BAB XXVI

529 44 1
                                        

LARAS menatap nanar tangan Trian yang masih menggantung. Antara tega dan tak tega. Ia ingin sekali memakan roti bakar coklat itu untuk menetralisir rasa keju yang sebenarnya tidak ia sukai. Namun, karena gengsi..Laras mengabaikan Trian.

"Laras udah kenyang. Maaf ya." Laras mengalihkan pandangannya ke depan.

Dari ekor matanya. Laras melihat raut kekecewaan di wajah Trian. Lelaki itu seperti menahan amarah dan rasa kecewanya. Sedangkan, Arayan? Lelaki itu menyunggingkan senyum sinisnya dan menahan tawa yang hendak meledak.

Seorang Laras mengabaikan Trian.

Batinnya. Ini tidak nyata.. 

"Ras, gue pamit dulu ya. Gue mau nganter nyokap ke kondangan." Pamit Arayan sambil berdiri.

"Ehh..iya. Hati-hati ya, Arayan. Nitip salam ke Ibu Arayan." Bibir Laras melengkung ke atas membuat Arayan gemas. Arayan hanya menganggukkan kepalanya.

Sebelum beranjak. Arayan mengusap pucuk kepala Laras. Mengabaikan Trian yang wajahnya mulai memerah menahan amarah dan rasa kesalnya.

"Ekhmm.." Deheman Trian membuat senyum Laras memudar.

Laras menoleh ke arah Trian. Trian menampilkan senyumnya berharap Laras akan membalas senyumnya juga. Namun, harapan tetaplah harapan. Laras kembali menatap lurus ke depan mengabaikannya.

"Kamu nggak pulang?" Tak ada lagi nada lembut yang biasanya Laras tunjukkan. Dingin dan kasar. Itulah perkata yang muncul dan terdengar.

"Nggak." Trian masih kekeh duduk di samping Laras.

"Yaudah. Aku mau tidur." Laras pun membaringkan tubuhnya dan menarik selimut.

Sejenak Trian tersenyum geli melihat tingkah Laras. Ia memandangi wajah polos Laras tatkala akan tidur. Tiba-tiba Laras membalikkan badannya, memunggungi Trian. Trian yang kala itu hanya dapat melihat dan tak dapat berbuat sesuatu pun hanya tersenyum kecut.

Bagaimana bisa gadis yang dulunya sangat manis padanya, kini berubah menjadi masam seperti ini?

Trian pun menarik kursi yang ia duduki untuk sekedar mendekat ke Laras. Tangannya mencoba untuk mengusap puncak kepala Laras. Berharap semoga Laras tidak menepis tangannya.

Dan..

Benar saja. Laras hanya diam. Tak berusaha menepis tangan Trian.

"Aku tahu kamu belum tidur. Makasih udah ngizinin aku untuk menghapus jejak tangan si tengil itu."

Hahh? Si tengil?

Arayan? What!! Si ganteng kali ah*)

Sepersekian detik kemudian. Laras menepis tangan Trian. Trian pun sadar jika Laras tidak suka dengan ucapannya barusan.

Hening.

Kemudian, Trian mencoba bermonolog dengan masih tetap duduk di dekat Laras.

"Aku nggak suka kalau ada tangan yang sembarangan ngusap kepalamu, Ras."

"Aku nggak suka kalau kamu lebih suka keju daripada coklat."

"Ingat nggak? Dulu kamu bilang, keju itu nggak enak, dan kamu benci keju."

"Hhhh..tapi, kenapa tadi kamu makan yang ada kejunya." Ucap Trian dengan kekehan kecil di awalnya.

"Si coklat sedih, Ras."

***

LarasTrian [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang