30 [Acara Keluarga]

20.3K 1K 10
                                    

Assalamu'alaikum
Apa kabar?
Maaf akhir-akhir ini update suka nggak nentu
Karena lagi banyak hal-hal yang nggak bisa ditinggal dulu, jadi terpaksa nggak bisa update cerita :"
Semoga masih ada yang nunggu cerita ini ya :"
Part di sini pendek banget, maapkeun :((
Semoga suka ^^ Happy reading~

🍂🍂🍂

Pagi itu, Fahmi dan Nami dikejutkan dengan keadaan rumah yang ramai. Ada Teh Aul, Kakak Nami yang entah kapan datangnya bersama suami juga anak-anaknya, Ayah yang sibuk kesana kemari entah sedang apa, Ibu yang tampak sibuk menyiapkan sesuatu di dapur, Andrean sibuk mengasuh kedua putra putri Teh Aul di ruang keluarga, sedang Teh Aul dengan sang suami seperti hendak pergi keluar entah kemana.

"Loh, ada apa ini? Kok rame banget?" Ujar Nami kebingungan.

Semua menoleh ke arah keduanya, wajah Teh Aul semringah melihat siapa yang berdiri di pojok ruangan.

"MasyaAllah adikku! Teteh kangen banget..." langsung saja wanita dengan jilbab panjang berwarna maroon itu berjalan menghampiri Nami, memeluk erat tubuh mungil adiknya itu.

Nami tersenyum, membalas pelukan Aulia tak kelah erat. "Nami juga kangen banget sama Teteh, berapa lama kita nggak ketemu? Uh... kangen!"

Sang Kakak melepas pelukannya, mencubit batang hidung milik Nami dengan gemas. "Lah kamu sih, nggak inget ya kalau punya Teteh? Nggak pernah ngehubungin sekalipun."

Nami nyengir. "Ya maaf, aku takut ganggu Teteh. Soalnya kebiasaan kalau setiap aku telepon pasti Tetehnya lagi sibuk terus.."

Itu memang benar. Kesuksesan Aulia sebagai pengusaha muda bersama sang suami dibidang design interior membuat wanita anggun satu ini jarang sekali memiliki waktu luang. Sebenarnya, bisa saja Nami meneruskan kuliah dengan bantuan yang Aulia berikan padanya. Namun Nami menggeleng menolak ketika mendapat tawaran tersebut. Teringat bagaimana usaha sang Kakak yang hanya lulusan SMP saja untuk bisa sesukses sekarang, jatuh bangunnya Nami lihat dan rasakan sendiri. Dan ia tidak mau hanya menerima enaknya saja. Ia juga ingin berjuang sekuat tenaga meraih kesuksesannya sendiri, sama seperti Kakaknya.

Lagi lagi Nami menerima cubitan di pangkal hidungnya, "Ya itumah kamunya yang telepon di saat nggak tepat."

Pada akhirnya, mereka berdua tertawa bersama. Kembali berpelukan untuk melepas rindu.

🍂🍂🍂


Ternyata Ayah sudah merencanakan sebuah acara keluarga untuk mereka semua. Aulia dan sang suami tentu tak ingin melewatkan momen yang saat ini jarang sekali bisa terjadi. Bahkan Renata-pun turut hadir dalam acara tersebut, menunda keberangkatannya ke Jepang untuk menghadiri sebuah ajang fashion show ternama di sana, tak heran karena Renata yang seorang D'signer kelas atas dibalik sifat sederhananya.

Mereka mengadakan sebuah acara barbecue sederhana di belakang rumah. Nami, Renata, dan Aulia sibuk menyiapkan keperluan makan seperti merapikan piring, gelas, sendok dan garpu, atau sekadar memilah bahan makanan yang akan digunakan. Sedangkan  Siwi, Ibu tiri Nami sibuk di dapur menyiapkan bumbu, karena Siwi memang sangat berbakat dalam memasak, kemampuan masak Nami-pun sebagian besar berkat ajaran wanita lembut satu itu.

Dilain sisi, para pria sibuk menyiapkan alat-alat yang akan digunakan. Seperti menyiapkan alat-alat grill, menyiapkan minuman-minuman dingin, menyiapkan alat pemanggang, menusuk daging dan sayur pada tusukan, dan lainnya.

Mulai tercium aroma sedap dari daging yang mulai dipanggang. Membuat cacing-cacing diperut semua orang yang ada di sana meronta ingin segera diberi makan.
Pagi itu suasana amat menyenangkan. Para tetua tak pernah berhenti menggoda pasangan pengantin baru yang ada di sana. Apalagi saat satu moment terjadi di antara keduanya yang tak luput dari pandangan mereka semua.

Saat itu Fahmi yang bertugas mengatur api pada alat pemanggang tampak kewalahan, keringat bercucuran di atas pelipisnya. Nami datang membawa menu untuk dipanggang selanjutnya, meletakannya di meja dekat Fahmi berdiri.

"Ya ampun Kak, sampe keringetan gini. Panas ya?" Ujar Nami kala itu ketika melihat keringat yang mengucur pada kening Fahmi.

Tanpa ragu gadis, ah bukan, wanita berperawakan mungil itu mengusap keringat suaminya tersebut.
Fahmi tersenyum dengan apa yang dilakukan Nami. Tak tahan untuk tidak memberikan kecupan singkat di kening wanita itu seraya mengucapkan terimakasih.

Habislah mereka menjadi bahan olokan semuanya. Dan Nami tak bisa menyembunyikan semburat merah malunya dari siapapun ketika Ayah, Renata, Aulia, juga sang Ibu meneriakkan kata "Ciee..." untuk mereka.

🍂🍂🍂


"Mama senang sekali melihat hubungan kalian yang sepertinya sudah mulai.. apa ya? Mesra mungkin ya?" Renata terkekeh melihat respon Nami yang menunduk dalam dengan wajah merah padam.

Mereka tengah berada di meja bundar yang ada di taman belakang rumah Nami. Acara barbecuenya sudah selesai, tersisa beberapa peralatan yang belum dirapikan. Semua sibuk bercengkrama ria di ruang keluarga. Sedang Nami dibawa Renata ke sini, untuk membicarakan sesuatu.

"Terimakasih, ya Nami.." kini, Renata menggenggam erat tangan mungil milik Nami. Wanita dengan jilbab oranye itu mengangkat wajah dengan kening berkerut bingung.

"Untuk apa Ma?"

Renata tersenyum penuh haru, matanya mulai berkaca-kaca. "Terimakasih sudah mau menuruti permintaan egois Mama. Terimakasih karena sudah menerima Fahmi, terimakasih sudah membuat hidup Fahmi menjadi lebih baik dari hari itu."

Nami langsung menggeleng. Merasa tak pantas menerima semua rasa terimakasih tersebut. Percayalah, semua rasa penerimaannya atas Fahmi, juga kemauan pria itu untuk mulai melangkah kembali, bukan karenanya. Melainkan karenaNya.

"Berterimakasih sama Allah, Ma. Nami hanya menjalankan apa yang telah Allah tetapkan. Untuk semua perubahan ini, Dia-lah yang mengatur semua. Bukan Nami."

Renata mengangguk, berakhir memeluk tubuh Nami. Gadis kecilnya yang tersayang.

"Jadi, kapan kalian kasih Mama cucu?"






6 Agustus 2019

Takdir Dua Hati | END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang