BAB 12

63 4 0
                                    

    
    "Selamat malam, mau tanya Robin nya ada?" kata pria itu.

     "Oh Robin belum pulang kantor, dari siapa ini ya?" tanyaku sambil melihat pria berkemeja rapih.

     "Oh kenalkan saya Andre temannya Robin." lalu menjabat tangan ku. Lalu ku sambut dengan jabat tanganya sambil tersenyum.

     "Andre udah janjian sama Robin?" tanyaku.

     "Nggak sih, cuma tanya kabarnya aja, oh ya kamu siapanya Robin?" kata pria itu yang ternyata si Andre yang pernah diceritakan waktu itu.

     "Oh saya Calvin sahabatnya Robin." kataku.

     "Oh sahabatnya, salam kenal ya." Kata Andre tersenyum.

     "Ada pesan apa gitu sama Robin nanti saya sampaikan, atau udah coba hubungi dia?" kataku.

     "Oh sampein aja tadi saya kesini, tadi saya sudah hubungi tapi ga diangkat telfonnya." jawabnya.

     "Mungkin lagi banyak kerjaan kali."

     "Mungkin ya, ya udah, saya pamit dulu ya.. siapa tadi namanya?" tanya Andre.

     "Saya Calvin." jawabku.

     "Oh ya Calvin, makasih ya, maaf mengganggu."

     "Oh nggak apa-apa, sama-sama." jawabku sambil melihat Andre keluar dari kontrakan ku langsung masuk ke mobil sedan hitam dan pergi. Aku segera menutup pintu, dan menguncinya dan mencabut kunci depan, dan masuk ke kamar untuk menonton televisi. Malam sudah jam sebelas malam, aku mulai mengantuk, aku segera mematikan lampu dan televisi dan mulai terlelap.

     Saat alarm ku berbunyi kulihat sudah pagi dan aku segera mengambil handuk dan melihat Robin yang tertidur pulas lalu aku bangunkan, saat ia terbangun aku segera mandi dan Robin membuat sarapan, setelah aku selesai mandi barulah Robin mandi dan aku mengeluarkan motor dari dalam. Lalu menyiapkan sarapan yang sudah dibuat Robin. Tak berapa lama Robin datang untuk sarapan.

     "Balik jam berapa lu semalem?" tanyaku.

     "Jam dua pagi, gua nongkrong dulu sama temen."

     "Semalem ada yang cari tuh dateng kesini." kataku.

     "Hah? siapa?" tanya Robin heran.

     "Katanya namanya Andre." jawabku sambil menyantap sarapan. Tiba-tiba Robin terkejut dan diam menatapku.

     "Andre? orangnya tinggi? rambutnya klimis, trus putih badannya?" tanya Robin bertubi-tubi.

     "Iya, dia bawa mobil sedan warna hitam, dia tanya gua siapanya elu, yah gua bilang kalo gua itu sahabat lu." kataku.

     "Ngapain dia kesini coba!!" seketika jawaban Robin meninggi sambil terlihat heran.

     "Ya gua gak tau, emang lu ada urusan apa sih sama dia? sampe dia cariin lu kesini, trus katanya dia udah telfon lu berkali-kali tapi gak lu angkat. Ya gua kasih alasannya mungkin lu sibuk di kantor Emang semalem lu jalan sama siapa?." tanyaku penasaran, sementara Robin hanya terdiam.

      "Hey, udah jangan emosi, mau kerja nih. ayo abisin dulu sarapannya." bujuk ku sambil menepuk pundak Robin perlahan. Kemudian ia segera  membawa piring kotor dan gelas ke dapur lalu memakai sepatu, aku hanya melihat.

     "Kok ga di habisin sarapannya? lu gak apa-apa?" kataku sambil menghabiskan sarapan dan memandang Robin.

     "Mmm ga apa-apa ko, yuk jalan, nanti kita telat kerja." kata Robin. Lalu aku segera membawa piring dan gelas kotor ke dapur, ku lihat masih ada beberapa sisa omelet dan roti bakar di piring Robin, lalu aku mengambil wadah untuk membungkusnya. setelah itu mematikan lampu, AC kamar dan menutup tirai jendela, dan mengunci pintu depan.

     "Nih sarapannya, lu bawa aja, ga baik buang makanan, mubazir." sambil menyerahkan wadah yang sudah ku tutup rapih dan dimasukkan dalam plastik.

     Setelah itu Robin menerima bungkusan sarapan yang sudah ku bungkus, dan memasukan di dalam tas. Aku dan Robin segera berangkat kerja, sampai di depan kantor Robin, ia menyerahkan helm.

     "Hei, inget jangan dibuang tuh sarapan, lu harus habisin, dan jangan emosi ya ditempat kerja. Gua minta maaf udah tanya hal ini pagi-pagi." kataku.

     "Iya nanti dimakan makasih ya, gak kok, lu ga salah, ya udah lu hati-hati berangkat kerjanya." kata Robin.

     "Iya, lu juga harus semangat, inget, senyum. Nanti pulang mau dijemput atau pulang bareng temen lu lagi?" tanyaku sambil tersenyum.

     "Lu balik duluan aja, gak usah jemput gua,.makasih ya udah kasih semangat." jawabnya.

Kemudian aku segera berjalan menuju tempat kerjaku. Seperti biasa hingga saat jam makan siang aku ke kantin, namun ku tak melihat Rania datang, lalu aku coba mengirimkan pesan ke Rania, tak namun ia tak membalas pesanku. Setelah makan aku langsung ke locker untuk mempersiapkan diri dan menunggu lift. Saat aku mau masuk ku lihat Rania baru keluar dari lift.

     "Hei Vin! maaf ga sempet bales pesan kamu. Tadi abis meeting, kayanya hari ini aku ga bisa bareng kamu, soalnya aku sama temen marketing mau ketemu Client buat event minggu depan" katanya.

     "Oh, ia ga apa-apa, trus kamu baliknya gimana?" tanyaku.

     "Paling aku balik dijemput adiku si Fikar. Semangat kerja ya vin." kata Rania dengan senyum manisnya, ia segera menuju kantin dengan terburu-buru.
Sementara aku masuk ke lift untuk naik ke atas melanjutkan pekerjaanku. Waktu sudah menunjukan jam empat sore, aku segera ke locker dan berganti baju, menuju ke parkiran motor dan segera pulang.

Saat aku mau melewati kantor Robin, ku melihat Robin masuk ke dalam mobil sedan hitam, aku memperhatikan sambil berjalan lurus, seinget aku mobil itu sama seperti mobil si Andre yang semalam datang ke kontrakan. Setelah itu aku tetap pulang. Sampai di kontrakan, aku memasukan motor lalu mengambil jemuran yang sudah kering lalu menyetrikanya, kemudian mandi. Sehabis mandi aku melihat jam sudah pukul setengah delapan malam, aku segera keluar untuk membeli makan malam.

RESEP CINTA UNTUK TIRAMISU -TAMAT- (BAB 1 s/d 100) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang