32

507 76 20
                                    

"Lo beneran mau nemuin dia? Lagian berani amat ngajak ketemuan berdua." Hendery bertanya, ia merasa tak yakin dan was-was.

"Ya beneran lah. Lagian nih ya, gue kepo kenapa sebegitu ambisnya Alona buat ngomong sama gue." jawab Cean tanpa ragu. Lalu berdiri hendak melangkah pergi.

"Tapi An," cegah Hendery.

Cean berbalik, ia memegang pundak Hendery. "Gak apa-apa Ry, cuma ngomong bentar paling tiga puluh menit. Kalau lebih dari itu, lo boleh nyamperin gue ke atas." Ucap Cean sebagai jaminan bahwa ia tidak akan kenapa-kenapa.

Lalu setelah itu Hendery membiarkan Cean pergi. Setelah itu ia menyetel timer tiga puluh menit dan menunggu dalam kesunyian sore hari.

-o-

Cean menaiki tangga menuju lantai tiga dimana siang tadi ia bertemu dengan Alona. Sebelum akhirnya ia menaiki anak tangga lagi, Cean memutuskan untuk menyalakan voice recorder yang ada di ponselnya. Baru setelah itu ia kembali melanjutkan perjalanannya.

Ketika ia tiba, Alona sudah menunggu di sana, dengan helaian rambutnya yang terbang tertiup angin.

"Gue cuma punya waktu tiga puluh menit. Dan sekarang sisa dua puluh lima menit. Lo boleh ngomong tentang 'urusan' itu." ucap Cean memberitahu.

Alona tidak merespon apa-apa, hanya ada keheningan di antara mereka selama beberapa menit. Jari-jemari Cean mengetuk pagar pembatasbdi sampingnya, menunggu perempuan didepannya ini berbicara.

"Jangan terlalu baper sama Hendery An. Gue tau niat dia busuk." ucap Alona, memulai ceritanya.

Kening Cean berkerut. "Maksud lo?" tanya nya.

"Lo tau kan kalau gue pacar abang lo, Kun." ucapnya lagi, Cean mengangguk.

"Hendery nyuruh gue buat putus dari Kun. Tapi gue gak mau." Kata Alona lagi. Jujur, Cean tidak percaya, karena mana mungkin Hendery begitu.

"Gak mungkin lah Hendery nyuruh lo putus dari kakak gue, dia berteman baik sama Kakak gue." kata Cean tak percaya.

"Sudah gue duga lo bakal bilang gitu. Tapi an, satu yang harus lo tahu. Gue sayang sama kakak lo, dan gue gak mau nurutin kata-kata Hendery. Makanya gue gak putus dari Kun.
Hendery gak bener-bener suka sama lo. Dia cuma jadiin lo pelampiasan karena bosen nungguin gue putus. Dia maksa gue an, gue yakin kalau gue udah putus dari Kun, lo pasti di tinggalin. Gue gak mau nyakitin Lo, apalagi kakak lo."

Cean menatap mata Alona. Ia mencari kebohongan di mata perempuan didepan nya, namun segalanya tampak seperti nyata. Alona menyatakan yang sesungguhnya, tidak berbohong.

"Buktinya hubungan lo sama Hendery. Kalian belum jadian, udah lama banget sejak kalian ketemu kan?" ucap Alona lagi. Mendramatis suasana. "Lebih baik lo mundur dari sekarang, biar lo gak semakin terluka."

"Makasih udah ngasih tau gue. Tapi gue sayang sama dia. Gak mungkin gue tiba-tiba ninggalin dia," ucap Cean menahan tangisnya.

"Gue cuman mau lo bahagia. Gak sakit hati karena cowok macam dia. An, please kali ini dengerin gue. Anggap aja yang tadi siang gak ada." Alona memohon, tutur katanya sangatlah tulus seperti sangat ingin melindungi Cean.

Lambat laun air mata Cean menetes membasahi pipinya. Dengan mata yang berkaca ia berterimakasih pada Alona dan memeluk gadis itu. Dengan langkah cepat ia menuruni anak tangga dan mengambil kasar tasnya yang ia titipkan pada Hendery.

"Cean! Lo kenapa?" Sergap Hendery menahan tangan Cean. Suaranya menunjukan kalau ia panik sekaligus khawatir.

Cean membuang muka, ia tak sudi menatap laki-laki didepannya ini. "Lepas!" Cean menghempas tangan Handery dari pergelangan tangannya. Dengan cepat ia memanggul tasnya dan berlari meninggalkan laki-laki bertubuh jangkung itu.

Dengan cepat Hendery memanggul tasnya dan berlari mengejar Cean yang sudah cukup jauh darinya.

"Cean berhenti!" Teriak Hendery memanggil Cean yang terus berlari mendekati gerbang sekolah.

Hendery berhasil mencengkram tangan Cean, lalu oleh gadis itu dihempaskan. Hendery terengah-engah, nafasnya berderu tak teratur.

"Cean lo kenapa? Kasih tau gue." Kata Hendery berseru tegas.

"Lo yang kenapa! Sudah cukup ya main-main nya. Sekarang lo pergi dari kehidupan gue! Gue gak sudi deket sama orang kayak lo." Balas Cean lantang, kemudia menyetop taksi yang lewat.

"Jelasin ke gue An!" Seru Hendery lagi, ia menahan gadis itu agar tidak pergi dengan taksi yang baru saja ia setop.

Tanpa menghiraukan seruan Hendery, Cean melepas kasar cengkraman laki-laku itu dari tangannya. Dengan segera ia memasuki taksi itu dan mengunci pintu secara manual dan menyuruh supir taksi tersebut segera menjalankan mobilnya.

Dengan cepat hendery berlari masuk ke halaman parkir dan mengambil motornya, lalu mengendarainya keluar dari lingkungan sekolah mengejar taksi yang ditumpangi Cean.

—//—

Suara; HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang