BAB 16

58 4 0
                                    

         "Da.. da..dari Robin." kataku sedikit gugup dan tetap tersenyum kecil.

     "Oh ya? salam balik ya, oh ya, weekend dia suruh kerumah ya. Aku mau belajar bikin tiramisu sama dia. Aku juga udah bilang ke mamahku." katanya tersenyum.

     "Oh, iya nanti aku sampaikan. oh ya, weekend saat kamu bikin kue sama Robin, aku boleh jalan sama adik kamu Fikar?" kataku sedikit gugup.

     "Sama Fikar? boleh, mau kemana kamunya? aku fikir kamu juga mau ikutan bikin kue sma aku." katanya heran.

     "Emmmm….., aku mau ajarin dia foto." kataku sambil menatap Rania.

     "Oh ya udah, nanti aku bilangin ya, berarti weekend kamu ke rumah sama Robin, biar bahan tiramisu nya aku yang beli, saat aku bikin kue kamu bisa jalan sama Fikar." katanya sambil menghabiskan makan siang. Aku hanya mengangguk tersenyum.

     "Oh ya, aku duluan ya, soalnya bentar lagi aku ada meeting. Maaf ya Calvin aku duluan." kata Rania.

     "Gak apa-apa ko, santai aja, smangat kerja ya." jawabku tersenyum.

     "Makasih, kamu juga ya Vin." jawab Rania. langsung meninggalkan kantin.

Sementara aku terdiam dan menarik nafas panjang. Tak berapa lama aku masuk ke locker untuk mempersiapkan diri. Saat aku sedang mencuci muka dan melihat kaca, aku hanya terdiam memejamkan mata, menarik nafas panjang dan saat membuka mata aku mencoba untuk tersenyum kembali. Lalu aku segera naik lift untuk meneruskan pekerjaan.

     Sampai akhirnya waktu sudah menunjukan jam pulang, aku segera ke locker untuk berganti baju dan keluar menuju parkiran. Ku lihat Rania sedang duduk di dekat taman parkiran.

     "Kamu di jemput atau gimana?" tanyaku.

     "Aku bareng sama kamu aja deh, ga apa-apa kan?" katanya.

     "Oh ga apa-apa hayo kita pulang." Kemudian kami menuju parkiran, dan setelah itu aku keluar parkiran motor bersama Rania.

     Sampai akhirnya aku di rumah Rania aku bertemu Fikar baru memasuki mobilnya. Lalu Rania segera turun dan memanggil Fikar.

     "Dek, weekend kamu gak kemana-mana kan?" tanya Rania.

     "Belum tau sih, kenapa ka?" tanya Fikar.

     "Weekend ka Calvin mau ajak kamu tuh untuk belajar foto, dan kaka mau belajar bikin tiramisu sama Robin, gimana?" kata Rania tersenyum melihat aku dan Fikar.

     "Oh, ka Robin juga mau kesini?" tanya Fikar sedikit gugup.

     "Ia, kan waktu itu kaka pernah janji minta diajarin bikin tiramisu, nanti hasilnya kalian bisa makan saat pulang foto, gimana?" kata Rania terenyum.

Sementara aku menatap Rania dan Fikar sambil berusaha tersenyum dan mengangguk.

     "Oh boo…boleh." katanya sedikit gugup sambil mengangguk.

     "Ya udah aku pamit dulu ya Ran, ayo Fik, aku balik dulu ya." kataku mengakhiri pertemuan mereka.

     "Oh ya, makasih ya vin." kata Rania, sementara Robin mengangguk dan tersenyum kecil. Aku segera melajukan motor ku. Sampai di dekat kantor Robin aku melihatnya sedang menunggu angkutan umum, aku segera berhenti persis di depannya.

    "Ayo pulang bareng."sambil menyerahkan helm aku tersenyum. dan Robin hanya tersenyum kecil menatapku dan mengangguk, setelah itu ia naik ke motorku dan kami langsung pulang ke kontrakan.

Sampai di kontrakan Robin segera membuka pintu depan, dan aku memasukan motor, mengunci pintu, aku masuk ke kamar meletakkan tas bersama Robin.

     "Rob, weekend kita kerumah Rania ya." kataku. sambil duduk di kasur, sementara Robin menyalakan ac dan duduk melihatku.

     "Mau ngapain?! Gua takut Rania marah, dan ketemu sama Fikar." katanya sambil terdiam gugup.

     "Tenang aja, dia gak akan marah, Rania ajak lu untuk buat tiramisu, dia yang akan beli bahan-bahannya, jadi lu tinggal ngajarin dia aja" kataku.

     "Terus Fikar?" katanya gugup.

     "Fikar mau gua ajak belajar foto, tadi abis anter Rania pulang bareng, gua juga ketemu Fikar juga ko"
kataku tersenyum.

     "Terus dia mau? reaksi dia gimana?" tanya Robin penasaran menatapku.

     "Keliatan agak gugup sih, cuma gua yakin dia ngertiin kondisinya kalo lo mau ajarin Rania bikin tiramisu." kataku.

     "Emang lu mau belaja foto sama fikar dimana?" tanya Robin sedikit gugup.

     "Udah tenang aja, semua akan baik-baik aja, yang penting lu harus bersikap biasa saat ketemu Fikar dan Rania, gua akan berusaha selesaikan masalah ini dengan cara gua." kataku sambil menatap Robin.

     "Hmm, lu masih marah sama gua? sekali lagi gua minta maaf ya." kata Robin dengan wajah sedihnya.

     "Gua gak marah ko, asal lu ngertiin cara gua menyelesaikan masalah ini, itu aja." kataku.

     "Tapi Fikar jangan lu apa-apain atau lu maki-maki ya!." kata Robin dengan perasaan khawatir dan takut.

     "Ya nggak lah! ga mungkin juga gua berlaku kasar sama dia, udah lu tenang aja, inget saat lu nanti sama Rania dan mamahnya lu nikmatin aja suasananya dan tetap menjaga sikap yang baik." kataku.

     "Iya, gua janji, makasih ya Vin." kata Robin sambil tersenyum.

     "Ia sama-sama." jawabku sambil menepuk pundak Robin perlahan.

     "Vin, boleh gua minta sesuatu gak sama lu, sekali aja." kata Robin dengan sedikit takut.

     "Minta apa?" tanyaku menatap Robin.

     "Gua mau peluk lu untuk ngucapin terimakasih atas kebesaran hati lu dan kedewasaan lu hadapin masalah ini." jawabnya sambil menunduk. Aku hanya terdiam dan menarik nafas panjang.

     "Ia peluk gua aja ga apa-apa" kataku.

Robin segera memeluk ku sambil menangis, sementara aku mengusap-usap punggungnya perlahan.

     "Sekali lagi makasih banyak ya Vin. Gua kagum sama lu." katanya. Aku hanya berusaha tersenyum dan terus mengusap-usap punggungnya. Lalu setelah Robin memeluk ku, ia melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.

     "Kita masih sahabatan kan?" tanya nya dengan mata berkaca-kaca. Aku langsung meraih dan menjabat tangannya Robin.

     "Lu masih sahabat gua selamanya, saudara juga tapi ingat hanya sebatas sahabat dan saudara, ga lebih daripada itu. Lu paham kan!?" kataku sambil tersenyum. Robin membalas jabat tangan ku sambil mengangguk dan menangis.

    "Ya udah gua mau mandi dulu." kataku langsung ke belakang mengambil handuk, sementara Robin berganti baju, menyapu dan mengepel lantai.

Malam itu aku dan Robin pergi untuk membeli kulkas, setelah memilih dan membayar barang akan dikirim esok hari bertepatan hari libur. Lalu setelah belanja kami makan malam dan pulang ke kontrakan. Lalu aku menonton televisi sementara Robin mencuci baju, setelah itu ia masuk ke kamar untuk menyetrika baju. Malam semakin larut dan kami pun beristirahat.

RESEP CINTA UNTUK TIRAMISU -TAMAT- (BAB 1 s/d 100) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang