33

520 82 5
                                    

Gatel pengen update:)
Enjoy!!


Hendery benar-benar mengejar taksi biru yang mengangkut Cean pergi. Ia menyelip diantara mobil-mobil san bus yang berjalan lambat. Jam segini memang waktu yang kurang tepat untuk keluar rumah. Semua kendaraan yang menghilang disiang hari ini kembali bermunculan memenuhi ruas-ruas jalan.

Didepan sana ada portal yang berdenting nyaring, memberi peringatan akan ada kereta yang melintas. Hendery semakin melajukan motornya melewati celah-celah yang bisa ia lalui. Namun pada akhirnya ia harus mengumpat ketika taksi yang ditumpangi Cean melaju melewati rel kereta api dan setelahnya portal ditutup sempurna.

Hendery hanya berharap, Cean pulang kerumah. Tidak pergi kemana-mana kecuali rumah. Dengan hati yang gelisah dan kepala yang berisi tanya ia menunggu dengan tak sabaran di balik portal kuning yang tak kunjung dinaikkan.

Sementara itu, disebuah taksi seorang gadis tengah melamun memandangi pohon-pohon yang bergerak cepat diselanjang jalan. Air matanya masih turun, supir taksi yang membawanya tetap diam, tak mau ikut campur urusan penumpangnya. Hanya sesekali melirik lewat sepion dengan tatapan kasihan.

Setibanya Cean dirumah, ia langsung membayar biaya perjalanannya dan memasuki pekarangan rumahnya dengan cepat. Ada Kun disana, tengah mencuci mobil kesayangannya.

"Kalau ada Hendery kesini bilang aja gue gak dirumah." ucap Cean cepat lalu memasuki rumah. Kun hanya mengiyakan permitaan adiknya, dan membiarkan rasa penasarannya tertahankan.

Tepat ketika Cean menghilang dibalik pintu Coklat depan, Hendery tiba dengan tampilan kacau. Ia bertanya pada Kun prihal keberadaan Cean, dan sesuai permintaan adiknya ia berkata bahwa Cean tidak di rumah.

"Kun, bilang sama gue kalo dia didalam. Please." Ucapnya memohon.

Kun berhenti menyemprot mobilnya dengan air, ia menarik kerah Hendery dengan sebelah tangannya.

"Lo apain adek gue?" tanya nya singkat dan begitu dingin.

"Gue gak ngapa-ngapain sumpah. Dia habis nemuin cewek lo, habis itu pergi sambil nangis. Gue gak tau kenapa!" Hendery menjawab, sorot matanya menyiratkan kekhawatiran.

"Kalo lo gak ngapa-ngapain dia, dia gak bakal pulang sambil nangis begitu sialan!" Tekan Kun semakin menarik kerah Hendery.

"Tapi gue beneran gak ngapa-ngapain dia! Seharusnya lo tanya sama pacar lo, dia habis ngobrol apa sama Cean. Bukan nanya gue!" Hendery membalas dengan tegas. Kun terdiam, ada baiknya ia mengikuti perkataan Hendery.

"Please lah, lo hafal betul sama tabiat gue." kata Hendery lagi, kini suaranya melunak.

Kun melepas cengkramannya. Lalu menyuruh Hendery pergi. "Sekarang lo pulang dulu, biar gue yang urus. Setelah gue selesai lo boleh turun tangan." Kata Kun.

"Tapi—"

"Atau lo mau gue larang ketemu adek gue lagi?" potong Kun. "Udah dua kali sama yang ini." Katanya.

"Oke fine. Gue pulang. Lo harus kabarin gue pokoknya. I'm sorry kalau ternyata itu emang salah gue." Ucap Hendery lalu pergi.

Sepergian Hendery, Kun langsung berhenti mencuci mobilnya dan berlari kecil memasuki rumah. Beruntung Bunda dan Ayah belum pulang, kalau sudah mungkin bisa makin susah urusannya.

Kun memanggil Cean dari balik pintu. Ia mengetuk namun tak juga ada balasan. Akhirnya ia membuka pintu tersebut dan memasuki kamar bercat biru laut dan mendapati seseorang tengah tertidur di atas kasur.

Ia duduk di pinggir kasur adiknya, hendak membangunkan karena hari sudah senja. Namun tangannya tertahan ketika ia melihat ponsel adiknya menyala dan menampilkan aplikasi voice recorder yang masih merekam. Kun mengambil ponsel itu dan memberhentikan rekaman. Ia melihat sekilas wajah adiknya, matanya sembab, hidungnya merah, dan ada jejak air mata di pipinya.

Memang lancang, namun inilah hal yang ia lakukan agar mengetahui penyebab adiknya tertidur dengan mata sembab. Dengan volume kecil ia menyetel rekaman itu dan mendengarkannya dengan seksama.

Menit pertama rekaman itu hanya ada suara hentakan kaki, seperti menaiki anak tangga. Lalu dua menit setelahnya mulai ada suara bincang-bincang, sepertinya percakapan antara dua orang. Suara pertama yang ia dnegar sudah pasti adalah suara adiknya. Cean. Lalu ada keheningan, dan kemudian ada sahutan dari orang yang tengah di ajak bicara. Kun terus mendengarkannya, dalam diam dan konsentrasi menerka-nerka dengan siapa adiknya berbicara.

Percakapan itu selalu diselingi dengan keheningan panjang. Seperti sengaja menghabiskan waktu, dan menimalkan jawaban.

"Lo tau kan kalau gue pacar abang lo, Kun."

Mata Kun membulat. Ia tahu suara siapa yang ada di rekaman ini. Dan ia semakin yakin setelah kalimat itu terdengar. Dalam hati ia bergumam "Ternyata bener Alona" Lalu terdengar helaan nafas disana setelahnya. Kun terus mendengarkan rekaman itu hingga selesai, hingga dimana rekaman itu menyuarakan keributan antara adiknya dan temannya, Hendery. Suara pintu tertutup, suara isakan tangis.

Kun tahu, dan ia harus memastikan segalanya. Dengan cepat ia mengirim rekaman itu ke ponselnya. Lalu setelahnya ia menaruh ponsel itu dalam keadaan menyala dengan alarm terset sepuluh menit dan selembar sticky notes diatasnya. Beginilah isinya kira-kira:

"Jangan sakit, jangan nangis lagi. Kompres matanya cepat sebelum bunda pulang, nanti kalau bunda udah dateng bilang aja lagi keluar ada perlu sebentar."
—Qian

—//—

Sumpah inimah aku mau minta maap kalau beberapa part terakhir ini agak kurang gimana.

Rada aneh, janggal, dan kayak gak nyambung.  Maaf banget :)

Suara; HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang