Assalamu'alaikum
Apa kabar?
Masih hangat-hangatnya HUT RI ke 74
Saya mengucapkan
❤Dirgahayu Indonesia-ku🇮🇩
Happy independent day, semoga bisa menjadi negara yang maju dan sejahtera selalu
Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan perlindungan-Nya pada negeri tercinta Indonesia
Aamiin🌹🌹🌹
Sudah seminggu lamanya semenjak pertemuan mereka dengan Rae dan Andra itu di pusat perbelanjaan. Seminggu itu juga Nami mencoba bersikap semua baik-baik saja, mengikuti irama Fahmi, mencoba melupakan semuanya dan menjalani hari seperti biasa.
Namun tetap saja, perasaan menganggu yang menggelayuti hatinya itu tak bisa dengan mudah ia singkirkan. Selalu pikirannya meragukan semua yang Fahmi lakukan.
Senyuman Fahmi, Nami tak bisa lagi melihat kesenangan dari mata pria itu. Lagu Fahmi, Nami tak bisa lagi melihat kesungguhan dari pria itu. Pikiran Nami selalu mengira bahwa semua yang Fahmi lakukan adalah sebuah keterpaksaan, mengira kalau semua adalah sandiwara untuk menutupi apa yang sebenarnya ada dalam hatinya.
Walau berkali-kali hati Nami menyangkal, mencoba menjernihkan kembali pikirannya dari segala pemikiran buruk tentang Fahmi, tetap saja dirinya merasa ragu.
Astagfirullah..
Istigfar Nami untuk yang kesekian kali.
Fahmi baru saja keluar dari rumah untuk berangkat menuju rumah sakit. Memberikan Nami kecupan hangat dan pelukan mesra. Dan setiap kali Nami menerima semua itu, duri yang menusuk hatinya semakin tajam menancap.
Nami menghela napas, ia beralih berjalan menuju meja makan dimana ia meletakkan mug teh hangatnya di sana.
Tangan mungilnya meraih gagang mug, mengarahkannya pada hidung untuk sedikit ia hirup harum dari daun teh bercita rasa khas tersebut.Tapi, aneh. Kenapa baunya menjadi tidak enak di hidungnya kali ini?. Terlalu menyengat! Nami tak tahan rasanya.
Dengan cepat ia menjauhkan mug tersebut dari hidungnya, meletakkannya kembali di atas meja.Keningnya berkerut bingung, merasa aneh pada dirinya beberapa hari belakangan. Bau-bauan yang sebelumnya biasa saja menjadi sangat menyengat dihidungnya, membuatnya mual dan pusing. Dan kali ini teh favoritnya juga baunya terasa tidak enak, padahal sebelumnya Nami sangat menyukai harum dari teh itu.
Nami terdiam, mungkinkah ada yang salah dari indera penciumannya?
Tapi tiba-tiba sesuatu terasa bergejolak di dalam perutnya, seperti ada sesuatu yang saling mendorong ingin keluar dari dalam sana.
Nami menahan napas, menutup mulut seraya berlari menuju kamar mandi."HUEKKK!"
Ia berusaha mengeluarkan semua isi perutnya, rasa mual yang menyerangnya benar-benar tak tertahankan, seperti ada sesuatu yang menggedor-gedor ingin keluar. Nami sesak napas dibuatnya. Namun ketika ia membuka mata, melihat isi wastafel yang kosong dan yang keluar dari mulutnya hanyalah air, Nami kebingungan.
Belum sempat ia mengatur napas, rasa mual itu kembali menyerangnya. Kembali, Nami berusaha memuntahkan segalanya.
"HUEKKK!"
Dan lagi-lagi, tak ada yang keluar dari mulutnya.
Nami diam, pikirannya berputar mencari jawaban atas apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini.
Pertama bau-bauan yang tiba-tiba terasa sangat menyengat untuknya, sampai membuatnya tak tahan dan merasa mual dan pusing. Kedua, mual hebat yang datang tiba-tiba ini.Mungkinkah?
Nami menggigt bibir, mengangkat wajah setelah menbasuh wajahnya dengan air, menatap pantulan dirinya pada cermin wastafel di hadapannya.
Mungkinkah dirinya...
Tangannya terangkat, bergetar mengusap perutnya yang rata.
Hamil?
🍂🍂🍂
Nami menunggu dengan jantung berdebar. Usai menuntaskan rasa mualnya, Nami segera bergegas menuju apotek terdekat, membeli dua buah test peck berbeda lalu mengujinya bersamaan.Tak dipungkiri ada harap besar yang memenuhi rongga dadanya. Ada kebahagiaan yang menyelimuti hatinya. Mungkin hal inilah yang membuat emosinya tidak stabil, cenderung berasumsi seenaknya, sering merasa sedih tiba-tiba, sering merasa kecewa tanpa ada dasarnya. Emosi labilnya, mungkinkah karena hamil?
Kegiatan mereka akhir-akhir ini memang dibilang cukup sering, jadi kemungkinan dirinya hamil memang benar adanya 'kan?
Beberapa menit yang terasa menegangkan itu akhirnya membuahkan sebuah hasil. Jantung berdebar yang hampir meledak itu seakan terhenti, keringat yang mengucur itu semakin deras, dan mata bulat itu semakin melebar dengan sorot berbinar.
Nami sudah tak dapat lagi menahan air mata bahagianya ketika melihat kedua test peck tersebut memperlihatkan dua garis merah. Segera saja Nami mengucap syukur dalam-dalam atas kebahagiaan yang telah Allah beri sekarang. Merasa percaya tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.
Ia akan menjadi seorang Ibu.
Benar-benar seorang Ibu!
Nami berulang kali mengucap syukur.Ya Rabb,
Alhamdulillah... Alhamdulillah...Tangannya bergetar, memegang erat-erat kedua test peck tersebut.
Kini matanya beralih kembali menatap cermin wastafel, ia harus memberi tahu Fahmi 'kan?
Dan harus bagaimana ia memberitahu Fahmi akan berita bahagia ini?Bahagia?
Seketika Nami terdiam, ia menelan saliva susah payah. Perasaan mengganggu itu kembali menyerangnya, pikiran dan hatinya lagi-lagi berpikir negatif.
Akankah pria itu ikut bahagia sama seperti dirinya?🍂🍂🍂
Nami mendekati Fahmi yang duduk di ruang TV, tengah fokus membaca sebuah buku entah apa. Biar Nami tebak, isinya pasti bahasa inggris, dan sebagai seorang yang buta bahasa inggris ia enggan bertanya tentang buku apa yang pria itu baca. Fahmi pastinya akan menjawab dengan jawaban rumit yang akan merusak saraf otaknya.Tanpa bertanya lebih dulu, Nami langsung merangsek masuk pada pelukan Fahmi, menyandarkan kepalanya pada bahu lebar pria itu, membetulkan posisi duduknya sampai senyaman mungkin.
Fahmi tak menolak, alih-alih mengusap pelan bahu Nami lalu memberikan kecupan hangat pada kening wanita itu.
"Kenapa?" Fahmi bertanya, menatap lekat manik Nami.
Melihat perlakuan yang ia terima dari pria itu membuat hatinya terenyuh. Ia tahu bagaimana sakitnya memendam semua masalah seorang diri, bagaimana lelahnya menahan rasa perih itu di hati. Namun pria itu berusaha untuk berdamai dengan semua, berusaha membuat semua seolah baik-baik saja, berusaha tak membuatnya kecewa dengan menutupi semua kepedihannya.
Dan Nami dengan tak berperi menganggap pria itu jahat? Berpikiran negatif padanya, hingga akhirnya menyakiti hati dengan semua prasangka-prasangka yang belum pasti.
Harusnya ia mendukung Fahmi 'kan? Membantunya melupakan semua, itu tujuannya 'kan? Menyembuhkan luka hatinya, itu tugasnya 'kan?
Nami menghela napas, mungkin perubahan hormon ketika hamil yang membuat emosinya tak stabil, dan akhirnya membuat ia tak bisa berpikir jernih dan sering mengambil keputusan seenaknya.
Nami memilih menggeleng, mengeratkan pelukannya pada pria sejuta pesona itu.
"Jahatnya aku.." gumamnya.
18 Agustus 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Dua Hati | END ✓
Spiritual⛔Nggak perlu baca cerita ini kalau menurutmu cuma buang-buang waktu⛔ SINOPSIS: "Allah, sebenarnya skenario apa yang telah Engkau buat untuk hamba?" Nami seperti tengah berjudi hati. Mempertaruhkan perasaannya hanya demi seseorang yang bahkan hampir...