BAB 11

62 5 2
                                    

     Pagi itu aku terbangun, dan selesai mandi, sarapan dan berbenah aku berangkat kerja bersama Robin.

     "Nanti pulang bener ga usah dijemput?" tanyaku memastikan.

     "Iya, gak usah, gua bareng temen gua ko, lu langsung balik ke kontrakan aja ya, trus andai malem gua belum balik seperti biasa, cabut aja kunci lu, jadi gua bisa buka kunci dari luar. Makasih ya udah dianterin, have a great day!" katanya sambil tersenyum.

Aku mengangguk langsung menuju tempat kerja, dan langsung mempersiapkan diri untuk beraktivitas. Setelah jam makan siang seperti biasa aku berkumpul bersama yang lainnya di kantin untuk makan siang, tak lama Rania datang dan menghampiriku.

     "Hai…., gimana kerjaan di resto, aman?" tanyanya sambil menyantap makan siang.

     "Aman, kamu sendiri gimana di marketing?"

     "Biasa, ketemu Client, deal kontrak sama perusahaan, meeting coffe break sama General Manager aku., promosi sana sini, meeting voucher acara bulanan buat narik pengunjung." katanya dengan senyum.

     "Wah hebat ya kamu, tapi client suka ada yang iseng gak sama kamu?" tanyaku.

     "Yah memang passion aku disitu, sebagai Public Relations. Banyak! apalagi yg Customer dari luar negri, gggrhh...!  Tapi aku bisa ngatasin itu secara professional." katanya.

Dalam hatiku aku mengagumi sosoknya yang cerdas,ceplas ceplos, lucu, supel dan baik.

     "Kamu sendiri gimana? tamunya suka ada yang complaint ga sama service atau menu makanannya?" tanya Rania.

     "So far sih ga ada, semua pake tehnik sabar, murah senyum, dan juga Cheff kita kan handal kalo bikin food, aku lihat di guest comment nya mereka suka sama cita rasa, sama service waiter atau waitress nya juga, bahkan beverage nya juga ga kalah bagus commentnya." kataku sambil tersenyum.

     "Wah seneng dengernya, pantes kalo restoran kita dijulukin The Best Restauran!" senyum Rania, "Oh ya, Robin apa kabanya?"

Aku sedikit terdiam, dan hanya memandang Rania.

     "Hey kenapa? ko aku tanya diem?" kata Rania.

     "Eee.., ga apa-apa, dia baik ko, cuma katanya sekarang kalo pulang kerja dia pulang sama temennya. Jadi kayanya mulai hari ini aku pulang sendiri terus." jawabku.

     "Oh gtu, sama, adik ku Fikar juga sekarang kuliah pulangnya malem terus, ga bisa jemput pulang bareng lagi deh." Jawab Rania dengan muka sedih.

     "Hmm, kamu ga tanya kenapa dia sekarang pulang malem terus?" kataku.

     "Nggak ah, biarin aja, kan dia cowok, mungkin asik sama temen-temen kuliahnya, biarin aja." jawab Rania. "Emang kenapa gitu?" tanya Rania penasaran.

     "Nggak ko, cuma tanya doang. ya udah kalo kamu mau, setiap pulang aku anterin kamu balik gimana?"

     "Ah ngerepotin kamu, kasian kamu cape kan." jawab Rania.

     "Gak apa-apa ko kan memang searah rumah kamu, daripada kamu naik taxi atau naik jemputan kan lama sampe rumahnya." kataku.

     "Serius nih ga apa-apa?" katanya sambil menatapku.

     "Iya ga apa-apa." jawab aku senyum.

     "Ya udah nanti mulai sore kita pulang bareng ya." jawab Rania dengan senyum manisnya.
Aku mengangguk tersenyum lalu kami keluar ruang kantin, dan aku ke locker untuk mempersiapkan diri begitupun Rania ditempat terpisah.

Saat aku selesai menggosok gigi dan mencuci muka, aku menatap kaca di wastafel locker, antara senang namun gundah karena aku mengetahui sesuatu yang ku tahan dari semalam. Namun aku tak mau menambah runyam masalah ini, jadi aku tetap diam sampai saatnya terbongkar semua. Setelah selesai aku langsung keluar locker menuju lift, tak lama aku bertemu Rania yang sudah menunggu lift. Aku tersenyum menatapnya.

     "Hmm.. wangi banget, semangat kerja ya." katanya sambil tersenyum.

     "Kamu juga, wangi banget. Semangat kerja juga ya." jawabku.
Lalu saat pintu lift terbuka kita masuk ke dalam, saat aku mau keluar lift aku berpamitan dengan Rania.

     "Salam ya buat Robin." kata Rania sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum dan mengangguk. lalu masuk ke pintu belakang restauran. Sementara Rania melanjutkan ke lantai atas.

      Waktu sudah menujukan pukul empat sore, selesai aku menyelesaikan pekerjaan, aku langsung ke locker dan berganti baju, setelah itu aku menuju parkiran, dan aku bertemu Rania.

     "Maaf, lama ya nunggunya, tadi briefing dulu seperti biasa." kataku sambil jalan menuju parkiran motor.

     "Gak ko aku juga baru keluar." jawabnya.
Aku segera memberikan helm dan langsung mengantarkan Rania pulang.

Setelah sampai aku langsung pamit pulang ke kontrakan. Suasana di jalan belum terlalu macet. Hingga aku sampai ke kontrakan, lalu memasukan motor ke dalam dan mengunci pintu lalu mencabut kunci depan. Aku segera merendam bajuku dan segera mandi, setelah mandi aku mencuci pakaianku dan menjemurnya. aku melihat sudah jam tujuh malam, saat aku masuk ke kamar tiba-tiba pintu depan diketuk. Aku terdiam dan mengambil kunci, mengintip dari jendela, aku segera membuka pintu.

RESEP CINTA UNTUK TIRAMISU -TAMAT- (BAB 1 s/d 100) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang