8 [Pernikahan]

23.5K 1.1K 4
                                    

Taman yang berada di belakang villa milik keluarga Fahmi, disulap menjadi ruang untuk pesta sederhana itu digelar. Berbagai ornamen pesta dipasang diberbagai tempat, warna warni dari bunga segar mempercantik suasana, harum semerbaknya semakin membuat siapapun betah berlama-lama di sana. Meja dan kursi disusun rapi sedemikian rupa, berbagai macam kudapan tersaji di meja menu, orang-orang hilir mudik menikmati acara.  

Nami menghela napas lelah, setelah hampir seharian ini ia harus berpura memasang wajah bahagia di depan kerabat dan para tamu yang datang. Pesta pernikahannya memang tidak ramai, yang datang hanya para kerabat dan beberapa teman kedua orang tua saja. Ini permintaan Nami dan Fahmi sendiri, bila Fahmi tidak mau ada gosip yang semakin membuat telinganya bindeng di rumah sakit, Nami-pun memiliki pemikiran sama. Ia tidak mau jadi bahan gosip teman-teman sekolahnya dulu.

Memang, kegundahan masih menyelimuti hatinya. Bayang-bayang tentang akan menjadi seperti apa pernikahan ini selalu mengganggunya. Nami bukan orang yang senang bermain-main dalam berbagai hal, bila menyangkut hal serius seperti ini tak pernah sekalipun terlintas dibenaknya untuk bermain-main dengan hal tersebut. Namun, bila situasinya seperti ini, seserius apapun dirinya menjalani pernikahan ini, rasanya tetap saja tidak akan berjalan lancar seperti yang dibayangkan.

Allah... kuserahkan semua padamu.

"Curang!" Pekik seorang gadis sambil bergelayut manja di lengan ratu sehari itu.

Nami menjengit terkejut, ia menatap Tesa dengan wajah kesal, mengusap dadanya menetralkan degup jantung yang berpacu cepat. "Eca! Lo ngagetin gue!" Gerutunya.

Tesa memanyunkan bibirnya, memicingkan mata menatap jengkel pada Nami. "Lo curang banget sih! Tiba-tiba pulang ninggalin gue, eh taunya mau nikahan! Mana gue dikasih taunya belakangan lagi, jahat lo ya!"

Nami memutar mata, jengah atas sikap Tesa yang berlebihan. Oh, ayolah! Bila Tesa saja sebegini terkejutnya, apakabar dirinya yang tiba-tiba saja diminta menikah seperti ini?
"Berat Ca.." Nami berusaha melepaskan tangan Tesa yang bergelayut dilengannya.

Mereka tengah berada di salah satu meja resepsi, Mita sedari tadi hanya diam menjadi penonton di kursinya, sesekali sibuk menyuapi putrinya dengan kudapan manis yang tersaji di atas meja.

"Mita! Temen kamu tuh, jahatnya kebangetan. Bilangnya bakal nemenin gue jomblo terus nikahnya bareng-bareng, eh malah nikah duluan tuh anak!" Kini, Tesa mengadu pada Mita, menyilangkan lengannya dengan wajah tertekuk kesal.

Mita terkekeh, "Emang udah gini jalannya kali, Ca. Jodohnya emang datengnya sekarang, ya mau gimana? Udah takdir dari Allah. Berdoa ajah semoga kamu cepet nyusul nanti."
Mendengar ucapan Mita yang seperti tidak memihak padanya, Tesa semakin menekuk wajahnya, kini memalingkan wajah pada kedua sahabat yang menurutnya kejam itu.

Nami tak ambil pusing dengan sikap Tesa, dia sibuk menatap pada pria berjas putih tak jauh darinya. Duduk di salah satu meja, berbaur dengan beberapa sanak saudara. Memang benar apa yang ia dengar, pria itu amat pandai menutupi lubang dihatinya. Lihat saja wajahnya kini, tak tampak sedang menanggung beban berat yang menyakiti ulu hati. Pria itu sembunyikan dengan senyuman dan ekspresi wajah 'sok baik-baik saja' miliknya. Sehingga, takkan ada seoranpun yang tau bagaimana sakitnya pria itu saat ini.

Nami menghela napas panjang, lagi-lagi memikirkan akan nasib pernikahannya sekarang. Akan kemana arus membawa hubungan ini?

***


Nami tak pernah main-main dengan pernikahan. Itu benar, buktinya ketika acara akad dimulai, mendengar suara sang Ayah yang bergetar mengucapkan kalimat Ijab dan mendengar kalimat gugup Pria itu mengucap Qabul, hati Nami bergemuruh seketika. Dua kalimat sakral itu sukses membuat tubuhnya berguncang hebat, emosinya meluap, bercampur aduk dalam benaknya. Hingga tak ia sadari, kristal bening itu luruh membasahi pipi.
Dalam hati gadis itu mengucap Syukur, juga doa untuk selalu diberi kesabaran dan kelancaran dalam menjalani bahtera rumah tangga. Walau ia tau, jalannya tidaklah akan semulus yang diharapkan.

Takdir Dua Hati | END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang