BAB 74

30 3 4
                                    

     Pagi hari setelah aku dan Fikar sarapan aku berangkat kerja, sementara Fikar pulang kerumahnya. Jam makan siang aku bertemu Safira. Kami mengobrol sambil makan siang, setelah itu kami melanjutkan aktivitas kembali. Jam pulang aku menunggu Fikar di dekat parkiran mobil, kemudian ia datang dan aku masuk ke mobilnya, kemudian pergi meninggalkan parkiran.

     "Ka Calvin udah makan?" tanya Fikar.

     "Makan siang tadi sih, kamu laper?" tanyaku.

     "Belum sih, oh ya ka, kita nonton yuk!" kata Fikar.

     "Hayuk!" jawabku.

Kemudian mobil Fikar meluncur ke sebuah mall, sampai di mall kami turun dan menuju bioskop. Setelah menonton kami keluar mall mencari tempat makan.

     "Kamu mau makan apa Fik?" tanyaku.

     "Hmm apa ya? aku lagi pengen nasi goreng kambing." kata Fikar.

     "Oh ya udah panggil mas nasi gorengnya, aku sih mau makan sate ayam." kataku.

Saat kami makan ada seorang pengamen memainkan alat musik petik, kami melihatnya dan menikmati alunan musik yang bagus. Setelah itu aku memberikan selembar uang kepada bapaknya.

     "Kasian ya ka, bapak itu berjuang demi hidup." kata Fikar.

     "Iya, suaranya bagus, main musiknya juga enak." kataku.

     "Anak-anaknya pada kemana ya?" tanya Fikar.

     "Mungkin bapak itu punya cerita tersendiri yang ga bisa di ceritain ke kita, setidaknya dia sudah berusaha menghibur para pengunjung dengan keahlian musik dan suaranya yang bagus." kataku.

     "Iya ka, semoga sumbangan kecil yang ka Calvin kasih berarti buat hidup si bapak ya." kata Fikar.

     "Amin." jawabku tersenyum.

     Setelah makan aku dan Fikar pulang ke kontrakan, aku segera mandi, kemudian berganti baju. Fikar pun segera mandi. Aku menyetrika baju sambil menonton televisi, setelah Fikar selesai mandi ia masuk ke kamar dan duduk di kasur, sambil menelfon Jihan.

     "Ka dapet salam dari Jihan." kata Fikar.

     "Hai Jihan, apa kabar?" kataku sambil meneruskan setrikaan. Setelah selesai menelfon, ia duduk memperhatikanku.

     "Kamu kenapa Fik?" tanya aku.

     "Nggak ka, cuma kagum aja sama ka Calvin." kata Fikar.

     "Lah, kagum kenapa?" tanyaku sambil memasukan baju yang sudah rapih ku setrika ke dalam lemari baju. Kemudian aku meletakan setrikaan di sudut dekat pintu dan duduk di kasur.

     "Ya kagum aja, mandiri hidupnya, gak kaya aku, masih ngandelin mamah sama ka Rania." kata Fikar.

     "Yah kan kamu masih kuliah, kalo kamu mau mandiri usaha cari kerja sampingan, jadi bisa bantuin mamah urusan rumah."

     "Iya ka, tapi aku bingung harus dimulai dari mana? terus sampingannya kerja apa?" tanya Fikar.

     "Nih ya, pertama kamu harus selesaikan kuliah sampai lulus! Ingat itu, nah yang ke dua, buat cari tambahan uang jajan atau kebutuhan kamu, kan kamu punya kamera, ya kamu promosiin dong talenta kamu sekarang, misalkan jadi fotografer untuk anak-anak ulang tahun, sweet seventeen, kamu bisa manfaatin tuh sosial media. Jadi, kamu bisa sedikit ngeringanin beban ka Rania sama mamah juga. Lebih bagus lagi kalo kamu sampe kasih pegangan uang buat mamah dan menabung." kataku.

     "Iya sih ka, ko aku gak kepikiran sampe situ ya?" kata Fikar.

     "Nah itulah gunanya bertanya sama teman, saudara ya kaya kita gini, jadi kan ada solusi yang baik." kataku.

     "Ya udah aku buat promonya deh." kata Fikar.

     "Ya udah tuh kamu pake laptop aku buat design flayer nya." kataku sambil mengambil laptopku dan memberikan pada Fikar. Kami saling mencari solusi, ide dan bertukar pikiran. Tak terasa waktu sudah hampir malam.

     "Ih udah jam dua belas aja, ka Calvin besok masuk apa?" tanya Fikar.

     "Besok masuk sore ko, kamu udah ngantuk?" kataku.

     "Belum sih, cuma siang aku harus pulang dulu, biasa setoran muka sama mamah."

     "Tapi mamah tau kan kamu disini?" tanyaku.

     "Tau dong, aku udah izin mamah." jawab Fikar.

     "Ya udah ini designnya di save dulu, besok kalo kesini lagi kamu kirim ke email kamu." kataku.

     "ya udah tidur yuk ka!" kataku.

     "yuk!"

Kami segera beristirahat, terdengar rintikan hujan diluar, membuat kami seketika terlelap dalam keheningan malam.

RESEP CINTA UNTUK TIRAMISU -TAMAT- (BAB 1 s/d 100) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang