KEESOKAN harinya. Pada pukul 05.00 Trian sudah berada di atas motornya. Menunggu Laras di depan rumahnya. Terlalu rajin. Pagi-pagi buta Trian sudah nangkring di depan rumah gadis itu.
Lama ia menunggu. Sekitan 1 jam.
Pada pukul enam lebih. Laras keluar dari rumah menuju ke gerbang. Hari ini Bapaknya tak bisa mengantar ke sekolah. Maka dari itu, pagi-pagi sekali Laras beranjak meninggalkan rumah.
Niat ingin menaikki angkutan umum terhempas ke awang-awang tatkala Laras di kejutkan oleh kehadiran sosok Trian yang sedang bermain ponsel di atas motornya.
"Ngapain kamu disini?" Mengesampingkan rasa terkejutnya. Laras bertanya sedemikian santai pada lelaki di depannya.
"Eh, Ras.." Trian memasukkan ponsel ke saku celanannya.
"..." Laras manaikkan sebelah alisnya.
"Aku disini dari jam lima." Adu Trian berhasil membuat Laras menampakkan raut terkejut yang tadi sempat ia sembunyikan.
"Berangkat sama aku-"
"Aku naik angkutan umum aja." Tolak Laras dengan senyum tipisnya.
"Ras, kali ini aja. Mungkin.. untuk yang terakhir kali." Trian meraih tangan Laras.
Terkejut untuk kedua kalinya. Apa maksudnya 'terakhir kali'? Sedikit rasa sedih di hati Laras. Akankah Trian benar-benar menjauhinya kali ini?
Dengan menghela napas pasrah. Akhirnya, Laras menurut dan berangkat ke sekolah bersama Trian. Lumayanlah, hitung-hitung menghemat biaya.
Lima belas menit, tak terasa. Mereka sampai di sekolah. Laras pun turun dan memberikan helm yang tadi ia pakai. Lantas, mengulas senyum dan berucap terimakasih.
Langkah Laras terhenti tatkala Trian menahannya.
"Nanti pulang sekolah bareng aku ya!" Trian meraih salah satu tangan Laras.
"Ekhhmm..iya." Tidak enak menolak ajakan orang baik. Begitulah pikiran Laras. Tak ada niat terselubung di hatinya untuk mendekati Trian.
***
"Gimana? Lo udah ngucapin kata-kata perpisahan buat Laras?"
"..." Trian menggelengkan kepalanya.
"Ck ck ck.. belum juga pergi. Tapi, wajah lo udah kayak orang setengah mati." Arayan berdecak.
Mereka berdua kini sedang berbincang-bincang di koridor sebuah lorong yang jarang sekali di lewati para siswa. Bukan terencana, mereka hanya bertemu karena tadi Trian dari ruang Lab. KIMIA lalu Arayan barusan menemui Pak Bani di ruang Lab. BIOLOGI.
Yaa.. mungkin sedikit pas timing-nya.
"Lo serius?" Trian masih tidak percaya dengan Arayan.
"Serius. Lo masih nggak percaya ya.. sama gue." Arayan meneguk air dari botol mineralnya.
"Gue saranin.. buruan jujurkan perasaan lo!" Arayan mengakhiri kalimatnya dan berlalu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
LarasTrian [Completed]
Teen FictionCerita ringan, insya'allah seringan kapas. Ehe Mengisahkan dua insan yang merajut persahabatan sejak lama. 10 Tahun. Terlalu mainstream, kalau jatuh cinta sama sahabat sendiri. Relakah mereka mengganti label 'sahabat' dengan 'pacar'? Ini loh! Kalima...