29

603 87 4
                                    

Cean memasukkan laptop, charger, dan beberapa buku yang ia perlukan kedalam totebag miliknya. Ia meraih sepatu converse putih dari rak, dan segera memakainya.

Taksi online yang ia pesan dengan segera pergi meninggalkan rumah menuju salah satu coffee shop dimana ia sering mengerjakan tugas ketika merasa jengah berada di rumah. Satu minggu lagi ia akan melaksanakan ujian semester. Ia harus belajar dengan giat untuk mendapatkan nilai terbaik.

Pergi ke café untuk belajar merupakan hal biasa bagi Cean. Ia bisa menghabiskan waktunya setidaknya tiga jam berada disana. Tempat yang ia datangi juga selalu berbeda, sesuai moodnya.

Taksi yang mengantarkan Cean berhenti tepat didepan Coffee shop yang ia pilih. Setelah membayar biaya perjalanan, Cean pun turun dari taksi dan memasuki tempat itu.

Café ini bercat coklat tua dengan jendela besar yang di hias dengan bunga berjuntai di depannya. Ada anak tangga di depan pintu masuk dan sebuah lentera tergantung di pilarnya. Di halamannya pun terdapat beberapa bangku kecil dengan payung besar yang terbuka lebar.

Ketika Cean mendorong pintu kayu itu, bel kecil yang ada di atas pintu berbunyi. Ia disambut hangat oleh pemilik Coffe shop dan juga aroma-aroma kopi yang menenangkan.

"Siang Cean!" sapa Pemilik Coffee shop yang tengah menggiling biji kopi di bar.

Cean berjalan menghampiri meja bar, ia membalas sapaan si pemilik. "Siang Kak Johnny."

"Kamu kemana aja gak kesini?" tanya Johnny si pemilik Coffee shop.

Cean menyengir. "Gak kemana-kemana kok kak. Cuman ya gitu, lagi banyak tugas jadi gak sempet main kesini," jawab Cean.

Johnny mendecih, "Biasanya juga ngerjain di sini kamu." kata Johnny lalu Cean terkikik.

"Kak Yuta masih sering bantu disini?" tanya Cean.

"Masih kok, tuh orangnya lagi nganter pesenan." jawab Johnny. "Yut!" panggilnya.

"Oi!" Yuta menyahuti.

Tak lama kemudian Yuta kembali dengan wajah bahagianya. Tangan kiri laki-laki itu memeluk nampan coklat di dada. Senyum Yuta merekah, menampakan deretan giginya yang rapi.Cean mengangkat tangannya, hi five! Seperti yang biasa ia dan Yuta lakukan.

Lengan Yuta melingkar di pundak Cean, ia memandang gadis itu senang. Senyumnya tak luntur sedikitpun, bahkan bertambah kebahagiaannya.

"Akhirnya kesini juga kamu. Sekarang kelas berapa deh?" ucap Yuta.

"Kelas sebelas hehe, tar lagi mau ulangan semester ganjil. Kak Yuta gimana? Udah skripsian?" balas Cean menanyai Yuta.

"Belum. Masih lama. Doain lancar ya!" jawab Yuta.

"Amin, lancar terus Kak."

"Kamu mau pesen apa?" tanya Johnny sambil mengeringkan tangannya dengan kain.

"Apa aja deh. Yang aneh aneh," jawab Cean.

Johnny mengacungkan jempolnya.

"Aku kesana ya? Ditunggu pesanan specialnya!" pamit Cean menenteng tasnya pergi.

Sebuah meja dan dua pasang sofa kecil yang disusun berhadapan. Cean menaruh totebagnya perlahan, lalu ia mengeluarkan laptop dan bukunya dan meletakannya di atas meja.

Kacamata baca bertengger indah di batang hidungnya. Telinganya ia sumpal dengan earphone. Alunan musik klasik terputar memenuhi indra pendengarannya.

Ia membuka lembaran kertas buku cetak lalu menandai apapun yang menurutnya penting. Entah dengan highlighter ataupun dengan mencatat kata kunci di Sticky Notes miliknya.

Suara; HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang