BAB XXXVII

476 39 0
                                    

DI TEMPAT yang berbeda. Berbeda tokoh dan suasana. Naomi dan Geraldi berada di sebuah restoran. Ya.. dinner itu terwujud. Walau pada awalnya Naomi sempat terkejut dengan ajakan Geraldi. Namun, just have fun begitulah cara berpikir seorang Naomi.

Tak ingin menganggap ini sebuah alur berbeda dan pada akhirnya akan menjerumuskannya ke dalam jurang kesakitan.

Ia tak ingin terbawa suasana dan perasaan.

"Ekhmm.." Geraldi berdehem dan meletakkan ponsel yang sedari tadi ia mainkan.

"..." Naomi pun mengalihkan pandangan dari jendela kaca di sampingnya yang menampilkan keramaian kota malam ini.

"Mari makan.." Ajak Geraldi saat seorang pelayan berlalu setelah menyajikan beberapa piring makanan di meja.

"..." Naomi pun mengangguk dan mulai menyantap makanan di depannya itu.

Hanya ada suara dentingan yang berasal dari sendok masing-masing serta.. musik restoran yang menyuguhkan suara denting piano. Mengalunkan nada-nada yang lembut dan sarat akan sebuah romantis.

"Kalau gue.. suka sama lo-"

"Uhhukkk...uhukk.." Belum usai Geraldi melanjutkan kata-katanya. Naomi tersedak tatkala telinganya mendengar 3 kata yang menurutnya horror itu.

Suka

Sama

Lo

Hah?

"Pelan-pelan.. minum dulu." Geraldi yang tadinya duduk di depan Naomi. Kini, berdiri dan berjalan hingga ia berada di samping Naomi.

Mengusap punggung gadis yang saat ini sedang menenggak habis segelas air putih itu. Setelah dirasa cukup tenang. Geraldi pun kembali duduk di depan Naomi.

"Gue belum selesai ngomong, lo udah keselek." Geraldi terkekeh geli melihat Naomi yang wajahnya memerah. Entah karena tersedak atau karena.. ucapan Geraldi.

"..." Tak ada jawaban dari Naomi. Gadis itu menatap tajam lelaki di depannya itu. Sembari sesekali menghela napas.

"Awalnya.. gue gak tahu siapa lo. Sampai akhirnya gara-gara si Trian, gue harus anterin lo pulang." Jeda sebentar.

"Gue tahu apa yang lo rasain ke Trian. Gue harap lo segera buang jauh-jauh perasaan lo ke Trian."

"Emangnya kenapa?" Naomi akhirnya mengangkat bicara.

"Ada beberapa alasan. Lo mau dengar yang mana dulu? Yang masuk akal atau yang nggak masuk akal."

"Terserah."

"Oke. Yang masuk akal, pada kenyataannya.. Trian nggak pernah sekalipun menaruh rasa ke lo. Hati Trian cuman buat Laras." Terlihat jelas bahwa ada kesedihan di mata Naomi. Geraldi pun semakin tak suka melihatnya.

"Yang nggak masuk akal.." Lanjutnya. Naomi menaikkan sebelah alisnya karena Geraldi tak kunjung melanjutkan perkataannya.

"Gue suka sama lo." Naomi membelalakkan matanya. Kaget. Tentu saja, baby.

"Gue tahu.. ini terlalu cepat. Tapi, gak tahu kenapa. Gue gak suka lihat lo sedih gara-gara Trian. Gue pengen lihat lo tersenyum karena gue." Geraldi tersenyum tulus.

Tak disangka dan tak ada yang menerka. Jika, Naomi tersenyum setelah Geraldi mengakhiri penjelasan singkat mengenai perasaannya.

"Gue udah senyum.." Celetuk Naomi sambil tersenyum lebar.

"Gue serius."

"Gue juga serius. Gue gak mau sakit hati lagi-"

"Sakit hati itu wajar!" Geraldi menatap tajam Naomi.

"Satu hal yang perlu lo ketahui."

"A-apa?" Naomi menahan kegugupannya di depan Geraldi. 

"Jangan samakan gue dengan Trian. Gue ya gue.. Geraldi. Trian ya.. Trian."

"..." Seperti tersihir mantra magis. Naomi pun menganggukkan kepalanya.

"Jadi, kasih gue kesempatan buat buka hati lo dan terlepas dari belenggu sakit hati lo ke Trian."

***

LarasTrian [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang