2 [Tangisan Mama Renata]

28.9K 1.3K 9
                                    

Namanya, Namira Attarumi Jafar. Putri kedua dari Ayah Jafar, membunyai satu kakak perempuan bernama Aulia Putri Jafar, dan satu adik berbeda Ibu yaitu Andrean Putra Jafar. Sang Ibu kandung telah berpulang ke pelukan Sang Maha Kuasa, Allah Swt. jauh ketika ia masih kecil. Dan yang kini duduk di hadapannya adalah, mantan Istri Ayahnya yang jujur saja amat ia sayangi?

Bagaimana bisa?

Wanita cantik dengan khimar panjang berwarna abu itu datang setelah Namira kecil tak lagi tau bagaimana hangatnya kasih sayang seorang Ibu. Wajar saja, sang Ibu berpulang ketika Namira masih berusia 2 tahun. Tante Renata, atau mungkin Mamah Renata? Beliau penyambung kasih sayang Ibunya setelah lama seorang Namira kehilangan sosok Ibu dalam hidupnya. Walau tau Nami bukan lahir dari rahim Renata, wanita lembut penuh kasih sayang itu mencurah segalanya untuk si kecil Nami.

Mungkin, rasa cinta Nami pada sang Ibu takkan terkalahkan oleh apapun termasuk oleh wanita ini. Tapi tetap saja, hati Nami tak bisa berbohong kalau ia sangat menyayangi Renata yang sudah lama sekali tidak ia berjumpai.
Walau, sosok Ibu harus kembali terenggut dari hidupnya sebab perpisahan Renata dan Jafar setelah 1 tahun menikah. Tapi satu tahun itu benar-benar satu tahun yang berharga dihidup Nami. Ia jadi bisa merasakan bagaimana pelukan seorang Ibu menenangkannya ketika ia terbangun dari mimpi buruk, atau usapan lembut di atas kepalanya ketika ia berhasil mendapat nilai bagus saat ulangan di sekolah. Atau merasakan bagaimana rasanya memiliki seseorang yang bisa ia panggil dengan sebutan 'Ibu'. Ya, Nami kecil memang sesimpel itu.

"Assalamualaikun, Nami? Apa kabar nak?'' Lembut suara itu menyapa.

Menggetarkan hati Nami, membuat rasa haru meluap dalam diri gadis dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca.
"Waalaikumsalam.."Nami menjawab lirih, Nami masih tidak percaya kalau ia bisa kembali bertemu dengan Renata, walau telah lama berlalu tapi memorinya tak pernah lupa bagaimana cantiknya wanita ini bila tersenyum.

Nami menatap sang Ayah, masih tidak mengerti, masih tidak percaya akan apa yang terjadi.
"Ayah, maksudnya ini..? Apa Ayah?"

"Biar Tante Renata saja yang jelaskan semuanya, ya?" Ujar Ayah, melirik pada wanita berkhimar abu itu dengan tatapan penuh arti.

Seakan tau arti dari tatapan yang Ayah beri, Renata mengangguk seraya tersenyum kecil. Kemudian mata yang entah mengapa terlihat sendu itu beralih menatap Nami. "Namira, bisa kita bicara sebentar?" pinta Renata hati-hati.

Namira semakin bingung saja, sebagian hatinya senang sebab bisa kembali bertemu dengan Renata, haru menyeruak ke dalam dirinya. Tapi, hatinya yang lain memendam kesal karena rasa bingung yang tak kunjung terjawab.

Gadis bermata bulat itu menatap Renata, menilik lebih jauh wanita yang pernah mengisi kekosongan harinya itu, amat berbeda dengan dua puluh tahun silam. Garis wajahnya semakin terlihat, kulitnya semakin tua, tubuhnya semakin kurus. Dan yang paling menonjol diantara semua adalah, mata yang dulu penuh hangat menyambutnya itu, kini dipenuhi sendu dan terlihat sayu.
Apa yang terjadi?

"Nami, mau 'kan?" Renata kembali bertanya tentang kebersediaan gadis mungil itu untuk bicara empat mata dengannya.

Namira tersadar dari keterdiamannya, mata bulat itu mengerjap, menatap pada manik hitam milik Renata. Dengan penuh rasa berdebar, Namira menelan saliva susah payah, kepalanya lalu mengangguk kecil mengiyakan permintaan Renata. Dan tentu saja, dihadiahi tatapan terimakasih juga entah karena apa, tatapan penuh harap dari wanita paruh baya yang kini berdiri di hadapannya. Seakan, Namira adalah sebuah harapan besar dalam hidupnya.

Perasaan Nami tiba-tiba saja tidak enak atas tatapan penuh harap milik Renata.

***

Takdir Dua Hati | END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang