42

691 76 5
                                    

"Bunda, Bunda tau Hendery kan?" tanya Cean disela-sela makan malam. ia berencana untuk meminta izin dari bundanya mulai sekarang.

"Tau. Yang temen kakak itu. Kenapa?" balas Bunda memberi jawaban.

"Anu bun,"

"Cean pacaran." Kun menyambar cepat. Sepertinya Kun masih mendendam pada Cean, apalagi kalau bukan masalah nasi goreng siang tadi.

Cean memukul lengan kakak laki-lakinya itu. "Apaan sih! Diem lu," gerutu Cean.

"Adek pacaran?" Ayah menyahuti. Lantas Cean semakin memukul lengan kakaknya dengan kuat.

"Sakit anj*r," cicit Kun pelan.

"Lu sih," desis Cean. "Engga Yah. Kakak ngaco emang, suka sembarangan kalau ngomong." Katanya meluruskan. Sejujurnya kalaupun benar Cean berpacaran, Ayahnya tidak masalah selagi Cean tak melupakan tugas utamanya untuk menuntut ilmu. Tapi apa yang ingin dibenarkan kalau kenyataannya ia memang tidak sedang dalam status pacaran sekarang ini.

"Alah boong." Kun menyeletuk.

"Kak! Diem ngak lu!" Cean berseru kesal. Namun dengan santainya Kun melahap jeruk dengan sebelah tangannya seperti tidak bersalah.

"Terus kenapa Ceana? Ngomongnya yang lengkap dong." Bunda menyahuti. Beliau nampak menunggu penjelasan dari Cean, begitu juga dengan Ayah.

"Sabtu nanti Cean mau ikut jemput Bundanya Hendery. Bundanya sendiri yang minta. Boleh ngak Cean pergi nanti hari sabtu. Ulangannya sudah selesai kok Bun," kata Cean menjelaskan maksdunya.

"Ayah sih boleh-boleh aja, asal nanti pulangnya jangan malem." Kata Ayah memberi izin.

"Ayah bolehin, ya bunda bolehin juga. Lagian tujuan kamu kan jelas, dan pastinya ngak aneh-aneh. Sekalian aja nanti Henderynya kalau bisa nemuin Ayah atau Bunda dulu." Ucap Bunda dengan keputusan yang sama dengan Ayah.

Cean tersenyum. "Thanks Yah, Bun." Ucapnya.

Lalu Kun berkata, "Aku ngak ditanyain nih?" Karena hanya ia yang tak menyampaikan pendapatnya. Ditanyapun tidak.

"Nggak. Nggak penting." Kata Cean menjawabi.

Kun mendecih. Dan Bunda dibuat geleng-geleng oleh keduanya.

"Kalian kalau Bunda sama Ayah belum pulang kerja suka berantem-berantem ngak jelas gini ya?" Bunda bertanya.

"Nggak sih Bun. Kakak aja suka rese jadi orang," kata Cean menjawabi.

"Lah nggak salah apa? Lu kali yang rese." Ucap Kun tak terima. Namun Cean hanya menjulurkan lidahnya pada Kun.

"Yah Cean nakal banget kalau gak ada Ayah dirumah. Suka males nyirem taneman Yah." Adu Kun pada Ayahnya.

Yah sepertinya akan ada baku hantam sebentar lagi.

Cean pun tak mau kalah. "Yah, kakak juga nakal. Dia nggak pernah bawa mobilnya ke bengkel buat diperawatan. Suka ganti oli telat." Lapor Cean.

"Apaan dih mainnya kotor." kata Kun tak terima. Sebab kalau sudah masalah Mobil pasti Ayahnya akan mengomel, dan Kun hanya bisa iya-iya saja jika diberitahu. Tak berani melawan.

"Kakak, bener mobilnya suka telat ganti oli?" Tanya Ayah pada Kun.

Kun mendelik pada Cean, sedangkan adiknya itu terkikik kecil. Menertawakan Kun yang mendadak tegang ditanyai Ayah.

"Iya yah. Telatnya paling dua hari, gitu lah. Paling lama seminggu. Soalnya bengkel tempat biasa suka rame, ngantuk nunggunya kalau lama." Kun menjawabi.

Suara; HenderyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang