BAB VII

678 61 0
                                    

LELAKI itu menatap tajam ke depan. Sesekali ia membenarkan topi hitamnya yang tertiup angin. Kemudian, ia menoleh pada seorang gadis yang derap langkah kakinya tertangkap indra pendengarannya.

"Ma-maaf, ya. Arayan udah lama di sini?"

"Nggak kok. Barusan." Jawab Arayan lalu membalikkan badannya memunggungi Laras.

"Jadi, bisa lo jelasin kenapa ulangan harian lo di kantin?"

"Katanya ulangan harian, Wakil Tatib yang paling tertib." Sinis Arayan tatkala pandangannya tertuju pada sosok lelaki dan perempuan yang duduk berhadapan di Kantin.

"Ee--ee. Iy-"

"Jangan coba-coba buat bohongin gue! Lo jujur, gue lebih respect."

"Maaf."

"Kasih gue penjelasan! Gue gak butuh maaf!"

Laras menatap Arayan dengan keringat dingin yang telah mengucur di dahinya. Arayan. Lelaki itu memang selalu tegas pada seluruh anggota Tatib. Terutama padanya yang menjabat sebagai Wakil Tatib.

"Lo wajib gabung di misi gue!"

"Ha?" Laras bingung dengan titah Arayan.

"Demi kebaikan Trian. Besok lo wajib hadir rapat Tatib." Perintahnya dengan membalikkan badan menatap mata Laras.

"Dan..sampaikan maaf lo ke semua orang yang hadir di sana." Lanjutnya. Laras hanya menganggukkan kepalanya, tanda mengerti.

Waktu seakan cepat berlalu. Padahal baru saja kemarin ia baru mendapat surat gugatan dari sosok Arayan, Sang Ketua Tatib.

Kini, Laras berdiri dihadapan semua orang yang hadir di rapat siang ini. Termasuk Pak Bani. Lelaki itu menunjukkan raut wajah yang monoton. Garang. Galak. Tanpa ekspresi.

"Saya minta maaf atas ketidakhadiran saja pada rapat sebelumnya dikarenakan sebuah keperluan mendadak."

"Keperluan apa Laras?" Tepat sasaran. Pertanyaan singkat dari Pak Bani membuatnya panas dingin.

"Ulangan harian, Pak." Sahut Arayan. Pak Bani hanya menganggukkan kepalanya, memaklumi. Laras kembali duduk dan mengusap dadanya. Lega. Sedikit beban di pundaknya terangkat.

Rapat itu akhirnya selesai. Semua anggota berhamburan keluar ruangan dengan tertib. Termasuk, Sang Ketua dan Wakilnya.

"Ras, gue mau lo bantuin misi gue! Hitung-hitung balas budi karena gue udah tolongin lo tadi." Arayan mengejar Laras yang kini sudah di sampingnya.

Menyebalkan. Arayan membantunya lalu meminta imbalan atas bantuannya.

"Misi gue mudah kok. Lo tinggal kedip juga bakal berhasil. Target gue, TRIAN." Arayan menekankan nama lelaki itu.

"Trian kenapa memangnya?" Laras penasaran. Selama ini 'kan incaran para Tatib hanya anak-anak yang bandel saja. Jadi, mengapa Trian bisa terlabel bandel?

Damn! Laras ingat. Trian. Lelaki itu kini menjelma bak badboy. Tapi, bagi Laras : Trian adalah BADBOY GADUNGAN.

"Misi kita berdua adalah menertibkan Trian." Ketua Tatib terhormat itu memberi titah tanpa bantah.

"Siap!" Laras bersemangat karena ia juga muak, selalu menjadi buronan para guru.

***

LarasTrian [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang