45 [Mengemis Rindu]

23.4K 1.1K 23
                                    

Assalamu'alaikum
Apa kabar?
Ok, berapa hari aku nggak update?
Nggak lama ya kan.. :v
Oklah, semoga masih ada yang nunggu cerita ini
Happy reading ❤

🌹🌹🌹

"Neechan, sono neesan wa dare desuka?"

Gadis dengan kuncir belah dua itu menatap Nami ingin tahu, mungkin bingung siapa sebenarnya Nami sampai bisa ada di sini? Matanya sipit dengan kulit seputih salju, pipinya chubby dengan bibir tipis kemerahan, rambutnya hitam legam, tampak manis dengan kaos panjang putih bergaris dan dipadu celana kodok berbahan jins.

Gadis yang Tesa bilang bernama Erika itu duduk tak jauh dari Nami, tepat di samping Tesa yang sibuk mengunyah keripik kentang di tangannya.

"Ca, ini anak siapa?" Nami sama bingungnya. Tiba-tiba saja gadis kecil berumur sekitar lima tahun itu datang ke kosan Tesa, menyapa dengan bahasa yang tidak dimengertinya, namun tampak sudah sangat akrab dengan sahabatnya itu.

Tesa menyodorkan keripik kentang itu pada Erika, "Dia anak Bos gue." Katanya.

"Anak Bos? Dia bukan orang indo ya?" Nami kembali bertanya, masih bingung kenapa gadis kecil itu sedari tadi berbicara dengan bahasa asing.

Mendengarnya Tesa mengangguk, "Dia ini gede di Jepang sama Kakek Neneknya, Bos gue di sini ngurus caffe sama kerjaannya yang lain. Akhir-akhir ini Erika ini sering banget ngeluh, pengen sama Ayah katanya. Akhirnya dia dibawa ke indonesia deh, sekolah di sini dan tinggal bareng si Bos."

Nami manggut-manggut, mulai mengerti situasinya. "Tapi, kok lo bisa deket sama ni anak?"

"Yah, panjang deh ceritanya. Tapi intinya, dia itu belum lancar bahasa Indo dan kebetulan gue bisa bahasa Jepang dikit-dikit. Jadi ya gitu, dia jadi lengket banget sama gue."

"Ibunya?"

"Orang tuanya udah cerai."

"Oh.." Nami terdiam, menatap gadis kecil cantik yang sibuk melahap keripik kentang di samping Tesa. 

Tiba-tiba ia merasa memiliki kesamaan dengan gadis kecil itu. Sejak kecil sudah merasakan kurangnya kasih sayang karena kedua orang tua yang sudah tak lengkap. Pasti rasanya tidak enak sekali. Dan ia teringat dengan bayi dalam kandungannya, mungkinkah anaknya akan bernasib sama sepertinya?

"Neechan! Sono neesan dare?" (Kakak, dia siapa?) Kembali si kecil bertanya, entah apa Nami tak mengerti.

"Sono neesan wa, watashi no tomodachi yo.."  (Kakak ini temanku loh..) Tesa menjawab.

Si kecil Erika mengerjapkan mata, menoleh ke arah Nami. "Tomodachi?" (Teman?)

"So!" (Iya!) Tesa mengangguk, sedang Nami diam menjadi penonton.
"A! Neesan wa e ga dekimasuyo! Chou kirei desu yo.." (Oh iya, Kakak ini bisa menggambar loh! Gambarnya bagus banget.) tiba-tiba Tesa teringat akan sesuatu, matanya berbinar-binar.

Erika membesarkan matanya, walau tak mempengaruh apapun sebab matanya yang sipit. "Majide?" (Yang benar?)

"So yo!"  (Beneran!)

"mitetai mitetai!" (aku ingin lihat! Ingin lihat!) Erika antusias sekali entah karena apa, ia mengguncang lengan Tesa dengan sangat bersemangat.

"Chotto matte ne.." (Tunggu bentar , ya?)  ujar Tesa, kini beralih menatap Nami.
"Erika pengen liat lo ngegambar katanya."

"Hah?" Kening Nami bertaut, merasa telah salah mendengar.

Takdir Dua Hati | END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang