20

687 116 0
                                    

Kun benar-benar mengantarkan adiknya ke kantor Radio tempat dimana Hendery menjadi penyiar. Kun menurunkan Cean di lobby, lalu menunggu adiknya itu di parkiran. Ia membiarkan adiknya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Cean menurunkan tudung jaket yang ia pakai ketika berdiri di depan meja resepsionis. Seorang karyawan laki-laki menyapanya dengan ramah dan menanyakan tujuan Cean ke sini.

"Selamat malam, ada yang bisa dibantu?" tanya pegawai.

Cean mengehela nafasnya. "Saya mau bertemu dengan Hendery. Anak SMA yang menjadi penyiar malam ini."

"Kalau boleh tahu, nama kakak siapa ya?"

"Bilang aja, temennya. Terus kasih tau kalau udah nungguin dilobby dari tadi." kata Cean.

"Baiklah kalau begitu. Kakaknya boleh duduk disana, menunggu Kak Hendery datang." ucap Pegawai itu mengiyakan.

Cean pun melangkah pergi menuju kumpulan sofa di pinggir ruangan. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang menunggu cowok ber-rambut hitam legam itu.

Kakinya tidak bisa diam. Cean menggerakkan terus tumitnya. Sesekali ia melihat jam di ponselnya, padahal hanya dua menit waktu yang berlalu tapi ia merasa seperti sudah setengah jam menunggu.

Suara langkah kaki dan bisik-bisik terdengar dari belakang Cean. Suara itu semakin mendekat, dan akhirnya gadis itu berdiri dan berbalik melihat arah datangnya suara itu.

"Cean?" kata cowok yang selama ini Cean cari dan tunggu kabarnya. "Kamu ngapain di sini?" lanjutnya.

Tanpa menjawab pertanyaan Hendery, Cean melangkah maju dan langsung memeluk tubuh hendery dengan kedua tangannya. Hendery yang mendapat perlakuan seperti itu pun terkejut dan bingung harus berbuat apa.

"Kamu kemana sih? Aku chat gak dibales, di telpon juga gak di angkat. Semuanya nyariin." Kata Cean masih memeluk Hendery.

"Kamu kenapa ngilang tiba-tiba? Kenapa pergi pas kemarin papasan sama aku? Kenapa kamu gak kasih kabar? Kamu kira aku gak khawatir? Aku khawatir Ry. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi sama kamu." tutur Cean panjang.

"Kenapa diem? Jawab Ry." Kata Cean lagi.

Tangan Hendery yang semula hanya tergantung di samping tubuh, kini terangkat membalas pelukan Cean. Ia mengusap lembut pundak gadis itu dan menempelkan pipinya di puncak kepala Cean.

"Maaf. Maafin aku." kata Hendery.

Suara itu, suara yang Cean rindukan seharian ini akhirnya terdengar. Orang yang seharian ini di tunggu kabarnya akhirnya bertemu. Orang yang kemarin menghilang tiba-tiba akhirnya bisa di temukan. Semua kata tanya yang di lontarkan kini menemukan jawabannya.

Tanpa Cean sadari, air matanya jatuh. Padahal ia sudah berusaha untuk tidak menangis, namun akhirnya gagal juga. Hanya dengan mendengar suara ini. Hanya dengan kata 'maaf'.

Malam ini, satu persatu puzzle yang hilang mulai ditemukan. Serpihan yang hilang itu bisa kembali ke tempatnya. Malam ini, cerita baru itu dimulai.

—//—

'

Suara; HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang