34 [Menjadi Ragu]

19.5K 959 24
                                    

Assalamu'alaikum
Apa kabar?
Masihkah ada yang nunggu cerita ini?
Doakan semoga aku bisa selesaikan cerita ini ya, karena mood nulisku akhir-akhir ini ancur banget :"
Happy reading, semoga suka ❤

🌹🌹🌹

"dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap."
(QS. Al-Insyirah 94: Ayat 8)

🍂🍂🍂

Melupakan itu mudah, ikhlasnya yang susah.

Hari ini jadwal belanja bulanan. Nami sudah memberitahu Fahmi tentang hal itu, dan pria itu bilang mereka akan pergi nanti malam, setelah ia selesai dengan pekerjaannya.

Seminggu usai kehebohan mengenai berita terbaru siapa istri seorang Fahmi itu menyebar ke seantero jagat raya, ponsel Nami tak pernah berhenti berdering, mereka mempertanyakan kebenaran berita tersebut.

Karena hal itu, Nami sampai mematikan ponselnya dan menggatinya dengan ponsel model lama yang pernah ia pakai sewaktu bekerja dulu.

Nami menghela napas, tak menyangka akan 'seheboh' ini. Dipikir-pikir, Fahmi 'kan bukan public figure tersohor di negri ini, ia hanya pria biasa yang kebetulan memiliki otak jenius dan paras rupawan. Memang sesekali dirinya tampil dibeberapa acara TV swasta menjadi bintang tamu, tapi tetap saja Fahmi tetaplah Fahmi. Bukan selebriti!

Nami duduk di sofa balkon, menikmati pagi cerah hari itu ditemani mug berisi teh hangat yang uapnya mengepul di udara. Sebuah majalah fashion berada dalam pangkuannya, ia tidak membaca novel kali ini, pikirannya tak bisa fokus. Karenanya wanita bermata bulat itu memilih majalah sebagai bahan bacaannya, mungkin melihat-lihat berbagai model pakaian yang didesain oleh desainer ternama itu bisa membuat pikirannya teralihkan sejenak.

🍂🍂🍂

Menjelang malam Fahmi pulang, agak telat dari biasanya. Pria itu bilang ada operasi, jadi tak bisa pulang cepat.

Makan malam belum Nami siapkan, bahan makanannya sudah habis. Hanya tersisa telur dan sosis saja. Terpikir untuk membuat nasi goreng untuk makan malam hari itu, tapi Fahmi mencegah, bilang mereka akan makan malam di luar saja kali ini.

Nami sudah siap dengan celana training hitam dan hoodie kebesaran yang panjangnya hampir selutut berwarna kuning mustard, dipadu dengan kerudung segi empat berwarna cream polos. Nami tampak sepuluh tahun lebih muda dari usianya. Ditambah tinggi badan yang cukup pendek, Nami persis seperti anak baru gede usia SMP.

Fahmi melihatnya sambil mengerutkan kening, "Kamu yakin mau pakai itu?" Tanyanya, menunjuk hoodie kebesaran yang terlihat seperti menenggelamkan tubuh mungil Nami.

Nami mengangguk tanpa ragu, "Malam ini dingin banget, sengaja pake ini biar hangat." Jawabnya.

"Tapi aku berasa lagi jalan sama anak SMP, kalau orang-orang ngira aku pedo gimana?"

Mendengarnya Nami lantas tertawa, "Itu berarti aku awet muda dong?"

"Ganti sana."

"Nggak mau! Udah ah, yuk berangkat. Kalau ada yang nanya bilang ajah adeknya."

Fahmi hanya bisa menghela napas pasrah, membiarkan Nami menarik lengannya keluar apartemen, berjalan menuju parkiran.

"Tapi kamu istri aku!"

🍂🍂🍂


Mereka sampai di pusat perbelanjaan, masuk beriringan lalu langsung berjalan menuju tempat penjualan bahan makanan. Malam itu ramai sekali, mungkin sudah memasuki musil liburan juga jadi banyak yang ber-quality time bersama dengan keluarga maupun teman mereka di sana.

Takdir Dua Hati | END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang