Winwin menjemput Cean tepat pukul lima sore hari. Awalnya Kun tidak mengizinkan adiknya itu untuk pergi, namun karena paksaan dari Cean pada akhirnya Kun-pun menyerah dan mengizinkannya.
"Hati-hati, pulangnya jangan malem-malem." pesan Kun pada adiknya.
"Iya bawel." celetuk Cean.
"Gue peduli loh ini dek, kamu ini." oceh Kun sebal.
"Hehehe sayang Kakak," ucap Cean memeluk pinggang Kun.
"Udah sana, ditungguin tuh." tegur Kun menyuruh adiknya untuk segera pergi.
Semakin lama berangkatnya, semakin malam pulangnya. Begitu fikir Kun.
Mobil Jeep yang dikendarai Winwin bergerak maju meninggalkan halaman parkir rumah. Deru mesin semakin terdengar menjauh, hingga akhirnya Kun tidak bisa mendengar suara itu lagi barulah Kakak dari seorang adik perempuan itu masuk kedalam rumah.
Baru saja Kun hendak memutar anak kunci, suara klakson menginterupsi pergerakannya. Kun pun kembali membuka pintu panel dan tersenyum sumringah melihat Ayah dan Ibunya pulang.
"Baru aja kakak mau kunci pintu Bun, untung ngelakson." ucap Kun menyalimi tangan Ibunda.
"Cean mana?" tanya Sang Ayah yang baru saja keluar dari balik kursi kemudi sambil menenteng sebuah tas.
"Baru aja pergi Yah, ke RSJ bareng Winwin sama temen ceweknya." jawab Kun lalu mengambil alis tas tenteng Ayahnya.
"Lho, siapa yang sakit?" tanya Sang Ayah lagi.
"Ada temen dia, depresi katanya. Ayuk atuh Ayah, Bunda, masuk. Senja ini." kata Kun menjawab pertanyaan Ayahnya.
"Wes wes onok onok wae cah saiki." tutur Bunda sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
—o—
"Jemput Amanda dulu." berita Winwin pada Cean.
"Iya."
Winwin menekan klakson, lalu beberapa saat setelahnya Amanda—teman dekat Wina, keluar dari balik pintu kayu yang menutupi halaman rumah.
Pintu di sebelah kiri Cean terbuka, lalu Amanda terkejut dan langsung menutup ya kembali.
"Kirain gak ada orang, sorry." ucapnya lalu beralih ke pintu belakang kabin.
Setelah bunyi pintu tertutup terdengar, Winwin menjalankan mobilnya kembali. Melanjutkan perjalanan mereka menuju rumah sakit.
Untuk sampai disana, mereka harus menempuh kurang lebih dua puluh lima menit lamanya. Beruntung saat mereka pergi, jalanan tidak begitu padat maka perjalanan mereka berjalan normal. Kalau jalan sedang padat, maka semakin lama perjalanan mereka.
Pukul lima lewat tiga puluh delapan menit, mobil yang membawa tiga murid SMA itu terparkir rapi di halaman parkir rumah sakit. Jam besuk masih sekitar dua puluh menit lagi, maka mereka memutuskan untuk menunggu di ruang tunggu yang cukup ramai pengunjung.
"Manda, Cean. Gue ke toilet bentar ya." izin Winwin pada keduanya.
"Iya kak." balas Amanda cepat, mendahului Cean.
Setelah Winwin pergi, Cean memutuskan untuk duduk di bangku besi ruang tunggu. Membiarkan fikirannya melayang-layang enath kemana. Suasa disini sangat tenang, sangat mudah membuat fikiran membayangkan hal hal baru.
"Lo Cean kan?" tanya Amanda tiba-tiba.
Cean mengangguk. "iya gue Cean, kenapa?"
"Oh enggak, cuma memastikan. Dalam rangka apa lo dateng ke sini? Ngikutin kak Winwin? Mau menel?" nyinyir Amanda asal.
Alis Cean bertaut, 'ini orang kenapa sih?' Batinnya.
"Gue mau jengukin Wina, emangnya kenapa? Maaf aja nih, lo ngomongnya gak enak banget. Menel? Buat apa sih, nggak guna juga." balas Cean tidak suka dengan cara bicara Amanda.
Amanda melipat tangannya di depan dada. "Hello? Lo nyadar gak sih kalau lo tuh murahan. Udah punya cowok, masih aja main sama cowok lain. Ngaca dong!"
"Maksud lo apaan sih? Lo ada masalah apa sama gue sampe ngomong gitu? Lagian nih ya, gue tau diri." balas Cean tak kalah lantang.
"Eh ada apa ini? Cean? Manda?" suara Winwin yang baru saja kembali dari toilet memutus perdebatan mereka.
"Urusin tuh temen Cewek lo." ucap Cean bergerak pergi dari ruang tunggu.
"Eh? Cean lu mau kemana?" Panggil Winwin panik.
"Kalian ngapain sih?!" ketus Winwin frustasi dan melangkah pergi.
-o-
"Rese amat jadi orang." cicit Cean melempar batu kedanau.
Cean tidak benar benar pulang ke rumahnya. Ia tidak tahu persis daerah sini, takut dirinya akan tersasar.
Gadis itu memutuskan untuk duduk di rerumputan tepi danau rumah sakit. Beberapa pasien terlihat mondar mandir bersama perawat.
M
Lagi dan lagi Cean misuh-misuh akibat perkataan Amanda yang menurutnya sok tau dan tidak tersaring."Sebel banget. Apa kata dia? Menel? Cih, sok tau. Kenal aja engga." Ucap Cean kesal.
Telepon genggan Cean berdering, layar yang menyala menampilkan nama 'Kak Winwin' disana.
"Halo, kenapa?" tanya Cean to the point dengan nada kesalnya.
"Lu nggak beneran balik kan? Lu masih disini kan?" tanya Winwin dari seberang khawatir.
"Gak. Mana gue tau jalan baliknya lewat mana."
"Cepetan ke ruang tunggu. Amanda udah pergi noh ke toilet."
"Iye berisik, gue kesana." tutup Cean lalu berdiri sambil menepuk roknya yang terdapat daun kering.
—//—
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara; Hendery
FanfictionOceana tidak pernah menyangka seseorang yang mengantarkannya pulang ternyata teman dekat saudara kandungnya. Oceana juga tidak menyangka tempat dimana ia selalu mengeluarkan keluh kesalnya ternyata orang yang ia cintai. Oceana juga tidak menyangka...