EXTRA PART-I

1K 41 2
                                    

TRIAN POV

DUNIAKU runtuh saat Laras pergi menjauh. Kala itu aku teringat. Saat pertama kali Laras mengatakan jika dirinya menyukaiku. Tapi, aku layaknya orang bodoh yang berpura-pura tak tahu.

Hingga akhirnya, Laras dan perasaannya perlahan menarik diri menjauh dari aku. Lamaaa, aku kira ia hanya sebentar merajuk. Karena kami tidak pernah bertengkar selama ini.

Aku sedikit khawatir. Ah. Bukan sedikit! Tapi sangat. Aku takut Laras goyah karena kehadiran Arayan--si ketua Tatib.

Arayan seolah-olah hadir dan ingin menggeser posisiku. Aku tentu bertindak, bagaimana bisa aku diam saja saat apa yang selama ini sudah aku klaim menjadi milikku diambil oleh orang lain begitu saja.

Aku marah, hatiku serasa diremas saat Laras lebih memilih Arayan. Apalagi saat aku cedera hebat. Bahkan, luka Arayan tidak ada apa-apanya dengan lukaku. Namun, saat aku bangkit dari duduk dengan darah yang mengalir. Aku melihat sorot mata Laras yang mengarah kepadaku menunjukkan rasa khawatirnya. Aku sangat senang melihatnya.

Aku tahu, seberapa benci pun dia kepadaku. Itu takkan mengurangi sekecil apapun perasaannya terhadapku.

Aku mencintai mu, Ras. Jauh.. sebelum kau mengungkapkan isi hatimu.

"Trian!"

"Ihh.. Trian! Trian lagi mikirin apa, sih? Bengong aja dari tadi." Suara cempreng itu milik gadisku--Laras.

Aku terkesiap, "Nggak. Nggak mikirin apa-apa, kok."

"Tapi tadi kamu ngelamun. Kamu ngelamunin apa?"

"..." Aku menggelengkan kepalaku.

Lalu, sorot mata Laras berubah menjadi tajam. Laras mengikuti arah pandangku. Aku mulai melanjutkan lamunku.

Tapi tiba-tiba, "Akkhh!" Aku menjerit. Pelan tapi mematikan.

Cubitan Laras pada pinggangku.

"Kamu ngelamunin cewek di depan itu, ya!!??" Bak tertangkap basah, aku gelagapan. Entahlah, aku merasa seperti sedang ketahuan. Padahal aku sendiri tidak menatap wanita cantik di depan sana itu.

"Ihh, Trian.. Laras sebel sama Trian!!" Laras bangkit dari duduknya dan beranjak.

Aku pun berlari kecil mengejarnya. Ku raih tangannya.

Hap.

"Kamu apa-apaan, sih? Main pergi gitu aja." Tegurku.

"Ya abisnya.. kamu cuekin aku. Kamu lihatin cewek itu terus. Laras kesel-"

Cup!

Laras mendaratkan pukulan pada bahuku. Ia menjauhkan tubuhku darinya.

"Trian! Kok Trian-"

Cup!

"Triaaannn! Pipi kanan dan kiri Laras udah nggak suci." Laras menjerit. Aku pun berlari.

Haha. Lucu sekali wajahnya. Merah seperti kepiting rebus. Laras mengejarku dan memegangi kedua pipinya, yang bekas stempel bibirku itu.

Kebahagiaanku dan Laras memang sederhana. Terkesan jauh dari keromantisan. Karena kami berawal dari persahabatan.

Aku berharap. Laras akan selamanya denganku. Menjadi kekasihku, sahabatku serta teman hidupku.

"Ras.. jangan pergi dariku! Berjanjilah?"

"Tapi janji dulu! Jangan jahilin Laras?"

"Jamin dulu! Kita selamanya, 'kan?" Laras mengangguk.

Aku pun mencolek ice cream di tangannya dan ku usap pada pipinya. Ia pun kembali memekik,
"Trian! Awas yaaa.."

***

LarasTrian [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang