BAB II

1.3K 96 4
                                    

TRIAN menatap Laras dengan tatapan tajam. Lelaki itu marah karena Laras menghukumnya saat ia terlambat tadi pagi. Keadaan kantin yang cukup ramai, membuat mereka berdua bertahan dengan keheningan masing-masing. Hanya ada suara murid-murid yang berlalu lalang memesan makanan dan duduk untuk makan bersama.

"Trian! Marah sama Laras?" Laras menggoyangkan tangan Trian yang malah asyik bermain game.

"...." Trian masih fokus pada benda pipih nan canggih itu.

"Trian! Laras lagi ngomong, dengerin dong!" Laras merebut ponsel Trian.

"Ngomong apa? Aku nggak dengar." Lelaki itu kembali merebut ponsel miliknya dari tangan Laras.

Ingin sekali Trian melarikan diri saat ini. Ia menjalani hukuman karena terlambat. Dan sialnya, sahabatnya itu sangat jujur dan bersih. Sehingga, dia tidak akan mau membebaskannya dari hukuman.

"Jangan harap Laras akan bantuin Trian. Hukuman ya tetap hukuman, Trian..." Laras berjalan di sekitar Trian yang sedang fokus mencabuti rumput itu.

"Untung aja, yang hukum Trian adalah Laras. Kalau Pak Bani...bisa gawat, Trian." Laras bergidik ngeri memanggil nama pembina tatib itu.

"Hmm.." Trian mulai luluh dengan tuturan Laras.

Tiba-tiba kantin menjadi lebih ramai dari sebelumnya. Para murid bertepuk tangan ke salah satu arah. Mata Trian dan Laras menuju ke arah di mana tempat itu telah dikerumuni oleh teman-temannya.

"Eh, ada apaan sih?" Tanya Laras pada siswa yang sedari tadi menjadi bagian dari kerumunan tersebut.

"Itu..Pak Bani. Lagi hukum si Akmal." Gadis itu menunjuk ke arah Pak Bani yang sedang memantau Akmal.

Laras melihat Akmal sedang mencuci piring milik Bu Roro, salah satu pemilik kantin di SMA Galaksi. Tapi, ada yang aneh. Akmal yang sedang berjongkok di depan ember tempat biasanya Bu Roro mencuci piring itu, mengenakan rok panjang yang biasa dipakai para siswi. Pantas saja semua murid tertawa melihatnya.

Laras pun menahan tawanya. Tak banyak juga dari kerumunan itu yang mengabadikan momen 'terindah' Akmal itu.

"Bagaimana anak-anak..apa masih ada yang mau bolos pelajaran?" Teriak Pak Bani dengan mengibas-kibaskan tongkat keramatnya.

Seluruh siswa maupun siswi bubar seketika. Mereka tidak ingin menjadi seperti Akmal.

"Akmal..lain kali kalau mau bolos pelajaran, jangan sampai ketemu sama Bapak. Kalau ketemu sama Bapak, kamu akan bapak pakaikan jilbab sekalian. Biar cantik..kaya Maemunah." Jelas Pak Bani. Akmal menganggukkan kepala dengan ekspresi melasnya.

Akmal memang sudah terbiasa menjadi kawan karib Pak Bani. Jadi, baginya..hukuman Pak Bani sudah biasa menjadi makanan sehari-harinya. Mulai dari hukuman ternyleneh sampai hukuman termudah sudah ia lalui. Tapi, entahlah? Kapan Akmal akan taubat?

"Untung tadi aku nggak dihukum sama Pak Bani." Trian mengelus dadanya.

"Kalau aku sampai dihukum kayak si Akmal..bisa jatuh reportasi cowok terganteng di SMA Galaksi ini." Lanjut Trian.

"..." Laras yang berjalan di samping lelaki itu hanya menahan tawanya mendengar ocehan demi ocehan yang keluar.

***

LarasTrian [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang