BAB 8

91 6 43
                                    

Libur telah tiba, aku dan Robin sudah berada di stasiun kereta, aku sambil melihat sekeliling untuk menunggu Rania, tak berapa lama, Rania datang dengan lambaian tangannya langsung menghampiriku dan Robin.

"Sory telat, tadi adik aku isi bensin dulu, jam berapa keretanya dateng?" tanya Rania.

"Ia ga apa-apa ko, paling bentar lagi, tuh udah keliatan." Tak lama kereta jurusan ke Bogor telah tiba, kondisi saat itu tidak terlalu penuh karena hari libur. Kemudian aku, Rania dan Robin duduk sambil melihat pemandangan, setelah sampai Bogor kita mencari pintu keluar, dan jalan menuju Kebun Raya Bogor, sampai disana kita membayar tiket masuk.

"Hmmm seger banget ya udaranya." kata Rania.

"Iya coba Jakarta se- segar ini ya heheh." kataku, sesekali aku mulai foto Rania dan Robin, kadang Robin juga bergantian untuk foto aku dan Rania.

Sampai akhirnya kita berhenti di deket pepohonan yang lebat, dan bangku yang menghadap aliran air yang deras.

"Kita istirahat dulu disini yuk!" kata Rania. Lalu kami bertiga duduk di bangku di dekat pepohonan, Rania mengeluarkan kotak makan.

"Cobain deh, aku tadi pagi iseng beli jajanan pasar dideket rumah, ayo dimakan." kata Rania.

"Wah, pasti enak, cobain satu ya." kata Robin sambil mengambil risol.

"wah jadi ngerepotin kamu." kataku mengambil kue pastel yang gurih dan nikmat.

"Nggak ngerepotin ko, kalo mau makan berat sebelum pulang kita baru cari cafe daerah sini, ayo nambah lagi ya." kata Rania sambil tersenyum bahagia.

"Emang adik kamu kenapa ga di ajak juga?" tanyaku.

"Soalnya dia ada janji sama teman-temannya, makannya tadi pas berangkat aku di anterin dulu ke stasiun sama dia buat ketemu kalian." jawabnya.

"Emang adiknya kerja dimana?" kata Robin.

"Oh dia masih kuliah, namanya Fikar. Aku cuma dua bersaudara, kata Rania sambil menyantap lemper isi ayam yang manis dan gurih.

"Kalo kamu Rob kenapa dulu ga ambil perhotelan juga buat jadi Cheff?, kan kamu jago masak." tanya Rania.

"Dulu pengennya gitu, tapi sama orang tua kurang setuju, jadi sekarang kerja kantoran deh." jawab Robin.

"Wah pasti pacar kamu suka deh kalo pasangannya jago masak." kata Rania.

"Semoga aja, masih single kok." Jawab Robin sambil menatapku dan Rania.

"Oh masih single, kamu kan ganteng sama kaya Calvin, masa belum ada pacar?" canda Rania.

"Ah masa sih aku ganteng? hahaha, baru kamu loh yang muji aku." kata Robin sambil tertawa. Aku hanya tersenyum melihat mereka berbicara.

"Kalo Calvin di tempat kerja udah punya gebetan blum?" tanya Robin.

"Kayanya banyak yang deketin dia anak training, yang cantik-cantik gitu hahahha." jawab Rania tertawa.

"Ah kata siapa? belum ada ko, mereka kan baik sama aku jadi aku juga harus baik sama mereka." jawabku tersenyum.

"Kamu sendiri gimana? udah punya pacar ya?" canda Robin cengengesan.

"Eh Rob, nanyanya ko kaya gitu!" jawabku sambil menyolek Robin yang cuma tersenyum.

"Kalo aku udah punya pacar, ga mungkin sekarang aku jalan sama kalian, jadi paham dong?" jawab Rania, lalu kami semua tertawa.

"Oh ya bener juga, pasti jalan sama pacarnya atau setidaknya pacarnya diajak, ya kan?" kata Robin.
Rania dan aku hanya tersenyum.

"Enak banget ya suasananya disini? sejuk berasa di pedesaan denger air deres." kata Robin.

"Iya, liburan yang murah meriah tapi tetep bikin seger mata dan hati." kata Rania.

Setelah kami menghabiskan makan, aku langsung berdiri mengambil kamera untuk mengabadikan di daerah sekitar, sementara Rania membaca buku, dan Robin asik main game di handphon nya, kulihat dari kejauhan Rania menyenderkan dirinya ke bahu Robin. Sementara Robin tetap asik bermain game.

Aku tak tau perasaanku tiba-tiba jadi kalut, dan gelisah, sedikit sedih melihat keakraban mereka tapi aku berusaha menutupi. Aku segera mencoba mengambil moment itu dalam jepretah foto, setelah itu aku kembali duduk dibangku.

"Eh kayanya mau hujan, udah yuk kita pulang, tapi cari cafe dulu buat makan berat." kata Rania.

Lalu aku, Robin dan Rania berjalan keluar Kebun Raya yang indah dan berjalan untuk siap-siap naik angkutan umum. Setelah mobil angkutan umum jalan kita sampai ke cafe yang dituju. Ketika sampai kami masuk ke dalam dan naik ke atas untuk melihat pemandangan dari kejauhan. Terlihat hamparan rumah penduduk, dan kabut sekilas terlihat gunung dari kejauhan. Rania memanggil pramusaji untuk memesan makan.

"Kali ini aku yang bayar makan nya ya." kata Robin.

"Ih ko gitu, kita sama-sama bayarnya." jawab Rania.

"Kan gantian, waktu di museum kamu udah traktir aku, sekarang gantian aku yang traktir kalian, gimana?" kata Robin sambil menatapku dan Rania.

"Makasih ya Robin." jawab Rania. Lalu tak lama pesanan kami datang dan kami makan sambil menikmati udara dan suasanya yang segar.

Setelah makan dan sedikit bersantai akhirnya kita pulang, melanjutkan perjalanan menuju setasiun kereta api, terlihat sedikit ramai. Akhirnya kita berdiri karena penuh, kereta melaju dengan cepat. Aku hanya melihat sekelilig orang-orang, tengah sibuk dengan mengobrol, ada yang mendengarkan musik memakai headset, ada yang tertidur di bangku dan anak-anak ada yang menangis.

Sementara aku tetap memperhatikan setiap stasiun yang terlewati agar kita sampai di stasiun awal kami berangkat. Sekilas aku melirik melihat Rania memegang lengan Robin agar tidak terjatuh karena kondisi sedikit penuh aku hanya terdiam.

Tak lama kereta pun terhenti dan kami bertiga turun dari kereta. dan berjalan keluar.

"Oh ya kamu pulangnya gimana?" tanya Robin kepada Rania.

"Oh adik ku Fikar mau jemput ko, kalian ikut aja, nanti aku anterin ke kontrakan kalian." jawab Rania.

RESEP CINTA UNTUK TIRAMISU -TAMAT- (BAB 1 s/d 100) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang