BAB XXXII

484 40 0
                                    

GADIS itu mulai paham dengan posisinya. Berada diantara kedua orang yang saling mencintai.. sungguh tidak menyenangkan.

Naomi, sedari tadi memperhatikan Trian dan Laras. Ia menyimpulkan bahwa keduanya memang sama-sama menyimpan rasa.

"Lo udah tahu 'kan?" Suara bariton yang berasal dari arah belakangnya itu sedikit mengejutkannya.

Kehadirannya bak sosok jalangkung. Datang tak diundang, pulang tak diantar. Dasar!

"..." Naomi menatap Geraldi dengan tatapan tak suka karena mengingat pertemuannya dengan Geraldi 1 minggu yang lalu membawa dampak buruk pada kepercayaan dirinya untuk memperjuangkan cintanya pada Trian.

"Apa Trian ada disini?" Tanya seorang gadis yang tiba-tiba muncul di lapangan sekolah, sore itu.

"..." Hening. Semua mata tertuju pada gadis berparas cantik itu.

"Ekhhmm.. dia gak kesini dari tadi." Jawab salah seorang lelaki.

"Mmmm..yaudah kalau gitu. Permisi." Naomi pamit dan berlalu begitu saja.

Naomi gelisah. Ia menimang, apakah ia akan nekad pulang sendiri? Apa Trian tidak membaca pesan singkatnya, yang mengatakan bahwa dirinya akan nebeng untuk pulang.

Trian sudah pulang.

Naomi semakin yakin dengan dugaannya, Trian pasti sudah pulang terlebih dahulu. Mengingat perkataan lelaki tadi, yang mengatakan bahwa sedari tadi Trian tidak ke lapangan ini.

"Tunggu." Naomi membalikkan badannya saat tangannya merasa dicekal oleh seseorang.

"Pulang sama gue." Lelaki itu menarik tangan Naomi dan membawanya ke parkir sekolah.

"Ehh..eh..apa-apaan nih? Pemaksaan! Gue 'kan nggak kenal sama lo-"

"Trian kenal sama gue."

📩 Trian : gue minta tolong, anter Naomi pulang.

Naomi membaca sebaris pesan di ponsel yang disodorkan oleh lelaki di depannya itu.

"Lo Naomi 'kan?" Lelaki itu melirik name tag yang ada di seragam Naomi.

Tanpa melanjutkan perdebatan. Lelaki itu memberi titah pada Naomi untuk segera naik ke motornya.

Mereka melewati halte yang berada tak jauh dari sekolah. Disanalah pandangan Naomi tertahan. Trian-Laras-Arayan. Hatinya sedikit teriris, mengingat cintanya belum berlayar ke Trian.

Lelaki yang menyetir motor itu hanya tersenyum kecil melihat perubahan raut wajah gadis di belakangnya itu. Ia melihat sekilas dari spion motor, gadis yang awalnya baik-baik saja. Kini ia menampakkan raut cemberut. Menahan amarah dan kekesalannya.

Sesampainya di depan rumah Naomi. Tak ada perbincangan apapun. Naomi menyerahkan helm yang tadi dipinjamkan oleh Geraldi kepadanya.

"Makasih.." Naomi tersenyum tipis.

"Gue Geraldi." Geraldi memberikan tangan kanannya, mengajak Naomi berkenalan.

"Lo udah tahu 'kan nama gue." Naomi tetap menerima uluran tangan untuk bersalaman itu.

Sedangkan, Geraldi yang mendengar jawaban kasar dari bibir gadis manis itu.. hanya menahan kekehan gelinya. Pasalnya ia sangat lucu saat ini.

"Gue masuk dulu. Sekali lagi.. makasih." Pamit Naomi.

"Lo kalau cemberut tambah manis."

***

LarasTrian [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang