BAB 58

35 4 0
                                    

     Sampai di kontrakan aku memasukan motor dan Robin merapihkan belanjaan ke dapur. Aku menyusul ke dapur untuk membantu Robin.

     "Yah yang tadinya kita mau mau masak, udah ngebayangin yang enak-enak, ternyata makan diluar juga hahaha.!" canda Robin.

     "Iya nih, ga sengaja ketemu temen kuliah gua." sambil memasukkan beberapa sayuran ke dalam kulkas. Lalu aku ke kamar berganti baju disusul Robin.

     "Emang dia dulu gimana? kok kata lu sekarang dia berubah?" tanya Robin. Aku duduk di kasur sambil menyalakan AC dan televisi.

     "Dulu tuh dia biasa, cuma sekarang lebih modis aja." kataku.

     "Lebih sexy maksudnya?" kata Robin sambil tersenyum memandangku dan tiduran di kasur.

     "Iya sih, lebih sexy, cantik lah dia pokonya sekarang beda banget sama yang dulu." kataku.

     "Masa sih dia masih single? ga percaya ah gua." kata Robin.

     "Ya ga tau, kan udah lama ga ketemu." kataku.

     "Lu udah tukeran nomor telfonya?" tanya Robin.

     "Udah tadi pas kita pamit pulang."

     "Kalo masih single deketin aja dulu." canda Robin.

     "Ah belum kepikiran, lagian kan baru ketemu, kita ga tau ceritanya dulu gimana?" jawabku.

kemudian Robin keluar kamar untuk membuat pisang goreng, aku ikut membantu ke dapur.
Setelah menjelang malam selesai mandi aku tidur di kasur sambil mendengarkan musik, Robin sedang bermain game di handphon nya.

     "Udah ah mau tidur duluan, tidur lu besok kita kerja." kataku menarik bedcover. Robin mematikan televisi dan lampu kemudian tidur.

     Pagi itu setelah sarapan aku dan Robin berangkat kerja. Cuaca pagi itu sedikit mendung, setelah mengantarkan Robin, aku meluncur ke tempat kerja dengan motor kesayanganku. Setelah sampai aku berganti baju dan memulai aktivitas. Pagi itu cukup ramai tamu yang datang, tak henti-hentinya aku membawakan buffet dari kitchen ke depan. Mengangkat piring dan gelas kotor, membawa pesanan omellete tamu ke mejanya, merapihkan meja serta kursi, mengisi ulang jus, membawa bon pembayaran ke kasir. Sampai akhirnya waktu jam istirahat kami bergantian, aku turun ke kantin dan mengambil makan siangku bersama teman-teman kerja secara mengantri.

     "Dor….!" Tiba-tiba terdengar suara dari belakang kupingku, aku sedikit terkejut menoleh kebelakang. Ku lihat Rania tersenyum sambil memegang pundakku.

     "Kamu udah makan siang?" tanyaku.

     "Nih aku mau ambil makan siangnya." katanya, kemudian duduk di depanku.

     "Vin, gimana kamu sama si Mitha?" tanya Rania.

     "Hah? ko tiba-tiba kamu tanya itu?" kataku heran.

     "Ya nggak, cuma pengen tau aja."

     "Masih berteman sama dia." kataku sambil menyantap makan siang.

     "Emang kamu gak coba utarakan perasaan kamu sama dia?" tanya Rania.

     "Hmmm, belum saatnya." kataku sedikit terdiam.

     "Oh gitu. Semoga kalian semakin deket ya." kata Rania.

     "Amin, tapi saat ini aku masih nyaman berteman dulu sama dia. Trus kamu sendiri gimana persiapannya buat pernikahan?" tanyaku.

     "Pelan-pelan, masih aku bahas sama Robin, tapi aku mau tanya, apa dia emang bener-bener suka dan mau serius sama aku?" kata Rania.

     "Ko kamu jadi ragu? percaya aja, emang sampe saat ini ada hal yang mencurigakan dari dia?" tanyaku.

     "Nggak sih, perhatian, kasih sayangnya masih sama." kata Rania.

     "Ha bagus kalo gitu, berarti memang dia sungguh-sungguh serus sama kamu." kataku.

Rania mengangguk, kemudian setelah makan siang aku dan Rania kembali bekerja.

RESEP CINTA UNTUK TIRAMISU -TAMAT- (BAB 1 s/d 100) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang