"Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya..."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 145)🌹🌹🌹
Berita duka itu membuat Nami langsung bersiap menuju ke rumah sakit. Walau perasaan di hatinya takkaruan saat ini, rasa takut akan merenggangnya hubungannya dengan Fahmi, namun sisi kemanusiaan Nami mengalahkan semuanya.Nami bergegas memanggil taksi, dalam hati tak henti merapal doa untuk keselamatan Rae juga agar Fahmi bisa tetap fokus menjalankan pekerjaannya dan bisa menyelamatkan nyawa wanita berparas ayu itu.
Di luar hujan deras, sore menjelang malam itu terasa begitu mencekam. Dalam perjalanan bibirnya tak pernah berhenti merapalkan doa serta menyebut asma Allah, di saat hatinya kalut seperti sekarang hanya Dia yang dirinya butuhkan sebagai Yang Maha Penolong.
Usai membayar ongkos, Nami langsung turun, tak mengindahkan hujan yang mengguyur tubuhnya, tak peduli bahwa alerginya terhadap dingin bisa saja kambuh dan membuat kulitnya kembali bermasalah, wanita yang kini memakai hijab instan berwarna coklat itu terus berlari menerobos hujan.
Jantungnya berdebar hebat, hatinya merasa cemas teramat sangat, pikirannya kalut, perasaan khawatir itu semakin menjadi ketika ia sampai di kursi tunggu ruang operasi setelah bertanya pada resepsionis.
Tak ada siapapun di sana, tak ada yang menunggu, sepi. Kening Nami bertaut bingung, kemanakah keluarga wanita itu di saat seperti ini? Terlebih, dimana Andra suaminya?Rumah sakit itu terdengar bising dengan desas desus mengenai operasi wanita berparas ayu itu. Sepertinya Rae cukup dikenal di rumah sakit sampai-sampai kejadian ini begitu menghebohkan.
Nami sebenarnya masih diambang kebingungan, kecelakaan apa yang Rae alami sampai harus dioperasi seperti ini?
Dan lagi, hatinya entah mengapa merasakan perasaan tidak enak mengenai Fahmi. Akankah pria itu kembali berubah sedingin es hingga tak tersentuh seperti sebelumnya? Terlebih, ini menyangkut wanita itu.Allah, bantu hamba untuk selalu tabah...
🍂🍂🍂
Entah sudah berapa lama Nami diam tertunduk di atas kursi tunggu, yang pasti matanya kini sudah sangat mengantuk dan tubuhnya terasa lelah. Lorong rumah sakit terlihat sepi, tak ada orang-orang yang berlalu lalang.Nami juga masih bingung, mengapa setelah sekian lama kabar duka itu terjadi, tak ada seorangpun yang datang untuk sekadar mengetahui bagaimana kondisi wanita itu saat ini? Hanya Nami yang duduk di sini, tak ada yang datang lagi. Hanya dirinya.
Kenapa?Sampai sebuah suara membuatnya tersadar, Nami segera mengangkat wajah.
"Namira?"
Itu Fahmi dengan wajah lelahnya, kening pria itu berkerut bingung mengapa Nami ada di sini?
"Kak?" Nami berdiri, namun tubuhnya tiba-tiba terhuyung ke samping, segera Fahmi menahan agar tubuh Nami tidak jatuh. Sepertinya Nami benar-benar kelelahan menunggu, sampai untuk berdiri saja Nami tak sanggup.
"Kak, gimana dengan Kak Rae?" Sambil tetap berpegang erat pada lengan besar Fahmi, Nami bertanya mengenai keadaan Rae saat ini.
Entah hanya perasaan Nami saja, atau memang benar Fahmi tiba-tiba saja terlihat putus asa, hal itu tentu membuat Nami khawatir. Mungkinkah operasinya tidak berjalan lancar?
Fahmi mengangguk pelan, "Alhamdulillah, dia baik-baik saja." Katanya setelah beberapa saat hanya terdiam.
Nami menghela napas lega, "Alhamdulillah.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Dua Hati | END ✓
Spiritual⛔Nggak perlu baca cerita ini kalau menurutmu cuma buang-buang waktu⛔ SINOPSIS: "Allah, sebenarnya skenario apa yang telah Engkau buat untuk hamba?" Nami seperti tengah berjudi hati. Mempertaruhkan perasaannya hanya demi seseorang yang bahkan hampir...