27 [Sementara Pergi]

20.5K 1K 7
                                    

(Berisi adegan mesra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Berisi adegan mesra. Anak kechel harap meninggalkan bab ini. Tolong bijak dalam memilih bacaan. Terimakasih ^^)

Happy reading. Semoga suka :))

Rencana Nami berkunjung ke rumah sang Ayah keesokan paginya membuat Nami sibuk membereskan keperluannya, memasukkan beberapa barang yang harus ia bawa ke dalam tas gendong miliknya.

Tidak banyak. Hanya beberapa alat makeup, buku sketsa dan alat gambarnya yang wajib ia bawa kemanapun ia pergi, dua buah buku novel untuk menjadi temannya saat diperjalanan, dan mukena untuknya shalat.
Ia juga membawa bekal dalam kotak makan berwarna hijau, juga sebotol air putih yang ikut ia masukkan ke dalam tas.

Nami tidak membawa baju ganti, karena di rumah Ayahnya masih tersimpan banyak baju-baju miliknya.

Melihat Nami begitu bersemangat, Fahmi tersenyum dalam diamnya. Pria itu berdiri di dekat sekat pemisah, melipat kedua lengannya di atas dada, memperhatikan istrinya itu yang tengah sibuk menimang dua buah buku novel yang hendak ia bawa.

Hari masih sangat pagi, Fahmi baru saja pulang dari kebiasaannya pergi ke masjid. Wajahnya keheranan ketika melihat dapur yang kosong melompong, karena biasanya Nami ada di situ untuk sekadar membuat teh panas. Ternyata, gadis berperawakan mungil itu tengah sibuk mempersiapkan keperluannya di dalam kamar.
Dan sepertinya, Nami belum menyadari keberadaan Fahmi yang tengah memperhatikannya saat ini.

"Sibuk banget kayaknya. Kamu kangen banget sama Ayah ya?" Akhirnya, Fahmi berujar setelah bermenit-menit hanya diam.

Nami menjengit mendengar suara Fahmi yang tiba-tiba, gadis itu mengangkat wajah, menoleh ke sumber suara. Fahmi tersenyum ke arahnya, berjalan menghampirinya.

Gadis itu nyengir, mengangguk kecil. "Kangen lah, karena dari dulu 'kan aku deketnya sama Ayah. Jadi nggak ketemu sebentar tuh kayak lamaaa banget." Katanya, memasukkan Novel dengan sampul biru ke dalam tas.

Fahmi terkekeh mendengarnya, ia melepas kopiahnya, menyimpannya ke dalam almari.
"Hati-hati nanti di jalan ya. Kasih kabar kalau sudah sampai."

"Hm, Ok." Nami mengangguk patuh.
Namun, tiba-tiba Nami teringat sesuatu.
"Kakak beneran bakal nyusul 'kan?" Tanya gadis itu, menghentikan kegiatannya melipat mukena.

"InsyaAllah, aku usahakan datang kok."

Mendengar itu, Nami mendesah kecewa. Entahlah, kenapa ia malah seperti tidak rela rasanya berjauhan dengan Fahmi barang sebentar sekarang? Ia takut kalau Fahmi ada operasi mendadak, atau ada tugas lain yang tidak bisa ditinggalkan, dan membuat pria itu batal untuk menyusulnya ke rumah Ayah.

"Kenapa sih? Hm?" Fahmi mendekat, berdiri tepat di hadapan Nami, heran dengan perubahan wajah Nami yang tiba-tiba terlihat murung.

Nami mendongak. Tinggi mereka yang berbeda jauh kadang membuatnya merasa tengah berhadapan dengan raksasa saja bila sedang ada di dekat Fahmi seperti ini.

Takdir Dua Hati | END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang