14 [Bingkai Lama]

19.8K 1K 13
                                    

Nami sampai di restoran keluarga yang menjadi tempat ia dan Renata bertemu.
Sang Mama ternyata sudah datang lebih dulu, sudah memesankan makanan kesukaan Namira. Wanita yang masih nampak cantik itu ternyata tak pernah lupa dengan hal-hal yang Nami suka maupun tidak.
Sebuah gazebo tak jauh dari pintu masuk menjadi pilihan Renata. Tersaji hidangan ayam geprek dengan rasa pedas menggugah selera.
Nami sangat suka makanan pedas, meski gadis itu tidak terlalu sering memakan makanan pedas karena penyakit lambung yang dideritanya, namun Nami tak pernah bisa menolak jika disuguhi makanan dengan cita rasa tersebut.

Suasana Restoran tidak terlalu ramai. Mungkin karena ini bukan hari libur dan belum masuk jam istirahat.
Nami tersenyum cerah saat melihat Renata dengan jilbab navynya melambaikan tangan ke arahnya. Langsung saja gadis berkhimar merah muda itu menghampiri Renata yang ikut tersenyum menyambut kedatangan Nami.

"Assalamualaikum, Ma. Gimana kabarnya?" Nami menyapa, mencium punggung tangan Renata penuh khidmat.

"Alhamdulillah, Mama baik, Nam. Ayo duduk," Renata menepuk tempat di sampingnya.

Nami mengangguk, naik ke atas gazebo kemudian duduk tepat di samping Renata.
Mata Nami berbinar ketika melihat satu porsi ayam geprek sudah tersaji di sana. Ia menatap makanan pedas itu dengan penuh semangat. Setelah satu bulan berpuasa dari makan makanan pedas, akhirnya ia bisa kembali mencicipi cita rasa paling ia suka tersebut.

"Mama masing ingat ajah kalau Nami suka banget sama ayam ini." Nami berujar, sambil mulai mengambil sendoknya.

Renata terkekeh, melihat wajah Nami yang terlihat sudah tidak sabar lagi untuk menyantap makanan kesukaannya.
"Tentu Mama masih ingat dong. Dulu 'kan kamu pernah nangis berhari-hari cuma karena Ayahmu dulu lupa beliin ayam ini. Akhirnya, Mama coba masak sendiri supaya kamu nggak sedih lagi."

Nami manggut-manggut. Ia ingat momen itu. Saat itu Ayah berjanji ketika pulang kerja nanti, akan membelikannya satu porsi ayam geprek. Namun, karena terlalu lelah, Ayah lupa membeli dan membuat Nami sedih sampai beberapa hari kemudian. Pada akhirnya, Mama Renata memasakkan ayam geprek untuknya. Walau dengan skill memasak seadanya, sebab Renata yang memang tidak terlalu pandai memasak, namun Nami senang karena keinginannya terpenuhi.

Nami tertawa mengingat hal itu. Gadis itu menggeleng-geleng jengah, malu dengan sikapnya dulu yang begitu kekanakan.

"Cepat makan, kamu pasti belum makan 'kan?" Renata bertanya sambil menatap Nami penuh selidik.

"Nami sebenarnya udah sarapan tadi, pake roti doang sih.. cuma buat ganjel perut. Hehe.." Nami nyengir, memamerkan deret giginya yang rapi.

Renata tersenyum, "Yaudah, kamu makan lagi sekarang. Itu nasinya juga jangan lupa dihabiskan ya?"

"Pasti dong, Ma. Tapi, Mama nggak makan?"

"Nggak," Renata menggeleng, "Mama udah makan tadi sama temen."

Dan setelah mengangguk menanggapi, Nami akhirnya menyantap makanan yang Renata pesankan itu dengan lahap. Renata sengaja meminta pada pelayan agar ayam tersebut jangan terlalu pedas, sehingga Nami tidak perlu khawatir penyakitnya akan kambuh lagi.

Renata menatap Nami penuh haru. Kapan terakhir kali mereka menghabiskan waktu bersama seperti ini? Rasanya sudah lama sekali. Tau-tau gadis kecilnya sudah menjelma menjadi gadis dewasa yang cantik saja. Padahal dulu, Nami sering sekali bersikap manja padanya. Namun kini, gadis itu terlihat begitu dewasa dan mandiri.
Berapa banyak momen yang ia lewatkan sampai gadis itu bisa seperti sekarang ini?

🍂🍂🍂


"Gimana keadaan kalian berdua sekarang?" Tanya Renata ketika melihat Nami yang sudah selesai makan.

Takdir Dua Hati | END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang