BAB 29

47 2 2
                                    

     Waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam, Aku, Jihan dan Mitha sedang berada di cafe sambil menikmati makan malam. Setelah seharian bekerja semua terasa lelah namun bahagia.

     "Akhirnya, sukses juga acaranya." kata Fikar.

     "Ia, gak kerasa ya kita semua udah kerja semaksimal mungkin, dan dosen kita ada yang muji loh dengan team work para panitya." kata Jihan tersenyum.

     "Ia Alhamdulillah semua saling bantu membantu." kata Mitha sambil menikmati teh manis yang segar dan dingin setelah makan.

     "Makasih banyak ya ka Calvin udah bantu acara kita, ya kan Mith? " kata Jihan.

     "Ia makasih banyak ya ka." jawab Mitha tersenyum.

     "Sama-sama, seneng bisa kerja sama dengan kalian yang solid banget." jawabku memberikan dua jempol tanganku. Lalu kami semua tertawa lepas.

     "Oh ya, denger-denger sahabat kaka pacaran sama ka Rania ya?" tanya Jihan.

     "Ia, bener, dan kak Rania itu temen satu kantor aku, cuma ka Rania sebagai marketing, dan aku sebagai waiter." jawabku dengan senyum.

     "Wah, hebat dong kaka bisa menyajikan makanan dan bertemu para pengunjung dengan ramah." kata Mitha.

     "Ya memang sudah tugasnya, harus supel, cekatan dan selalu sabar menghadapi customer." jawabku dengan senyum.

     "Terus kaka kenapa suka fotografi juga?" tanya Mitha.

     "Yaa.. karena itu bagian dari seni. Aku suka dengan estetika keindahan, jadi pesan dari hasil fotoku bisa diterima oleh orang-orang yang melihatnya." kataku sambil sesekali meneguk es jeruk.

     "Mitha kan juga jago foto ka Calvin, cuma waktu acara hari ini, sudah ada yang di posisi itu, makannya hari ini dia jadi reporter." kata Fikar.

     "Ia kamu juga hebat setiap memberi pertanyaan kepada narasumber nya." jawabku.

     "Makasih ka, masih belajar ko aku nya." kata Mitha tersenyum malu.

     "Oh ya, kaka pacarnya anak mana?" tanya Jihan. Aku dan Fikar hanya saling memandang dan tersenyum.

     "Apaan sih kamu, pertanyaannya, gak sopan kan." sahut Fikar.

     "Maaf ya kak, abis kak Calvin baik sih orangnya, trus seru! Jadi udah kaya temen lama heheh." jawab Jihan.

     "Gak apa -apa kok. Remaja seumur kalian memang kritis, tapi bagus, jadi kita bisa mengungkapkan pendapat. Kebetulan aku masih single dek." kataku tersenyum.

     "Tuh, bener apa kata kak Calvin. Oh sama dong kaya Mitha, ya kan Mith?" canda Jihan sambil tersenyum.

     "Sayang! Apaan sih kamu nanyanya kaya gitu. Ga enak tau sama ka Calvin" kata Fikar. Aku dan Mitah hanya tersenyum.

     "Gak apa-apa kok santai aja hehehe." jawabku.

     "Ia, sekali lagi aku minta maaf ya kak, soalnya aku ceplas-ceplos, tapi kak Calvin dewasa banget pemikirannya." kata Jihan.

     "Ia ka Calvin dewasa banget, aku banyak belajar dari ka Calvin, bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik lagi, sabar, dan selalu berfikir dewasa." jawab Fikar.

     "Ah bisa aja kamu Fik, semua butuh proses ko,  apalagi se usia kalian masih labil, nanti saat kalian sudah memasuki dunia pekerja kalian akan lebih belajar lagi untuk menjadi yang lebih baik." kataku.

     "Bener kak, makasih ya udah ngertiin kita semua."kata Mitha.

     "Sama-sama, ya udah yuk! Kita semua harus pulang biar orang tua kalian gak terlalu khawatir." ajaku.
Kemudian setelah kami membayar makanan kami pulang bersama. Aku yang membawa mobil, Fikar duduk di samping aku, sementara Mitha dan Jihan duduk dibelakang. Lalu kami pergi meninggalkan kampus menuju rumah Mitha, lalu ia turun dari mobil.

     "Terimakasih ya ka Calvin, Fikar, Jihan udah dianterin pulang, kalian hati-hati. Assalammualaikum." kata Mitha berpamitan memberi salam.

     "Sama-sama, Waalaikumsalam Wr. Wb." jawab kami kompak. Lalu saat Mitha sudah masuk ke rumahnya baru aku mengantar Jihan pulang. Setelah Jihan pamit pulang dan masuk ke rumahnya, aku dan Fikar segera melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah Fikar. Ketika sampai di depan rumahnya aku berhenti.

RESEP CINTA UNTUK TIRAMISU -TAMAT- (BAB 1 s/d 100) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang