BAB XXIV

518 41 9
                                    

TANGAN Trian lincah menari di atas benda pipih nan canggih itu. Sesekali ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ya. Trian kini sedang berusaha menulis sesuatu yang sekiranya akan di baca oleh Laras.

Lama ia menulis dan menghapusnya. Tak kunjung ada ide yang melintas dipikirannya. Jika, ia mengirim pesan seperti biasa. Maka, belum tentu Laras akan membalasnya.

"Gue kenapa, sih? Biasanya juga gue biasa aja kalau mau hubungin Laras."

"Oke..Trian..oke..calm down." Trian berusaha menenangkan dirinya sendiri.

📤 Laras is mine♡ : Ras, udah tidur?

Lima belas menit berlalu semenjak pesan terkirim. Namun, tak kunjung ada sebuah notifikasi mengenai gadis itu. Jujur saja, Trian sudah menduga bahwa Laras akan mengabaikan pesannya. Mengingat mereka berdua kini sedang 'tidak baik-baik' saja.

Trian mengacak rambutnya asal. Kemana Laras? Apa benar gadis itu sudah berada di alam mimpinya?

📤 Laras is mine♡ : Ras, aku kangen kamu.

📤 Laras is mine♡ : Ras, kalau marah jangan lama-lama dong😔

Lagi-lagi tak ada balasan. Geram, Trian pun memencet tombol telepon dan menghubungi Laras.

Terdengar nada sambung membuat senyum Trian tercetak jelas. Tandanya Laras belum tidur. Buktinya masih bisa dihubungi.

Tak ada jawaban.

Trian tak menyerah. Ia menghubungi Laras kembali.

Terhitung sudah 3x ia menghubungi gadis itu. Namun, tak kunjung ada suara yang menyapanya.

"Ras, please angkat.." Trian menekan tombol telepon sekali lagi.

Dan...

"Halo?" Suara seorang wanita di seberang sana membuat Trian lega. Namun, itu bukan suara Laras. Lantas suara siapa?

"Halo, Bu. Selamat Malam.."

Ibu Laras. Damn! Trian sudah tentu hafal suara itu. Siapa lagi jika bukan Ibu Laras?

"Ada apa, Nak Trian?" Lembut suara sang Ibu membuat Trian sungkan malam-malam begini menghubungi Laras.

"Apa Laras sudah tidur, Bu?" Tanya Trian.

"Laras sakit, Nak."

"Sakit! Laras sakit apa, Bu." Entahlah, nada bicara Trian berubah setelah mengetahui yang sebenarnya.

"Demam, Nak. Mungkin kecapekan."

"Ya sudah, Bu.. mohon maaf mengganggu."

Setelah menutup telpon. Trian mematung sejenak.

Laras sakit.

Jadi, sedari tadi perasaannya tidak enak dan terus terpikirkan oleh Laras dikarenakan gadis itu sakit. Sungguh, rasa bahagia sekaligus sedih menggerogoti diri Trian. Ia bahagia karena sebenarnya ikatan batinnya dengan Laras sungguh kuat. Sedihnya.. sudah tentu karena gadis yang dirindukannya itu sedang sakit.

"Tunggu aku, Ras." Trian menatap keluar jendela.

Hari masih gelap. Bahkan, semakin malam. Ingin sekali ia berlari menuju Laras saat ini juga. Tapi, dirinya cukup tahu. Saat ini belum tepat waktunya untuk mengunjungi Laras. Bisa-bisa ia mendapat image buruk dihadapan Ibu dan Bapak Laras.

Trian pun membaringkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamarnya.

"Good night, Ras. Maafkan aku."

Sebelum akhirnya berlabuh ke pulau mimpi.

***

LarasTrian [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang