51 [Takdir Dua Hati]-END-

37.7K 1.2K 14
                                    

Namira terdiam di tempatnya. Usai kepergian Rae tadi, Nami tak bisa mengatakan apapun, hanya bisa diam dengan dada yang berdebar kencang.

Matanya menatap kepergian Rae sampai wanita itu menghilang di balik pintu, lalu tak lama Tesa datang menghampirinya, bertanya perihal pembicaraannya dengan wanita berparas ayu itu, namun Nami tetap bergeming bersama pikiran yang berkecamuk dalam kepalanya.

Ungkapan Rae yang mengatakan Fahmi mencintainya sejak dulu terus terngiang dalam otaknya. Hatinya berdesir hangat, namun logikanya membantah keras. Ucapan dari Rae bahwa ia tak mengetahui mengapa Fahmi sampai begitu terpuruk di hari pernikahan wanita itu, membuat Nami berasumsi, mungkinkah secara tidak sadar Fahmi telah jatuh hati pada Rae sehingga membuat ia begitu kecewa ketika Rae memilih pria lain.

"Tapi khawatir yang berlebihan bukankah tanda bahwa Fahmi memiliki perasaan sama Kakak?" Tanya Nami kala itu.

Rae hanya mengangguk, seraya kembali menyungging senyum. Manis sekali, sampai Nami dibuat iri akan pesona Rae yang tak ada habisnya itu.
"Mungkin. Tapi saat ini kekhawatiran Fahmi hanya untuk kamu. Bukankah itu berarti Fahmi memiliki perasaan padamu? Lupakan semua prasangkamu mengenai Fahmi dan aku, Nam.. kami tak pernah ada apa-apa. Sungguh.."

Ya, mungkin saja Fahmi memang pernah jatuh cinta pada Rae, namun pria itu selalu menyangkalnya dan ketika Rae hilang dari genggamannya, barulah Fahmi merasakan kehilangan.

Tapi itu dulu 'kan?
Saat ini yang bersama dengan Fahmi adalah Nami. Semua yang mereka lalui bersama bukan sebuah drama main-main, ini kehidupan yang nyata.
Buktinya anak yang ada dalam kandungannya saat ini, apa ia tega membiarkan anaknya tumbuh tanpa kasih sayang seorang Ayah?

Soal Fahmi yang tak pernah mengungkapkan cinta bukan berarti pria itu tak memiliki rasa, karena tak selalu cinta diungkapkan dengan kata. Senyumannya, peluknya, rangkulannya, bahkan suaranya bisa memiliki arti yang lebih dari sekedar cinta.

Dan mengapa Nami masih saja meragukan pria itu setelah semua yang pernah mereka lewati?

Wanita dengan hatinya.

Nami hanya seorang wanita yang memiliki hati, wanita menggunakan hatinya lebih banyak daripada logika, wajar bila ia merasa ragu bila tak pernah sepatahpun ia mendengar kata cinta dari sang pujaan hati. Karena dengan satu kata itu saja dapat mematahkan segala asumsi yang memenuhi benaknya.

Dan satu-satunya cara untuk mengetahui benarkah pria itu mencintainya adalah, kembali...

Nami mengusap air mata yang telah menganak sungai di atas pipinya, wajah sembab tak bisa ia sembunyikan. Nami berdiri, merapatkan sweeternya.

Melihat itu Tesa mengerutkan dahi, "Mau kemana?" Tanya gadis itu.

Nami memutar wajah, menarik seulas senyum, "Pulang.."

🍂🍂🍂


Semua memiliki masalalu. Nami juga punya masalalu menyedihkan sampai membuatnya terpuruk dan merasa takkan pernah bisa bangkit. Namun Allah tak pernah membiarkan hambanya terus berkubang dalam penderitaan bukan? Begitu banyak kasih sayang dan dukungan yang ia dapatkan berhasil membuat Nami akhirnya kembali melangkah maju, meninggalkan semua goresan masalalu dan menguburnya dihati yang paling dalam.

Ia takkan bisa seperti sekarang, bila bukan karena mereka yang ada dan mendukungnya selama ini. Ayah yang selalu memberikan semangat, Ibu tirinya walau menjaga jarak namun tak pernah sedikitpun menyakitinya, malah memberinya kasih sayang yang tulus, adiknya yang selalu menghiburnya, dua sahabatnya yang selalu merangkulnya. Nami punya mereka semua.

Lalu Fahmi?
Pria itu sendirian.
Memendam semua perasaan menyakitkan itu seorang diri, menyembunyikannya dari semua, termasuk Nami.
Tak mudah untuk percaya pada seseorang, lalu menceritakan masalah kita padanya, dan itu berlaku pada Fahmi. Wajar pria itu masih saja menyimpan semua sendiri dan enggan memberitahu Nami, selain takut Nami kecewa dan menjauh darinya, Fahmi lebih tak ingin Nami ikut menanggung deritanya bersama.

Takdir Dua Hati | END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang