukuman juga."

"Aku sih gak apa-apa babak belur karena ngelindungin kamu An. Aku juga jadi seneng bisa tau rasanya jadi orang di novel yang kamu baca. Bisa sedeket ini dan dapat perhatian dari kamu." Ucap Hendery.

"Hah gimana maksudnya?" Tanya Cean tak paham.

"Tau gak sih pas aku berantem sama June yang ada di kepalaku tuh cuma kamu. Terus pas dipanggil sama guru aja, aku malah ngebayangin gimana pas nanti kamu ngomel-ngomel sambil ngobatin luka ku di ruang kesehatan. Tapi ternyata pas aku keluar dari ruang konseling, mau nyari kamu terus ajak ke ruang kesehatan. Eeh kamunya udah keburu di gendong ke mobil sama Lucas." Hendery bercerita sambil sesekali tersenyum mengingat kelakuannya.

"Jadinya aku ngobatin luka sendiri. Padahal seru kalau kamu yang ngobatin, kamu kan jarang ngomel." Sambung Hendery.

Pipi Cean mendadak bersemu merah mendengar penuturan Hendery. Novel yang Cean baca katanya? Enggak kebalik apa? Yang tau banget malah Hendery.

"Cie salting." Goda Hendery menyentuh hidung Cean dengan ujung jarinya.

"Nyebelin ah. Emangnya antara kamu sama June ada apa? Sampai kamu berantem sama dia." Ucap Cean.

Saat Cean berkata seperti itu ada keraguan di hati Hendery, antara mengatakan yang sebenarnya atau menyimpannya rapat-rapat. Hendery takut kalau ia mengatakan hal itu Cean kepikiran dan takut ada suatu hal yang tidak ia inginkan terjadi.

"Ry? Ada apa?" Tanya Cean lagi.

"Ah engga. Pokokny ada deh masalah laki." Ucap Hendery menggaruk tengkuknya.

"Oh yaudah. Ini aku kasih salep ya? Biar gak nyut-nyutan terus." Balas Cean.

Hendery mengangguk dan membiarkan Cean mengoleskan salep bening di permukaan kulitnya. Cean juga mengobati luka di sudut bibir Hendery. Setelah selesai, Cean menyimpuni barang yang ada di kotak P3K dan mencuci tanganya.

———

Cean dan Hendery kini tengah menonton tayangan komedi di televisi. Kepala Cean bersandar di pundak Hendery, begitu juga cowok itu yang menangkup sisi kepala Cean dengan tangannya.

"Kamu gak musuhan kan sama Lucas? Karena dia gendong aku?" Tanya Cean.

"Ya engga lah. Justru aku mau berterimakasih sama dia." Jawab Hendery.

"Ry," panggil Cean.

"Hm, kenapa?" Sahut si empunya nama.

"Barusan ada salam, katanya Kamu cakep terus baik lagi." Ucap Cean.

"Siapa yang bilang?" Tanya Hendery masih berfokus pada tayangan di TV.

"Yang bilang hati ku." Jawab Cean.

Lantas Hendery menarik kepalanya dan mengerutkan dahi. "Hah?"

"Iyaa tadi ada yang bilang kamu cakep, kamu baik. Yang bilang hati ku." Jelas Cean tanpa ragu.

"Ohh gitu." Kata Hendery.

"Udah gitu doang?" Sahut Cean ikut menarik kepalanya dari bahu Hendery sambil melebarkan matanya.

"Maunya gimana?" Tanya Hendery.

"Ish tau ah." Ucap Cean kesal lalu kembali menyenderkan kepalanya.

Hendery terkekeh, membuat tubuhnya bergetar. Cean yang merasakan guncangan karena tertawa dari Hendery menjadi semakin kesal.

Tangan hendery yang tadinya lurus di sandaran sofa bergerak turun memeluk pundak Cean. "Bilangin hati kamu, kata hatinya Hendery dia sayang banget sama Cean."

Cean yang mendengar hal itu langsung membulatkan matanya, perutnya terasa geli seperti ada ribuan kupu-kupu berterbangan.

Cean pun sengaja meminta Hendey untuk mengulang ucapnnya, "hah gimana-gimana? Gak nangkep maksudnya."

Henderypun melihat ke arah lain, "ah engga ada apa-apa. Gak jadi, udah gak udah berisik. Nonton aja itu TVnya masa di kacangin." Ucap Hendery.

-//-

Suara; HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang