29 [Malam Panjang]

21.4K 1K 34
                                    

MENGANDUNG UNSUR DEWASA
BAGI YANG MASIH DIBAWAH UMUR ATAU TIDAK NYAMAN DENGAN MUATAN TSB SILAHKAN TINGGALKAN BAB
HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN

Assalamu'alaikum
Gimana kabarnya?
Lama nggak update karena kendala kesibukan di dunia nyata yang nggak bisa ditunda :')
Semoga masih ada ya yang nunggu cerita ini :')

Oh iya, minta do'anya ya teman-teman. Daerahku dan daerah sekitarnya terkena musibah gempa. Semoga semua dalam lindungan Allah Swt selalu. Aamiin

🌹🌹🌹
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 14)

🍂🍂🍂

Nami mendesah dengan perasaan khawatir yang memuncak dalam dada. Ia menatap ke arah jendela, menampilkan langit yang sudah menggelap, berwarna oranye. Namun, pria itu belum juga datang ke sini, bahkan tak mengabarinya barang sedikitpun.

Ia meremas jemarinya sendiri, mondar-mandir di dalam kamarnya. Pikirannya bercabang-cabang, memikirkan segala kemungkinan yang terjadi pada Fahmi hingga tak jua datang menyusulnya.

Gadis itu duduk di sisi tempat tidur. Kamar dengan cat yang di dominasi berwarna violet itu begitu lengang. Di sisi tempat tidur berukuran besar itu ada meja belajar yang di atasnya masih tersusun beberapa buku pelajarannya ketika sekolahnya dulu, maupun novel-novel kesukaannya.
Lalu, di dekat pintu masuk tersimpan almari berukuran sedang berwarna putih gading. Ia memang suka dengan almari berwarna putih gading, membuat kamar terlihat lebih elegan.
Di beberapa sudut dinding, tertempel hasil karyanya dari waktu ke waktu. Dari mulai gambar grafitti namanya, gambar kartun kesukaannya, sampai gambar random seperti tumbuhan dan benda-benda di sekitarnya.

Suasana dalam kamarnya tak pernah berubah sedikitpun dari terakhir kali ia tinggalkan. Kecuali sprei tempat tidur yang sebelumnya berwarna ungu dengan corak abstrak, kini menjadi warna biru dengan corak bunga lily.

Nami menghela napas, menoleh ke arah ponselnya yang tergeletak di atas tempat tidur. Bahkan Fahmi masih belum membalas pesannya yang bertanya apakah pria itu akan datang ke sini hari ini?

Adzan magrib mulai bershutan dari masjid dan mushala di sekitar rumah. Nami menghirup napas dalam-dalam, mencoba bersabar dan berpositif thinking kembali. Mungkin ponsel Fahmi habis baterai, mungkin Fahmi ada operasi atau panggilan mendadak jadi menunda kedatangannya.

Gadis itu beranjak, menggelar sajadahnya kemudian berjalan menuju kamar mandi guna mengambil wudhu.
Memanjatkan doa pada Sang Ilahi Rabbi, agar Fahmi senantiasa diberikan kelancaran dalam menjalani pekerjaannya, dan Allah selalu melindunginya dari hal buruk di luar sana.

🍂🍂🍂


Sambil memeluk erat boneka panda di tangannya, Nami menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa ruang tamu rumah. Matanya tak pernah berhenti melirik kr arah pintu yang tertutup rapat itu. Sesekali ia mengintip dari celah gordyn, berharap siluet mobil milik Fahmi mulai memasuki pekarangan rumahnya.
Namun Nami harus puas mendesah kecewa karena sampai waktu makan malampun pria itu tak jua menampakkan tanda-tanda kedatangannya.

"Mungkin di jalan macet, Nam.. lagian ke sini 'kan jauh, kalau pakai mobil mungkin dua sampai empat jam baru sampai." Ujar Ayah menenangkan.

Nami sudah berpindah duduk di samping Andrean sang adik, untuk makan malam. Boneka pandanya masih ia peluk dengan tangan kirinya, sedang tangan kanannya sibuk menyuapi mulutnya untuk memakan makan malam yang Ibunya siapkan.
Dalam makannya ia tetap merasa resah, nafsunya hilang entah kemana. Pikirannya memikirkan tentang Fahmi. Sudahkah makan pria itu sekarang?

Takdir Dua Hati | END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang