BAB 17

63 5 0
                                    

       Pagi itu sudah tiba saatnya hari libur. aku terbangun melihat jam pukul sebelas pagi, dan ku lihat hanya sendiri di kamar. Saat ku keluar kamar ku lihat Robin sedang merapihkan dapur dan kulkas telah datang.

     "Loh siapa yang angkat kulkasnya?" tanyaku. sambil membuka kulkas yang hanya berisi air mineral botol.

     "Tadi gua dibantuin sama yang anter barang. Itu sarapan lu uda dingin gua taro diatas kulkas."katanya.

     "Oh makasih, kenapa lu ga bangunin gua buat bantu angkat lulkas?"kataku sambil mengambil handuk.

     "ga apa-apa, lu cape banget kayanya makannya gua gak mau bangunin lu." jawab Robin sambil menyapu lantai. Setelah mandi aku langsung mengepel lantai dan berganti baju lalu makan.
Sementara Robin mengeluarkan motor dan memanasi mesin motor. Setelah makan aku mempersiapkan diri, dan mematikan AC dan menutup tirai jendela. Lalu Robin hanya berdiri di dekat motorku.

     "Udah siap?" tanyaku sambil mengunci pintu depan. Robin hanya mengangguk lalu kami pergi kerumah Rania. Sampai disana aku bertemu mamahnya Rania dan memberi salam.

     "Oh ini yang namanya Robin sama Calvin. Ayo masuk." kata mamahnya Rania sementara Rania tersenyum dan kami masuk ke dalam. Saat kami di ruang tamu kami disuguhkan minuman dingin oleh Rania.

     "Oh ya bahannya udah aku siapin kok di dapur, kalian udah makan?" tanya Rania.

     "Oh ya, udah makasih." jawabku dan Robin sambil mengangguk tersenyum.

     "Kamu bisa masak apa aja? Tante mau dong belajar bikin cake yang enak banget." kata mamahnya Rania sambil menatap Robin.

     "Boleh Tante, ga banyak sih, hanya suka masak aja, kalo Tante mau bikin kue, Robin bisa bantu ko." katanya sambil tersenyum.

     "Ya udah silahkan diminum dulu." kata Rania. Lalu kami segera meneguk minuman dingin yang sudah disediakan.

     "Dek ini ada ka Calvin sama ka Robin." kata Rania sambil memanggil adiknya di dalam. Aku dan Robin hanya saling memandang. Tak lama Fikar datang menghampiri kami dan memberi salam.

     "Apa Kabar Kak?" Sapa Fikar menatapku dan Robin. Saat itu ku melihat Fikar sedikit canggung bersalaman dengan Robin dan mereka hanya tersenyum kecil.

     "Baik..." jawabku tersenyum.

     "Ya kalo udah siap Tante tunggu di dapur ya Robin." kata mamahnya Rania.

     "Maaf Tante Calvin izin pergi dulu sama Fikar, tapi nanti kesini lagi untuk jemput Robin." kataku sambil memberi salam tangan ke mamahnya Rania.

     "Oh kalian mau kemana?" tanya mamahnya Rania

     "mau ajarin Fikar foto Tante." kataku sambil tersenyum.

     "Oh kamu fotografer juga? wah hebat-hebat ya temennya kaka, semua punya keterampilan yang luar biasa." jawab mamahnya Rania tersenyum.

     "Nggak ko Tante, masih belajar juga, kebetulan Fikar juga tertarik buat fotografi, jadi bagi-bagi ilmu." kataku sambil tersenyum.

     "Hebat, kagum Tante sama kalian, ya udah kalian hati-hati ya." kata mamahnya.

     "Makasih Tante, Calvin pamit dulu ya, Rania aku jalan dulu ya, Rob gua cabut dulu, ayuk Fik kita jalan!"  kataku sambil menepuk pundak Robin lalu  berpamitan memberi salam dengan mamahnya Rania, lalu Fikar juga berpamitan dengan mamahnya, dan saat melihat Robin ia hanya tersenyum dan menunduk. Sementara Robin, dan Rania masuk ke dapur disusul mamahnya Rania.

     "Kak pake mobil aja, motornya taro sini. Biar aku yang bawa mobilnya." kata Fikar. sambil membuka pintu pagar.

     "Oh ya boleh." lalu saat mobil nya keluar garasi aku segera menutup pager dan menguncinya. Aku segera masuk ke mobil Fikar dan memasang seatbel.

     "Mau hunting foto di mana nih ka?" tanya Fikar.

     "Kita coba di jalan dulu nanti cari spot yang bagus dan ada parkirannya." Jawabku.
Kemudian Fikar mengendarai mobilnya keluar komplek. Setelah sampai di dekat taman aku melihat ada bangunan yang unik.

     "Disini kayanya bagus, banyak objek yang menarik. Mau disini dulu?" tanyaku sambil melihat sekeliling. Fikar mencari parkiran mobil dan kami turun dari mobil. Sementara aku mulai mempersiapkan kamera.

     "Wah kameranya keren ka, takut rusak kalo aku pegang." kata Fikar.

     "Kalo kamu takut kapan mulai cobanya, nih aku ajarin cara pegang kameranya dan setting nya, biar dapet pencahayaan yang bagus. Saat ku coba mengambil gambar salah satu gedung ku menunjukan hasilnya bersama Fikar.

     "Nih, kalo foto yang terpenting objeknya harus jelas, setiap hasil foto yang kamu ambil sesuai dengan orang yang melihatnya, jadi keindahan hasil fotonya akan terasa, apalagi kalau objek nya punya cerita tersendiri, bahkan lebih bagus, setahu aku sih gitu." kataku. "coba menurut kamu daerah sini mana yang terlihat menarik dan nilai seni nya tinggi?" sambil melihat sekeliling.

     "Itu kak, bangunan yang ada menaranya." kata Fikar.

     "Ya udah nih kamu coba foto, itu udah di setting otomatis. Jadi tinggal tekan aja. Aku memberikan kamera ku ke Fikar, lalu ia segera mencoba mengambil objeknya.

     "Kamu juga haru liat dari sisi mana kamu mau ambil objeknya." kataku. Lalu Fikar mencoba mengambil beberapa gambar. Seletah itu melihat hasilnya.

     "Wah ini keren ko hasilnya, kamu ada bakat nih, tinggal di kembangin aja. coba lah kamu explore lagi sesuka hati kamu." kataku tersenyum. Sementara Fikar mulai sibuk mencari objek yang bagus dan melihat hasilnya.

     "Mau pindah lokasi lagi ga?" tanyaku.

     "Hayuk! seru nih lama-lama belajar kamera." Lalu aku dan Fikar segera masuk ke mobil dan pergi mencari lokasi yang lain. Setelah sampai di lokasi kami turun, Fikar mencoba mengeksplore lagi ketertarikannya pada dunia fotografi.

     "Kalo mau ambil foto yang kecil gitu, kaya binatang gimana ya ka?" tanya Fikar.

     "Oh itu hasil foto mikro, jadi ada lensanya yang lebih bagus lagi, kira harus ganti, atau mau foto panorama juga ada lensa yang bagus. Tapi kamu pahami skill kamu dulu nanti kita liat hasilnya." Fikar hanya tersenyum mengangguk ia mencoba lagi mengambil gambar. Setelah berapa lama tak terasa sudah semakin siang.

     "Kamu laper gak? cari tempat makan yuk." ajakku.

     "Lumayan sih ka, hayuk." katanya, kami segera meninggalkan lokasi itu dan mencari tempat makan, tak berapa lama kami sampai di cafe. Kami turun dan duduk sambil melihat menu makanan.

     "Kamu mau makan apa?" kataku.

     "Hmm apa ya" sambil melihat-lihat menu, lalu setelah kami memesan makanan Fikar sambil melihat hasil fotonya di kamera.

     "Gimana? seneng gak sama fotografi?" tanyaku.

     "Iya kak seneng, seru juga ya, aku mau nabung ah buat beli kamera kaya kaka ini.

     "iya, nanti kalo kamu udah mahir bisa menghasilkan uang loh dari hobi foto." kataku.

     "Wow!, Jadi kita bisa promosiin buat foto preweed atau portfolio gitu?" katanya sambil tersenyum. Tak lama minuman dan makanan yang kami pesan telah tersedia di meja.

     "Ayo kita makan" kataku.

     "Selamat makan ka." jawab Fikar sambil melahap makanan yang lezat. Setelah makan kami siap pulang kerumah Rania. Saat di dalam mobil di parkiran aku mencoba memberanikan diri bertanya dengan Fikar.

RESEP CINTA UNTUK TIRAMISU -TAMAT- (BAB 1 s/d 100) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang