BAB 48

44 2 2
                                    

     pagi itu aku terbangun, ku lihat Robin tertidur. Aku mandi, dan membangunkan Robin. Namun Robin merasa kurang enak badan, badannya sedikit panas, ku buatkan sarapan dan ia kuberi obat. setelah itu aku berangkat kerja. Seperti biasa aku memulai aktivitas, saat makan siang. Aku bertemu Rania saat makan siang, namun Rania duduk di sebrangku. Aku segera menghampirinya setelah makan.

     "Hai Ran." sapaku perlahan, ia menunduk dan hanya tersenyum.

     "Robin sudah cerita semuanya, gimana perasaan kamu sekarang?" tanyaku sambil memandang Rania, lalu Rania keluar ruang kantin dan berdiri di dekat taman sambil duduk. Aku duduk disampinya, Rania menangis.

     "Hei, kenapa nangis? udah tenang.. tenang." kataku sambil mengambil sapu tanganku dan memberikan padanya.

     "Aku... Aku ga tau Vin, perasaanku kacau! aku sakit hati!" kata Rania sambil terus menangis.

     "Iaa aku ngerti kok." jawabku sambil terdiam.

     "Kenapa kamu gak jujur sama aku Vin! KAMU JAHAT TAU!" katanya sambil menangis.

     "Aku jahat kenapa Ran?" tanyaku heran.

     "Kamu ga cerita tentang masa lalu Robin yang dulu berhubungan dengan laki-laki itu, terus dia sempat dekat dengan adik aku sendiri, dan yang aku gak abis pikir, aku juga baru tau kalo waktu itu katanya kamu suka sama aku." katanya sambil menangis.

     "Iya, maafin aku udah ga jujur, aku salah!" jawabku.

     "Seharusnya kamu kasih tau aku, jadi aku gak kaget dan terjebak dengan masalah ini!" katanya.

     "Terjebak? maksudnya? Hmm.… Tapi maaf sebelumnya aku mau tanya sama kamu, apa salah jika seseorang mempunyai masa lalu yang gelap dan ingin mencoba untuk berubah?" kataku memandang Rania yang hanya terdiam.

     "Tapi kenapa baru sekarang aku taunya!" kata Rania sambil menatapku dan menitikkan air mata.

     "Apa bedanya dulu dan sekarang saat kamu udah mengetahui segalanya? nyatanya kamu bahagia kan waktu sama dia? Kan ini keputusuan kamu untuk memilih Robin." kataku.

     "Tapi kenapa dulu kamu ga bilang kalo kamu suka sama aku?" tanya Rania.

     "Untuk apa? yang ada kamu malah marah aku! ini masalah perasaan, kamu lebih menyukai Robin daripada aku pastinya, dan kamu tau aku sahabatan sama Robin, aku gak perlu ungkapin perasaan aku ke kamu Ran, karena kamu sudah memilih Robin. Semua demi kebaikan Robin! demi masa depan Robin! dia mau berubah ko." jawabku.

Rania terdiam sambil memegang saputangan ku. Aku segera memegang tangannya dan menatapnya.

      "Liat aku, aku ikhlas demi sahabatku sendiri. Demi perasaan kamu sama dia, demi semuanya. Aku berkorban demi kebahagian kamu! Dan membantu Fikar juga untuk melupakan Robin." kataku.

Rania menatapku, aku mengusap air matanya dengan saputangan ku yang ia genggam.

     "Sekarang, Fikar juga akhirnya sudah memiliki Jihan, wanita yang ia sayang. Semua mau berubah Ran!" kataku.

     "Tapi kamu mengorbankan perasaan kamu demi semuanya. AKU JUSTRU YANG MERASA BERSALAH!." katanya sambil menangis.

     "Andai, aku mengungkapkan perasaanku sama kamu, namun kamu lebih memilih Robin, lebih sakit mana? pasti aku lebih sakit hati. Tapi karena dulu aku sayang sama kamu, dan ingin membahagiakan kamu, aku merelakan kamu dengan sahabat aku sendiri yang punya niat tulus dan baik untuk berubah. Cuma itu yang bisa aku lakukan." kataku. sambil terus menatap Rania dan menarik nafas panjang.

     "terus kamu apa bahagia melihat hubungan aku sama Robin?" tanya Rania.

     "Bahagia, bahagia banget! Kalian pasangan yang saling melengkapi." jawabku sambil tersenyum.

     "Aku harap kamu jangan memarahi Fikar atau Robin, yang akhirnya mereka sadar dan mau berubah, tujuan mereka baik buat kedepannya, dan itu keputusan mereka sendiri. Karena itu aku support!" kataku.

     "Aku baru tau, kamu sebaik itu sama aku, sama Robin dan Fikar. kamu dewasa banget Vin." kata Rania.

     "Kita memang sudah dewasa kan? kita harus tau mana yang terbaik dan mana yang tidak baik buat hidup kita. Please percaya sama Robin, sama adik kamu Fikar. Mereka mau berubah kok. Robin adalah sahabatku dari SMU, yang dulu ternyata dia suka sama aku, dan dia punya kehidupan yang gelap setelah itu." kataku menatap Rania.

     "Terus kamu ga risih sama dia?" tanya Rania.

     "Nggak ko, kamu juga jangan risih. Aku percaya setiap orang akan mengakui kesalahannya dan mau berubah. Saat dia kenal kamu, dan kamu suka sama dia, bahkan dulu Fikar suka sama Robin. Aku memutuskan untuk melepaskan perasaan aku ke kamu demi mereka. Akhirnya mereka mau berubah kan?" tanyaku. "aku ikhlas Ran, ikhlas asal kamu dan mereka bahagia." Rania terdiam dan memeluk ku. Aku hanya mengusap-usap rambutnya yang panjang dan lembut.

     "Tolong Ran, kasih kesempatan untuk mereka berubah, ini keputusan kamu juga untuk mencintai Robin dari awal kenal." jawabku.

     "Kamu sendiri?" tanya Rania.

     "Aku udah bahagia kok melihat kalian bahagia. Aku yakin suatu saat nanti aju juga mempunyai seseorang yang buat ku bahagia. Kamu kenal Mitha kan?" tanyaku.

     "kenal." katanya.

     "Aku ingin mendalami perasaannya Mitha, Fikar yang memperkenalkan aku sama Mitha, karena bagi aku, dia adalah jodoh yang sudah dipersiapkan untuk ku, dan kamu adalah rasa cintaku yang sudah ku simpan di dalam hati. Sekarang aku akan memulai dengan cerita yang baru bersama Mitha." kataku sambil tersenyum. Kemudian Rania memeluk ku, dan melepaskan pelukannya.

     "Robin mau membahagiakan kamu, dia mau berubah, Fikar juga sudah ku anggap adik sendiri. Ia pun juga sudah melupakan Robin karena Jihan telah membuat hidupnya berubah." kataku.

      "Makasih banyak ya Calvin atas ketulusan kamu. Terimakasih untuk pengorbanan kamu demi aku, Robin dan Fikar." katanya sambil tersenyum.

     "Sama-sama, jadi sekarang kamu mau kan memaafkan Robin dan adik kamu?" tanya ku.

     "Ia mau, aku sayang sama Robin dan Fikar adik ku, dan kamu adalah sahabat terbaik ku juga." katanya. Aku mengusap rambut Rania dengan lembut.

     "Ya sudah, ayo kita masuk kerja, semangat ya, oh ya. Robin sakit, tadi pagi badannya panas." kataku.

     "Hah? ko bisa?" tanya Rania.

     "Iya semalem abis kita makan, pulangnya kehujanan, dan dia mungkin terus memikirkan masalah kamu. Jadinya badannya drop." kataku.

     "Ya udah nanti aku minta anterin sama Fikar ke kontrakan kamu ya. Ini sapu tangan kamu, maaf basah." kata Rania tersenyum.

     "Iya boleh dateng aja. Kamu simpan aja saputangannya, udah yuk kita kerja." jawabku sambil tersenyum. Rania pun tersenyum dan kami melanjutkan pekerjaan.

RESEP CINTA UNTUK TIRAMISU -TAMAT- (BAB 1 s/d 100) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang