BAB XXXI

490 35 0
                                    

DIAM seribu bahasa, Laras menatap Arayan dengan tatapan yang sulit diartikan. Mungkinkah sebuah tatapan ragu? Apakah Arayan benar-benar menyuruhnya untuk menyusul Trian? Ataukah ini sekedar kode seorang lelaki?

"Laras nggak mikirin 'dia' kok." Laras membuang muka karena tatapan menyelidik milik Arayan.

Arayan ini, tipe lelaki yang dapat mendeteksi kebohongan. Maka dari itu Laras waspada.

"Sekali aja. Coba lo turuti kata hati lo, Ras." Arayan berdiri dan beranjak.

Ia sengaja meninggalkan ruangan itu untuk memberi waktu dan ruang pada Laras dan Trian.

***

Laras meninggalkan ruang UKS. Ia berlari kecil menuju kamar mandi. Sesampainya di sana, ia ragu.

"Masuk-Enggak-Masuk-" Laras menimang. Yang benar saja. Ia masuk toilet pria.

"Ras.." Suara itu membuat Laras membalikkan badannya.

Yang pertama kali tertangkap indra Laras yaitu, Trian dan wajah pucatnya. Astaga! Apakah lelaki ini hampir kehabisan darahnya? Laras pun mengalihkan pandangannya dari wajah Trian menuju ke bawah. Kaki Trian masih mengalir darah, walau tidak sederas tadi.

"..." Tanpa berkata. Laras meraih tangan kanan Trian dan meletakkan tangan besar itu di pundak kecilnya.

Sedikit terkejut tapi tidak menolak. Laras memapah Trian dengan susah payah karena tubuhnya tidak sebesar tubuh milik lelaki itu.

"Aku berat ya, Ras?"

"Masih berat.." Laras menggantungkan kalimatnya.

"Jatuh cinta sama sahabat sendiri." Lanjut gadis itu.

Ia merutuki kebodohannya. Mungkin tadi hanya keceplosan, pemirsa. Maklumi saja, asmara yang masih belum jelas akar dan ujungnya memang seperti itu. Sensitif bak p*ntat bayi.

Haha.

Sungguh tidak lucu. Sekilas ekor mata Laras melirik Trian yang menahan tawanya.

Sesampainya di ruang UKS, Laras membantu Trian untuk mendudukkan dirinya di brankar UKS. Sebenarnya, Trian bisa melakukannya sendiri. Namun karena ada Laras.. yaa, memanfaatkan sumber daya manusia yang ada.

"Aarrghh.." Erangan keluar dari bibir Trian tatkala Laras mulai mengobati luka pada kakinya.

"Tahan dulu."

"..." Trian menganggukkan kepalanya.

Laras dengan cekatan mengobati luka pada kaki Trian dengan baik dan benar. Gadis itu, memang dulunya pengurus UKS. Namun sekarang sudah digantikan oleh adik kelas.

"Sudah." Laras pun merapikan isi kotak P3K dan mengembalikan ke tempatnya.

Tanpa menoleh, Laras berjalan menuju pintu ruangan tersebut.

"Ras.." Panggil Trian. Walau tidak berteriak, tapi gadis itu jelas mendengarnya.

"Terimakasih." Samar-samar Laras mendengar.

Kalimat itu keluar dari mulut Trian walau dengan suara yang bervolume kecil, karena saat itu juga.. Laras sudah berada di luar ruang UKS.

"Sama-sama, Trian." Gumam Laras yang tidak mungkin terdengar oleh Trian.

Namun, interaksi keduanya disaksikan oleh sepasang mata yang berada tak jauh dari tempat mereka berada.

Siapakah dia?

***

LarasTrian [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang